Pengertian Mobile Payment, Tren di Indonesia, dan Beberapa Layanannya
Mobile Payment |
A. Pengertian Mobile Payment
Mobile payment (pembayaran bergerak) adalah pembayaran non tunai dengan menggunakan perangkat bergerak seperti telepon genggam atau PDA yang menggunakan berbagai media teknologi seperti QR Code, NFC, kode OTP, dll. Pembayaran jenis ini sering dipilih oleh masyarakat modern dan perkotaan untuk menjawab berbagai permasalahan yang terjadi karena penggunaan mata uang kertas atau koin.
Untuk bisa memanfaatkan fasilitas ini, setiap penggunanya harus mempunyai uang digital atau e-wallet terlebih dahulu. Beberapa ¬e-wallet yang saat ini terkenal di Indonesia di antaranya GoPay, Dana, Ovo, FlexiCash, Dompetku, Mandiri e-Cash, ShopeePay, dll. Dalam tingkatan internasional, beberapa e-wallet terkenal di antaranya PayPall, PayPass MasterCard, Google Wallet, Alipay, dan juga WeChat Pay yang saat ini sudah sukses menjadi raja e-wallet di Asia.
B. Tren Mobile Payment di Indonesia
Berdasarkan salah satu survei terkait Global Consumer Insight pada tahun 2019 yang pernah dilakukan oleh PricewaterhouseCoopers (PwC), didapatkan data lengkap bahwa mobile payment saat ini sudah mendarah daging di tengah kehidupan masyarakat di Indonesia.
Sebanyak 47% responden dari masyarakat Indonesia mengungkapkan bahwa mereka sudah menggunakan perangkat mobilenya sebagai alat pembayaran. Angka ini terbukti meningkat sebanyak 9% dari tahun 2018 yang saat itu masih 38%. Kemudian, hasil dari survei PWC ini pun kenyataannya semakin memperkuat posisi bisnis berbasis digital sebagai salah satu penggerak ekonomi yang ada di Indonesia.
Lalu, MDI Ventures dan Mandiri Sekuritas pun sudah pernah melakukan suatu penelitian yang hasilnya adalah bahwa volume transaksi dengan menggunakan mobile payment di Indonesia mencapai USD 16,4 miliar pada tahun 2019. Selain itu, suatu lembaga riset dunia Statistika menyatakan bahwa pangsa pasar mobile payment secara menyeluruh menyentuh angka USD 154,4 miliar pada tahun 2019 dan bahkan angkanya diprediksi akan meningkat menjadi USD 274,4 miliar pada tahun 2021.
Hal tersebut menandakan bahwa peluang bisnis ini memang kenyataannya sangat menggiurkan. Tak heran bila kini sudah banyak perusahaan lokal yang melakukan kerja sama dengan pihak asing untuk terjun ke dalam bisnis mobile payment.
Agar mampu merangkul banyak konsumen, maka mereka sedang berlomba-lomba untuk mampu menciptakan suatu ekosistem yang nyaman. Dengan memerhatikan pangsa pasar mobile payment di Indonesia yang sangat besar dan juga potensial, maka berbagai perusahaan pun turut berlomba dalam menyediakan fitur terbaik dan juga promo yang tentunya menarik.
Di tahun 2018 lali, Gojek mempersilahkan pada setiap penggunanya untuk menggunakan GoPay di berbagai merchant secara offline. Selain itu, Grab juga turut menyediakan GrabPay, suatu alat pembayaran yang bisa digunakan di Singapura. Disisi lain, para pemain lainnya juga turut menunjukkan eksistensinya, seperti OVO, PayPro, Dompetku, Dana, TCASH, XL Tunai, Sakuku, dll.
Berdasarkan suatu laporan terkait perkembangan layanan mobile payment yang dikeluarkan oleh MDI Venture dan juga Mandiri Sekuritas, diketahui bahwasanya nilai bisnis pembayaran digital bisa menyentuh angka Rp 549 triliun di tahun 2020.
Tiga tren mobile payment di Indonesia
1. Uang elektronik berbasis server VS chip
Sebelum adanya chip, lebih dulu ada teknologi USSD (Unstructured Supplementary Service Data) yang digunakan oleh Telkomsel dan Indosat, lewat TCASH (kini LinkAja) dan Dompetku (kini PayPro).
Bisa dibilang, USSD merupakan sebuah teknologi pesan singkat yang dijadikan jembatan komunikasi antara ponsel dan penyedia layanan operator. Teknologi pesan USSD ini biasanya diawali dengan tanda bintang dan diakhiri tanda pagar.
Sebagai contoh, dengan Dompetku, Anda bisa membayar tagihan, mengisi pulsa, mentransfer uang, dan sebagainya. Anda hanya perlu mengetik *789# dan mengikuti instruksi selanjutnya. Namun sayang, teknologi USSD ini tidak bisa berjalan dengan maksimal.
Kemudian, barulah bank-bank besar lokal membuat layanan mobile payment dengan kartu, yang mana menggunakan basis cip. Sebagai contoh, ada Brizzi milik BRI, e-Money milik Mandiri, dan Flazz milik BCA.
Nyatanya, pembayaran digital dengan basis cip ini sangatlah mudah dan efektif. Setiap pengguna hanya perlu menempelkan kartu di alat pemindai dan saldo pun akan terpotong. Pengguna pun banyak yang menggunakan alat pembayaran ini di gerbang tol, stasiun, atau halte bus TransJakarta.
Akan tetapi, para pengguna tampaknya kini berbondong-bondong untuk mencicipi layanan uang elektronik berbasis server, di mana mereka bisa memanfaatkan aplikasi mobile. MDI Venture melaporkan, pada 2016 lalu, GoPay memiliki GTV atau Gross Transaction Volume yang lebih tinggi dibandingkan Mandiri e-Cash dan TCASH.
2. Fitur QR Code jadi primadona
Pada 2018, bisnis pembayaran digital di Tiongkok mampu mencapai angka US$5,5 triliun. Salah satu faktor utamanya adalah adanya penerapan QR Code dari Tencent Pay dan Alipay, yang mana kedua pemain ini menguasai sekitar 90% bisnis mobile payment di sana.
Contoh sukses ini nyatanya juga dijadikan peluang oleh Bank Indonesia (BI). Bertepatan dengan HUT ke-74 Republik Indonesia pada 17 Agustus 2019 lalu, Bank Indonesia pun resmi meluncurkan QR Code Indonesian Standard atau QRIS, sebuah kode QR standar yang digunakan untuk pembayaran di Indonesia.
Kode yang dikembangkan oleh BI dan Asosiasi Pembayaran Indonesia memudahkan merchant apabila ada konsumen yang hendak membayar melalui aplikasi mobile. Sebab, satu QR Code bisa menerima berbagai pembayaran elektronik.
Cara penggunaannya pun sama. Konsumen hanya perlu memindai QR Code di masing-masing merchant dengan menggunakan ponselnya. Sebagai informasi, QRIS ini disusun dengan mengikuti standar internasional EMV Co, yang aman. Terlebih, standar tersebut telah diikuti oleh Korea Selatan, India, Malaysia, Thailand, dan Singapura.
Berdasarkan Siaran Pers bertajuk “QRIS, Satu QR Code untuk Semua Pembayaran” yang dikeluarkan oleh Departemen Komunikasi BI pada 17 Agustus 2019, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa QRIS memiliki semangat UNGGUL, yakni UNiversal, GampanG, Untung, dan Langsung, serta memiliki tujuan:
a. UNiversal: QRIS dapat digunakan oleh semua lapisan masyarakat dan bukan cuma bisa dimanfaatkan untuk pembayaran di dalam negeri saja, melainkan di luar negeri.
b. GampanG: masyarakat bisa bertransaksi dengan mudah, aman, hanya dengan gawai saja.
c. Untung: menguntungkan merchant dan konsumen karena transaksi dilakukan lewat satu QR Code saja.
d. Langsung: guna mendukung kelancaran pembayaran, transaksi dengan QRIS bisa dinikmati secara real-time.
Harapannya, dengan semangat UNGGUL tersebut, terwujudlah tujuan-tujuan, seperti meningkatkan efisiensi transaksi, mempercepat keuangan yang inklusif, memajukan UMKM, serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
3. Penerapan big data
Tren mobile payment di Indonesia yang tak kalah penting ialah penerapan big data. Laporan MDI Ventures dan Mandiri Sekuritas nyatanya juga menekankan pada penerapan big data dalam mobile payment ini. Setidaknya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan pelaku bisnis dalam pemanfaatan big data tersebut.
Apalagi, big data tersebut bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam hal, misalnya menghasilkan skor kredit yang bisa digunakan pihak lain, mendeteksi adanya penipuan, menentukan seberapa risiko sebuah transaksi ketika dijalankan, juga membantu merchant untuk menganalisis konsumen mereka.
C. Layanan Mobile Payment di Indonesia
Berikut beberapa layanan mobile payment terkemuka di Indonesia di antaranya,
1. GoPay
GoPay adalah salah satu layanan yang disediakan oleh PT Aplikasi Karya Anak Bangsa. Dengan GoPay, para pengguna aplikasi GoJek bisa membayar semua produk atau jasa yang dipesan melalui aplikasi ini, seperti layanan transportasi, pesan makanan, membeli pulsa, dan lain sebagainya. Total transaksi GoPay pada tahun 2018 mencapai Rp 87 Triliun.
2. DANA
DANA merupakan layanan mobile payment berbasis aplikasi ponsel cerdas dari PT Espay Debit Indonesia Koe. DANA, atau Dompet Digital Indonesia, merupakan layanan pembayaran digital berbasis open-platform.
DANA dapat dipergunakan untuk melakukan pembayaran e-commerce, pembelian tiket bioskop, dan lain sebagainya. Untuk mengisi saldonya, para pengguna aplikasi ini dapat melakukan top-up melalui bank-bank yang bermitra atau dari outlet mini market yang banyak tersebar. Sehingga hal ini akan memudahkan para penggunanya untuk mengisi kembali saldo mereka.
DANA memiliki kelebihan utama dari segi adopsi penggunaannya. Berbeda dengan layanan mobile payment lainnya, DANA tidak terpaku dengan satu platform tertentu.
3. LinkAja
LinkAja merupakan aplikasi mobile payment hasil sinergi beberapa perusahaan, yaitu Himpunan Bank Milik Negara, termasuk Bank Mandiri, Telkomsel, dan Pertamina. LinkAja adalah aplikasi yang memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam memenuhi kebutuhan bertransaksi bagi seluruh lapisan masyarakat.
Dengan aplikasi LinkAja, para penggunanya dapat melakukan pembayaran merchant dan e-commerce. Pembayaran dapat dilakukan menggunakan QR Code di merchant offline, dan menggunakan PIN atau OTP untuk pembayaran e-commerce. Selain itu, LinkAja bisa digunakan untuk melakukan pembayaran tagihan, mengirim dan menerima saldo, dan beberapa transaksi lainnya.
4. Jenius
Layanan mobile payment Jenius adalah salah satu produk dari PT Bank BTPN Tbk. Salah satu fitur yang menonjol dari Jenius dibandingkan layanan mobile payment lainnya adalah Jenius menyediakan kartu debit virtual yang bisa digunakan untuk bertransaksi online di semua merchant-merchant di internet.
Selain itu, para pengguna Jenius ini dapat melakukan transaksi pada toko atau e-commerce atau situs dari mancanegara yang tadinya hanya bisa dilakukan oleh para pemilik kartu kredit saja.
Sesama pengguna Jenius pun dapat saling mengirimkan dana menggunakan $CashTag sebagai alamat pengirim dan penerima dana. Sehingga tidak menyulitkan para penggunanya, karena tidak harus mengingat nomor rekening yang terkadang menyulitkan.
Dari berbagai sumber
Post a Comment