Pengertian Prototype, Tujuan, Jenis, Metode, Contoh, dan Manfaatnya
Prototype |
A. Pengertian Prototype
Prototype adalah sebuah skema rancangan sistem yang membentuk model dan standar ukuran atau skalabilitas yang akan dikerjakan nantinya. Kata ini berasal dari dua kata bahasa Yunani, protos dan typos. Protos sendiri berarti “yang pertama” sedangkan typos dapat diartikan sebagai "pola atau impresi".
Prototype digunakan sebagai contoh mula-mula atau purwarupa dari suatu rancangan produk. Hal ini juga dikenal dalam dunia teknologi dan rekayasa perangkat lunak hingga industri manufaktur dan sebagainya. Dengan prototype, setiap pengembang maupun pengguna dapat berinteraksi langsung dengan model tersebut tanpa harus membuat produk nyatanya.
Baca Juga: Pengertian Pengembangan Produk, Tujuan, Jenis, Tahap, Faktor Pendukung, dan Penghambatnya
Sistem prototipe yang dibangun, menyesuaikan dengan kebutuhan awal development software untuk mengetahui beberapa fitur dan fungsi yang telah didefinisikan sebelumnya. Sehingga mampu mengetahui kesalahan lebih awal sebelum mengimplementasikan dan merilis produk secara keseluruhan.
B. Tujuan Prototype
Prototype bertujuan agar produk yang diluncurkan sesuai dengan permintaan pasar. Prototype bisa menjadi jembatan antara produsen dan konsumen untuk mewujudkan produk yang sesuai. Dengan begitu, produk yang diluncurkan diminati oleh konsumen.
Adanya prototype ini juga bisa menghemat biaya produksi karena produsen tidak perlu melakukan ‘trial and error’. Bisa dibayangkan, berapa besar biaya produksi yang dikeluarkan jika produsen tidak memiliki prototype dan asal mengeluarkan produk.
Pengusaha pun bisa menghemat waktu untuk melakukan riset apabila sudah menentukan prototype. Karena, produk yang diproduksi sudah memiliki konsep dan sampelnya sudah sesuai dengan permintaan pasar, bahkan beberapa ada masukan dari konsumen.
C. Jenis Prototype
Sketch Prototype |
1. Sketch
Sketch atau sketsa merupakan gambar yang dapat dibuat dengan menggunakan pensil atau bantuan alat tulis lain dalam sebuah kertas, tanpa membutuhkan biaya yang mahal. Mayoritas, sketch digunakan untuk tahap pembuatan desain awal untuk perancangan suatu produk.
Sketsa sendiri berfungsi untuk mengetahui beberapa kelemahan dari desain yang dapat menimbulkan permasalahan dari sisi pengalaman bagi pengguna. Sketch juga termasuk ke dalam contoh prototype low – fidelity. Yang mana, desainer dapat merekayasa ulang proyek desain secara cepat dengan biaya yang lebih murah.
2. Wireframe
Wireframe merupakan konsep yang berpusat pada penyusunan tata letak desain, dan di dalamnya terdapat unsur elemen berupa konten. Sebagian besar model wireframe menggunakan skala berwarna abu-abu dan hitam.
Jenis ini juga termasuk ke dalam low – fidelity, dimana pembuatan sketsa dapat dilakukan dengan bantuan tool seperti Whimsical, Balsamiq, Figma, dan lainnya. Proses wireframing sendiri tidak memerlukan waktu yang lama, sehingga tim desainer pada umumnya menerapkannya untuk kebutuhan proyek yang ringan.
3. Mockup
Jenis yang terakhir adalah mockup, yaitu desain yang sepenuhnya dibuat berdasarkan kombinasi warna, tata letak, tipografi, dan konten di dalamnya. Mockup sendiri dapat merepresentasikan produk akhir secara lebih jelas dan tampak nyata.
Mockup juga termasuk ke dalam high – fidelity, di mana proses pembuatan akan memakan waktu lebih lama daripada kedua jenis sebelumnya. Namun, hasil yang diperoleh lebih spesifik untuk dapat memberikan contoh produk yang mendekati kebutuhan dari user.
D. Metode Prototyping
Tahapan dari metode prototyping yang dilakukan oleh tim desainer di antaranya,1. Melakukan pengumpulan informasi dan observasi awal
2. Membuat prototype berdasarkan hasil analisa yang diperoleh
3. Melaksanakan proses evaluasi terhadap prototipe yang berhasil dibuat
4. Melakukan pengujian (testing) terhadap produk prototype yang telah dibuat
5. Melaksanakan pengujian ulang terhadap sistem sebelum masuk pada perilisan prototipe
6. Mengujicobakan sistem prototyping kepada user dan stakeholders terkait
E. Contoh Prototype
Secara umum, prototype memiliki 4 kualitas utama yang meliputi representasi, presisi, interaktivitas, dan evolusi. Keempat hal ini telah terangkum dalam manfaat-manfaat prototype yang ada di atas. Di samping hal itu, prototype memiliki setidaknya tiga metodologi dalam proses pembuatannya. Tiga contoh metodologi pembuatan prototype tersebut di antaranya,1. Paper Prototyping (Low-fi)
Sebelum mudahnya akses internet dan digital, pembuatan prototype paling dasar adalah berbasis kertas. Melalui gambar dua dimensi ini, prototype didesain dari awal sebelum uji ide produk. Cara ini amat sederhana karena hanya berbentuk gambar-gambar dua dimensi dan lantas diuji dengan perilaku seseorang untuk menggunakan produk prototype tersebut.
Paper prototype memiliki beberapa keunggulan seperti cepat dibuat, murah, dan dapat menumbuhkan kerja tim karena cukup menyenangkan. Tak hanya itu, paper prototype juga mudah didokumentasikan, berikut pula catatan dan revisinya dapat ditulis langsung. Proses ini umumnya memakai metode yang disebut low fidelity prototype yang nantinya akan dikembangkan lewat proses pengodean.
Namun, paper prototype juga memiliki kekurangan seperti misalnya kurang realistis, menimbulkan kesalahan uji produk, dan tidak menimbulkan reaksi tertentu bagi imajinasi pengguna produk.
2. Digital Prototype (Hi-fi)
Seperti namanya, digital prototype adalah bentuk prototype yang paling umum dipakai. Metode ini cukup realistis untuk menguji sebagian besar elemen antarmuka (interface) secara akurat. Tak hanya itu, prototype jenis ini juga masih relatif mudah diproduksi.
Digital prototype dapat dibuat menggunakan aplikasi dan perangkat lunak yang memang dibuat khusus untuk membuat prototype. Bahkan, Anda bisa membuat prototype jenis ini langsung lewat aplikasi presentasi macam Microsoft PowerPoint atau Keynote.
Proses ini umumnya dibuat dengan metode lo-fi digital menjadi hi-fi digital dan lantas disempurnakan melalui pengodean.
Kelebihan dari digital prototype terletak pada segi interaksi realistis, fleksibilitas, dan aktivitas komputasi yang relatif cepat. Sedangkan kekurangan dari prototype jenis ini adalah perlunya mempelajari perangkat lunak untuk membangun prototype serta proses penerjemahan desain ke dalam kode untuk pengujian elemen.
3. HTML Prototype
Metode pembuatan prototype HTML adalah yang paling rumit dari ketiga contoh yang ada. Sebabnya, proses pembuatan prototype jenis ini hanya direkomendasikan untuk para desainer yang memiliki kemampuan pengodean mumpuni.
Secara umum, pembuatan prototype dengan metode HTML ini dibentuk dengan kode-kode dasar yang dapat menghemat energi dan waktu. Tak hanya itu adanya pengodean yang tersistem juga akan memudahkan pengembangan prototype di masa mendatang.
Selain berbiaya rendah, metode pembuatan prototype jenis ini akan memudahkan proses uji prototype di hampir semua sistem operasional komputer tanpa perlu menjalankan perangkat lunak eksternal. Pilihan ini menjadi yang paling ekonomis dari segi kualitas hasil dan pembiayaan dasar. Tapi tentu saja, proses pengodean yang dipakai juga tidak main-main.
Lain halnya dengan dua contoh prototype sebelumnya yang memiliki tahapan sebelum memasuki proses pengodean, metode HTML lebih efisien karena pengembang dapat langsung membuat prototype melalui pengodean itu sendiri. Hampir tidak ada limbah dari pembuatan prototype dengan metode ini, baik itu adalah prototype sekali pakai, langkah tambahan, dan biaya perangkat lunak eksternal.
Namun, di sisi lain metode ini memang membutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni di bidang pengodean dan komputasi. Tak hanya itu, ketergantungannya pada keterampilan pengodean membuat desainer dan kontribusinya menjadi terbatas. Alhasil, kebebasan kreativitasnya tidak terlalu besar.
F. Manfaat Prototype
Terdapat beberapa manfaat yang diperoleh produsen atau penemu ide ketika membuat prototype di antaranya,1. Mendapatkan gambaran konkret
Prototipe merupakan tahapan mengubah konsep yang belum pasti ke wujud yang riil. Dengan menggunkan prototype kita bisa memastikan bahwa konsep bisa diimpementasikan dan bisa digunakan untuk lebih memahami kebutuhan konsumen. Ide-ide di pikiran bisa tertuang dalam bentuk konkret sesuai kebutuhan konsumen.
2. Tahu keinginan konsumen
Walaupun prototype tidak menggambarkan semua fungsi dan tujuan produk, gambaran sederhana itu dapat mewakili minat pasar. Adanya interaksi antara produsen dengan konsumen, memungkinkan produsen mendapatkan masukan dari konsumen berdasarkan pengalaman menggunakan produk.
3. Bahan presentasi ke investor
Dengan adanya prototipe dapat memudahkan produsen untuk mempresentasikan produk yang akan diluncurkan di hadapan investor. Adanya prototype memudahkan investor mendapatkan gambaran fisik produk yang akan diluncurkan.
Gambaran fisik itu juga bisa menentukan keberhasilan produk dan memutuskan investor apakah akan mendanai peluncuran produk itu atau tidak.
4. Hemat biaya
Seperti yang sudah kami katakan, salah satu tujuan dari pembuatan prototype adalah merealisasikan konsep ke dalam produk jadi, yang tentu saja akan ada “trial dan eror”. Setelah prototype sukses, baru akan dilakukan produksi massal.
Dengan menunda produksi massal, dan memilih untuk membuat prototype tentu akan bisa menghemat banyak biaya jika produk tersebut ternyata memiliki kekurangan.
5. Pengembangan produk baru
Prototype bisa menjadi acuan untuk mengembangkan ide atau produk baru. Dengan menganalisa prototype, produsen bisa menemukan kekurangan dan mencari solusi untuk mengembangkan produk atau ide baru yang lebih baik.
Dari berbagai sumber
Post a Comment