Pengertian Nilai Intrinsik Uang, Contoh, Teori, dan Manfaatnya
Nilai Intrinsik Uang |
A. Pengertian Nilai Intrinsik Uang
Nilai intrinsik uang adalah nilai-nilai yang terdapat dalam uang itu sendiri, mulai dari nominal hingga bahan baku pembuatan. Nilai intrinsik uang ini yang membuatnya memiliki sesuatu yang sangat berharga daripada benda lainnya. Nilai intrinsik uang bisa dilihat dari berbagai aspek, seperti kemampuannya dalam membeli barang membandingkannya dengan hal lain, dan lain-lain.
Nilai Intrinsik Uang Menurut Para Ahli
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Moneter: nilai asli yang melekat pada fisiknya, misalnya nilai emas yang terdapat pada uang logam emas; perdagangan opsi: perbedaan antara nilai opsi saat pelaksanaan (strike price) dan nilai pasar surat berharga yang dijadikan dasar transaksi (underlying transaction) misalnya dalam opsi beli, jika nilai pelaksanaan $53 untuk pembelian saham yang nilai pasarnya $55, nilai opsi tersebut tersebut adalah $2; dengan demikian, dalam opsi jual, jika nilai pelaksanaan $55 dan nilai pasar saham yang menjadi dasar transaksi $53, nilai intrinsik opsi adalah $2; opsi at tile money (impas) ataupun di luar harga (Out of money) tidak mengandung nilai intrinsik; nilai sebenarnya (intrinsic value).
B. Contoh Intrinsik Uang
Contohnya uang dua puluh ribu rupiah, maka nilai intrinsiknya adalah nominal Rp20.000 yang ditulis, bahan baku kertas khusus yang membuatnya pun seharga nilai tersebut. Atau pada uang logam seratus rupiah, maka nilai intrinsiknya adalah nominal Rp100 dan bahan baku logam uang tersebut juga sama nilainya. Hal ini juga berlaku untuk nilai intrinsik mata uang di negara lain.
C. Teori Nilai Uang
Secara garis besar teori nilai uang dapat kita bagi menjadi 2 Kelompok di antaranya,
1. Teori Uang Statis
Teori Uang Statis yaitu ialah teori-teori yang membahas tentang nilai uang, tetapi mengabaikan perubahan-perubahan yang akan terjadi dan juga dapat terjadi pada sebuah nilai uang tersebut. Teori ini lebih fokus guna membahas tentang “Apa itu nilai Uang?”, “Mengapa Uang dapat diterima dalam masyarakat?”, “Bagaimana Uang dapat Beredar?”. Beberapa Teori Uang Statis di antaranya,
a. Teori Logam, adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa uang diterima pada masyarakat karena bahan dasarnya yaitu (logam) bernilai tinggi. Teori ini di dapat dari oleh Adam Smith.
b. Teori Nilai Batas, ialah teori yang menyatakan bahwa sebuah uang dapat diterima dalam masyarakat karena adanya keperluan bagi barang sehingga membutuhkan uang sebagai sebuah alat transaksi untuk mendapatkan barang yang diinginkan masyarakat.
c. Teori Nominalisme, adalah teori yang menyatakan tentang suatu benda dapat kita diterima sebagai uang karena besar jumlah nominal yang tertera pada sebuah benda tersebut. Nilai bahan yang digunakan guna membuat uang tersebut diabaikan saja. Beberapa teori lain yang mendukung dan juga melengkapi tentang teori nominalisme di antaranya,
a) Teori pada Perjanjian (Konversi), menyatakan bahwa nilai uang dapat diterima dalam masyarakat karena adanya sebuah perjanjian terhadap nilai uang dalam hal proses pertukaran. Teori ini dikenalkan dari Thomas Aquinas.
b) Teori Kebiasaan, menyatakan bahwa sebuah nilai uang diterima pada masyarakat karena kebiasaan masyarakat dalam menggunakan atau memakai benda tertentu sebagai acuan dalam sebuah transaksi.
c) Teori Kenegaraan, menyatakan bahwa uang dapat diterima dalam masyarakat di karena adanya ketentuan oleh pemerintah akan kedudukan atau penggunaan uang.
d) Teori Tuntutan, menyatakan bahwa nilai uang dapat diterima dalam masyarakat karena tuntutan terhadap hal barang yang dihasilkan oleh masyarakat.
e) Teori Realisme, menyatakan bahwa uang dapat diterima oleh masyarakat di karena adanya kesadaran dari masyarakat akan pentingnya manfaat uang dalam pertukaran.
2. Teori Uang Dinamis
Teori uang dinamis ialah teori yang membahas tentang sebuah perubahan-perubahan dari nilai uang.
a. Teori Kuantitas (Quantity Teori)
Teori kuantitas yaitu merupakan sebuah teori yang membahas bahwa tinggi rendahnya nilai uang dapat dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar pada masyarakat. Semakin banyak uang yang beredar pada masyarakat maka harga barang akan semakin tinggi dan sehingga nilai uang menjadi rendah, demikian juga sebaliknya. Teori ini dikenalkan dari David Ricardo, dapat dirumuskan sebagai berikut :
M = k . P
Ket:
M = Jumlah Uang yang Beredar
K = Konstanta (Pembanding Tetap)
P = Harga Barang
b. Teori Transaksi (E Change Equation)
Teori ini merupakan sebuah pengembangan dari teori kuantitas oleh David Ricardo. Teori Transaksi diperkenalkan oleh Irving Fisher yang mengamati tentang perubahan jumlah nilai uang berdasarkan jumlah uang yang beredar di masyarakat, kecepatan peredaran uang, jumlah barang yang dapat diperdagangkan ataupun juga harga barang. Teori transaksi dapat dinyatakan dalam hal rumus yaitu :
M . V = P . T
Ket:
M = Jumlah Uang yang Beredar
V = Kecepatan Peredaran Uang
P = Harga Barang
T = Jumlah Barang yang Diperdagangkan
c. Teori Persediaan Kas (Cash Balance Theory)
Teori yang diperkenalkan oleh Alfred Marshall ini menyatakan tentang bahwa sebuah nilai uang tergantung kepada jumlah nilai uang yang disimpan guna persediaan dari sebagian pendapatan pada masyarakat. Persediaan kas tergantung kepada jumlah nilai pendapatan ataupun juga harga barang di pasaran. Secara matematis dapat dirumuskan pula yaitu :
M = k . P . Y
Ket:
M = Jumlah Uang yang Beredar
k = Konstanta (Pembanding Tetap)
P = Harga Barang
Y = Pendapatan
D. Manfaat Nilai Uang
Uang yang memiliki berbagai nilai di dalamnya itu tentu memberikan manfaat bagi kita, terutama dalam penerapannya pada kehidupan sehari-hari di antaranya,
1. Menunjukkan Harga
Nilai yang ada pada uang, terutama nilai nominal, sangat membantu dalam menunjukkan harga dari suatu barang atau jasa. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membentuk nilai dari barang atau jasa itu sendiri, di mana harga biasanya sejalan lurus dengan kualitas yang ada. Produk yang bagus akan memiliki nilai uang yang tinggi juga, sehingga kita mengetahui berapa harga yang harus dibayarkan.
2. Sebagai Alat Tukar dan Pembayaran
Tanpa adanya nilai dalam uang akan sulit untuk menjadikannya sebagai alat tukar dan pembayaran dalam membeli suatu produk. Dengan nilai yang ada pada uang, masyarakat jadi mengetahui dengan jelas berapa nilai barang dan harga yang harus dikeluarkan. Hal tersebut yang kemudian menjadikan uang dapat digunakan untuk menjadi alat pembayaran yang sah dan diterima dalam suatu negara.
3. Memfasilitasi Transaksi Jual Beli
Nilai uang membuat masyarakat bisa melakukan transaksi jual beli, mulai dari transaksi dalam negeri hingga internasional. Bayangkan saja jika uang tidak memiliki nilai ekstrinsik yang menunjukkan kemampuannya untuk ditukarkan dengan hal lain, maka transaksi akan sulit dilakukan. Terlebih lagi pada transaksi luar negeri yang memiliki mata uang yang berbeda dengan yang kita miliki, akan sulit jika tidak terdapat nilai yang bisa menjadi standar pertukaran.
4. Sebagai Bentuk Kekayaan
Selama ini uang menjadi salah satu bentuk kekayaan yang paling banyak dimiliki dan disukai manusia, karena sifatnya yang mudah digunakan dan dipindahkan. Uang dapat dikategorikan sebagai kekayaan karena nilai yang terdapat di dalamnya, yang kemudian menjadikannya menjadi sesuatu yang berharga. Uang tentu akan menjadi sia-sia saja bahkan tak berbeda dengan kertas biasa jika tidak ada nilai-nilai yang ada di dalamnya.
5. Mendukung Aktivitas Ekonomi
Dengan keempat manfaat yang didapat dari adanya nilai uang di atas menjadikan uang dapat mendukung aktivitas perekonomian negara, bahkan dunia. Terutama dalam manfaatnya untuk melakukan transaksi dan menjadi alat pembayaran, yang mana kedua hal ini merupakan unsur penting dalam perekonomian. Dengan adanya transaksi yang berjalan dengan lancar, maka perekonomian pun dapat terus bergerak dan tumbuh dengan baik.
Dari berbagai sumber
Post a Comment