Pengertian Pasar Duopoli, Karakteristik, Jenis, Teori, Implikasi, Contoh, Kelebihan, dan Kekurangannya

Table of Contents
Pengertian Pasar Duopoli
Pasar Duopoli

A. Pengertian Pasar Duopoli

Pasar duopoli dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah oligopoli yang terbit pada dua perusahaan yang menguasai seluruh penawaran satu jenis barang tertentu. Sementara Otoritas Jasa Keuangan (OJK), duopoli adalah keadaan pasar yang ditandai dengan adanya penawaran oleh hanya dua produsen (duopoly).

Dalam lingkup perekonomian, duopoli adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi pasar di mana suatu komoditas, baik berupa barang maupun jasa, dikuasai oleh hanya 2 (dua) produsen. Kedua produsen tersebut kemudian saling memengaruhi satu sama lain dalam hal penentuan harga, kapasitas produksi, hingga kualitas produk atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen.

Pasar duopoli yang merupakan bagian dari pasar oligopoli ini cenderung masuk ke dalam kategori persaingan usaha yang sempurna, utamanya dalam hal penentuan faktor produksi dan juga struktur pendanaan perusahaan. Di dalam pasar ini, pemain memiliki tingkat ketergantungan strategis di antara mereka yang tinggi, khususnya dalam hal pengambilan keputusan bisnis seperti menetapkan harga dan juga produksi.

B. Karakteristik Pasar Duopoli

1. Pasar hanya terdiri dari dua produsen saja. Kedua produsen melayani banyak pembeli sehingga kekuatan tawar yang keduanya miliki sangatlah tinggi.
2. Produsen mempunyai ketergantungan strategis yang sangat tinggi. Tindakan dan juga keputusan yang strategis oleh suatu perusahaan akan berdampak sangat signifikan pada perusahaan lain.
3. Peluang perilaku kolutif tinggi. Karena keduanya memiliki sifat ketergantungan yang tinggi, maka keduanya memiliki potensi yang besar untuk berkolusi dalam mengamankan keuntungan pasar yang sangat tinggi.
4. Tingkat persaingan berpotensi ketat. Kondisi ini hanya akan terjadi pada dua perusahaan yang tidak ingin berkolusi. Pihak regulator pada umumnya akan mengawasi pasar ini dengan sangat ketat agar bisa menghindari adanya praktik anti perdagangan. Untuk itu, pengawasan ketat regulator akan menyebabkan keduanya tidak bisa berkolusi.
5. Kekuatan monopoli yang signifikan. Selain karena keduanya menguasai pasokan pasar, maka kedua perusahaan juga memiliki potensi untuk bisa mengadopsi strategi diferensiasi. Hal tersebut bisa dilakukan jika kedua perusahaan mengadopsi strategi diferensiasi, setiap produk mempunyai pelanggan setia, dan mampu menghadirkan kekuatan monopoli yang sangat signifikan.
6. Hambatan masuk tinggi. Kondisi ini bisa berasal dari hambatan struktural, yang mana akan melekat pada karakteristik yang alami pada pasar, seperti adanya skala ekonomi dan juga penguasaan input serta jaringan distribusi. Bisa juga disebabkan secara sengaja oleh kedua perusahaan dengan membangun hambatan masuk, seperti dengan penurunan harga dan loyalitas merek.
7. Skala ekonomi yang signifikan. Setiap perusahaan akan menikmati penjualan yang tinggi karena pasar hanya terbagi untuk dua perusahaan tersebut saja.

C. Jenis Pasar Duopoli

Terdapat 2 jenis pasar duopoli di antaranya,
1. Pasar Duopoli Cournot
Model yang dikenalkan oleh Antoine Cournot ini merupakan sistem yang di mana kuantitasnya dapat mampu untuk menentukan persaingan pasar sehingga terjadinya persaingan produk. Kedua perusahaan atau pemain yang besar akan saling membuat semaksimal mungkin keuntungannya dan memili output lebih dengan bersamaan.

Ketika pasar dapat mencapai ekuilibrium, kemudian setiap perusahaan tidak memiliki insentif agar dapat mengubah output dan harganya. Dan jika, terus dilakukan, maka perubahan tersebut tidak dapat membuat perusahaan menjadi baik. Sehingga, Output dan harga pun akan stabil dalam kurun waktu yang lama. Hasil dari persaingan cournot yakni harga dan output dapat berada di ekuilibrium pasar, persaingan sempurna juga monopoli.
 
2. Pasar Duopoli Bertrand
Berbeda dengan Cournot, Joseph Bertrand mengatakan bahwa harga adalah faktor penentu pada suatu persaingan, bukan kuantitas pada output tersebut. Pada sistem Bertrand, tiap-tiap perusahaan bisa beranggapan bahwa konsumen akan memilih perusahaan yang dapat mampu nenberikan harga yang murah karena pada umumnya produk di pasar semuanya sama.

Persaingan harga dapat terus terjadi selama harga masih di atas harga marginal, sehingga perusahaan masih bisa memperoleh keuntungan dan harga masih bisa diturunkan. Sistem Duopoli Bertrand sama dengan model Cournot, di mana sama-sama menganut produk homogen yakni kedua perusahaan ini tidak bisa membangun kolusi.

D. Teori Pasar Duopoli

Teori pasar duopoli untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Antonia Augustin Cournot pada tahun 1838 dengan judul “Researches into the Mathematical Principles of the Theory of Wealth”. Kemudian teori Cournot ini disempurnakan oleh Betran-Edgeworth.

Pada teori pasar duopoli, produsen yang menjual produk hanyalah dua, perusahaan A dan perusahaan B. Jika berasumsi barang yang dijual bersifat homogen, maka sesuai dengan definisi di atas, kebijakan yang diambil oleh perusahaan A akan berpengaruh pada perusahaan B, begitu pula sebaliknya.

Oleh karena itu, baik pengusaha A maupun pengusaha B harus berhati-hati dalam menentukan kebijakan yang akan diambil, terutama dalam hal menentukan harga penjualan dan kapasitas produksi.
1. Teori Pasar Duopoli Cournot
Dalam teori Cournot, dua produsen dianggap menghasilkan barang yang bersifat homogen. Asumsi pokok yang dipergunakan oleh Cournot adalah pada waktu seorang pengusaha duopoli berusaha memaksimumkan keuntungannya, jumlah produk yang dihasilkan oleh pesaingnya tidak tergantung dari jumlah barang yang dihasilkan oleh pengusaha yang pertama.
Pada model ini, fungsi permintaan pasar adalah:
Py = f (YA + YB) yang mana,
Py = Harga barang homogen yang dijual
YA = Jumlah barang yang dihasilkan oleh pengusaha duopoli A
YB = Jumlah barang yang dihasilkan oleh pengusaha duopoli B            
 
Sedangkan keuntungan dari masing-masing pengusaha duopoli itu adalah:
Ï€A = YA . Py – CA(YA)
Ï€B = YB . Py – CB(YB) yang mana,
CA(YA) = Biaya pengusaha A dalam menghasilkan YA
CB(YB) = Biaya pengusaha B dalam menghasilkan YB
 
2. Teori Kinked Demand Curve (Kurva Permintaan yang Patah)
Teori kedua adalah teori kurva permintaan yang patah. Asumsi yang dibutuhkan untuk kurva ini adalah:
1. Harga pasar yang memuaskan bagi kedua pengusaha duopoli itu telah terbentuk, misalnya PY rupiah.
2. Jika salah satu dari produsen dalam pasar duopoly menurunkan harga penjualannya (lebih rendah dari harga keseimbangan PY diatas), maka pengusaha saingannya yang mengetahui tindakan tersebut, juga akan menurunkan harga penjualannya (kalau perlu lebih rendah lagi) agar ia tidak kehilangan pembeli, hingga terjadi persaingan harga yang dapat menghancurkan kedua perusahaan duopoli itu.
3. Jika salah satu dari pengusaha duopoli menaikkan harga penjualannya, tindakannya itu tidak akan diikuti oleh pengusaha saingannya. Akibatnya sebagian atau seluruh pembeli pindah kepada pengusaha yang tidak turut menaikkan harga itu.

Dari asumsi di atas, maka akan terbentuk kurva permintaan yang patah karena keadaan di atas menyebabkan harga pada pasar duopoli tidak mudah berubah.

kurva permintaan pada pasar duopoli
Kurva Permintaan Pasar Duopoli

PY = Harga yang terbentuk untuk setiap satuan produk (Rupiah)
Y1 = Kapasitas produksi yang dijalankan pada harga PY
D = Titik keseimbangan harga dan kapasitas produksi
 
Menurut asumsi di atas, apabila sebuah perusahaan menurunkan harga penjualan lebih rendah dari PY, maka pengusaha lain akan mengikuti. Tujuannya agar mereka tidak kehilangan pembeli. Berdasarkan asumsi ini, kurva permintaan bagi pengusaha yang menurunkan harga adalah kurva DE. Di mana elastisitas permintaan kurva DE sama dengan elastisitas permintaan pasar karena tindakannya menurunkan harga diikuti oleh pengusaha saingannya yang satu lagi.

Sebaliknya, apabila sebuah perusahaan menaikkan harga penjualan lebih tinggi dari PY, maka pengusaha lain akan mengikuti dan kurva permintaan pada harga yang lebih tinggi adalah kurva DF yang memiliki elastisitas sama dengan elastisitas permintaan pasar. Tetapi, asumsi di atas menyatakan bahwa kenaikan harga tidak diikuti oleh pesaingnya, maka kurva permintaan bukan lagi DF, melainkan DC.

Kurva ini memiliki elastisitas permintaan yang lebih besar dari elastisitas permintaan pasar. Patahnya kurva permintaan bagi suatu pengusaha duopoli adalah karena tindakannya menaikkan harga tidak diikuti oleh pengusaha saingannya. Dengan patahnya kurva permintaan bagi suatu pengusaha duopoli, kurva nilai produk marjinalnya (MR) bagi pengusaha tersebut adalah CABG.

Pada peningkatan harga, kurva permintaan perusahaan bukan PYD dikarenakan tidak semua pembeli akan lenyap pembelinya.

E. Implikasi Pasar Duopoli

1. Implikasi Terhadap persaingan
Di dalam pasar duopoli, maka setiap perusahaan mempunyai ketergantungan yang sangat strategis. Hal tersebut nantinya akan turut memengaruhi kondisi masing-masing perusahaan dalam bergerak, menghasilkan barang, mengiklankan produknya, serta menetapkan harga.

Hasil persaingan yang terjadi akan sangat tergantung dari yang akan diadopsi oleh tiap perusahaan.  Keduanya bebas memilih salah satunya. Tapi ketika satu perusahaan sudah menetapkan untuk salah satu model pasar duopoli di atas, maka perusahaan tidak bisa mengambil langkah kolusi atau diferensiasi.

2. Persaingan Melalui Harga
Saat kedua perusahaan melakukan persaingan harga, maka hal tersebut akan berujung pada perang harga, khususnya untuk produk homogen. Karena produk homogen pada masing-masing perusahaan akan saling mensubstitusi secara sempurna. Dengan begitu, maka pertimbangan konsumen untuk membeli barang adalah memilih yang paling murah. Mereka tidak memiliki alasan untuk lebih menyukai atau suka pada produk lain daripada produk miliknya.

Saat suatu perusahaan menurunkan harga, maka pangsa pasar kompetitor pun akan menghilang karena konsumen akan lebih memilih yang lebih murah. Kompetitor pun akan menurunkan harga karena tidak ingin kehilangan konsumen. Perang harga ini akan terus berlangsung hingga harganya sama dengan harga marginal, sehingga perusahaan berpotensi tidak akan mendapatkan keuntungan.

Oleh karena itu, kedua perusahaan akan berpotensi untuk melakukan monopoli atau kolusi secara diam-diam. Hal itu bisa dilakukan dengan menetapkan harga yang memungkinkan keduanya bisa mengambil setengah dari keuntungan pasar. Namun, strategi seperti ini sangat sulit dan seringkali berbenturan dengan peraturan anti monopoli di Indonesia.

F. Contoh Pasar Duopoli

1. Beberapa contoh duopoli yang terjadi di Indonesia adalah Indofood (Indomie) dan Wings Food (Mie Sedap) di dalam persaingan pasar Mie Instan. Keduanya sama-sama menguasai pangsa pasar hingga lebih dari 90% banyaknya.
2. Untuk di pasar chip semikonduktor global, kita pasti mengenal produsen intel dan Advanced Micro Devices atau AMD. Dalam hal ini, intel menguasai pangsa pasar hingga lebih dari 66,7% dan AMD sendiri menguasai pangsa pasar sekitar 33,2% di rentang tahun 2015 hingga 2020.
3. Untuk di pasar manufaktur pesawat terbang komersial, Airbus dan Boeing mampu menguasai pasar sekitar 45% dan 43% untuk jenis pengiriman single-aisle passenger aircraft.
4. Di dalam bisnis jasa pembayaran internasional, Visa mampu meraih 60% pangsa pasar kartu kredit dan debit, sedangkan Mastercard mampu menguasai pangsa pasar sebanyak 30% banyaknya.
5. Dalam hal minuman berkarbonasi di Amerika Serikat, Pepsi mampu meraih pangsa pasar sekitar 30,8% pada tahun 2008, sedangkan Coca Cola mampu meraih pangsa pasar hingga 42,7% banyaknya.
6. Untuk pangsa pasar sistem operasi telepon genggam atau smartphone, Android menguasai pangsa pasar sebanyak 86,1%, sedangkan iOS hanya sekitar 13,9% saja di tahun 2019.

Beberapa contoh pasar duopoli di atas menunjukkan bahwa persaingan sebenarnya terjadi dari beberapa pemain. Namun, yang mampu menguasai pasar dan paling menonjol adalah kedua perusahaan tersebut saja. Selain itu, pemain atau perusahaan yang kecil biasanya hanya bisa mengambil atau menargetkan pangsa pasar yang lebih kecil saja atau hanya melayani pasar lokal saja.

G. Kelebihan dan Kekurangan Pasar Duopoli

Pasar duopoli memiliki beberapa kelebihan, misalnya:
1. Efisiensi yang lebih tinggi karena jumlah perusahaan sedikit
2. Konsumen diuntungkan dari persaingan antar perusahaan di sisi harga
3. Mengurangi persaingan yang tidak bermanfaat.
 
Selain kelebihan tersebut, juga terdapat kekurangan yaitu:
1. Sulit untuk perusahaan baru masuk ke dalam pasar
2. Sulit berkompetisi
3. Memiliki kemungkinan besar kolusi
4. Bila satu perusahaan ingin menjalankan sebuah kebijakan tertentu, akan sangat sulit (hampir tidak mungkin) bagi perusahaan tersebut untuk meramalkan tindakan yang akan diambil saingannya.

Oleh karena itu, masing-masing perusahaan harus selalu memperhatikan tingkah laku saingannya.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment