Pengertian Employee Turnover, Penyebab, Proses, Jenis, Akibat, dan Pencegahannya
Employee Turnover |
A. Pengertian Employee Turnover
Employee turnover adalah suatu kegiatan pergantian karyawan lama dengan yang baru dalam suatu perusahaan. Employee turnover bisa memberikan keuntungan bila karyawan yang baru memiliki performa yang lebih baik daripada yang resign. Tapi, bila angka employee turnover sangat tinggi, maka perusahaan akan merugi.
Terdapat dua hal yang membuat karyawan meninggalkan perusahaan. Hal yang pertama adalah karena sukarela. Ada banyak penyebab yang bisa membuat karyawan sukarela mengajukan resign. Mulai dari memperoleh pekerjaan yang lebih baik, mendapatkan penawaran gaji yang lebih tinggi, ingin lebih fokus belajar, dan lain-lain.
Hal yang kedua adalah karena terpaksa, seperti adanya PHK yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Tapi, aspek yang kedua ini sangat jarang dijadikan tolak ukur dalam menghitung angka employee turnover. Meningkatnya minat karyawan untuk mengundurkan diri secara sukarelalah yang harus lebih diperhatikan, karena hal tersebut biasanya berhubungan dengan internal manajemen perusahaan.
B. Penyebab Employee Turnover
Penyebab turnover karyawan dapat dianalisis dari tiga faktor di antaranya,
1. Faktor Individu. Adapun faktor individu meliputi di antaranya,
a. Kepuasan kerja. Seberapa besar kepuasan karyawan dalam bekerja, apakah perusahaan tersebut memenuhi kebutuhan work-life balance-nya atau tidak.
b. Beban kerja yang terlalu berat.
c. Durasi kerja yang sudah cukup lama dan ingin menemukan tantangan baru.
d. Mentalitas karyawan.
2. Faktor Organisasi. Adapun faktor organisasi meliputi di antaranya,
a. Sistem kerja perusahaan yang cenderung represif dan tidak memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan karyawan.
b. Sistem gaji yang tidak transparan.
c. Tidak ada program engagement karyawan baik secara individu maupun antar-tim
d. Sistem kerja yang obsolete dan tidak beradaptasi dengan anomali maupun persaingan di masa depan.
e. Transparansi.
3. Faktor Geografis. Faktor geografis sendiri biasanya dipengaruhi oleh jarak karyawan menuju kantor. Hal ini menjadi faktor turnover juga jika karyawan tersebut bekerja sudah lama di perusahaan saat ini.
C. Proses Employee Turnover
Proses terjadinya turnover dianalisis melalui pendekatan psikologis dan struktural. Psikologis adalah respons psikis dari karyawan. Sedangkan struktural adalah berbicara secara keseluruhan dari struktur perusahaan.
1. Evaluasi
Pertama, karyawan akan mengevaluasi beberapa hal selama mereka bekerja. Biasanya karyawan baru merasakan budaya dan tekanan kerja pada bulan ke-6. Biasanya mereka mengevaluasi kerjasama tim, sistem kerja perusahaan apakah sudah pro-karyawan atau belum, rutinitas kerja, dan juga hubungan dengan atasan.
2. Keputusan
Pada proses ini, karyawan mulai memiliki opsi untuk tinggal atau tetap bekerja. Pada fase ini karyawan cenderung memiliki performa kerja yang menurun. Pada fase ini juga karyawan tersebut mulai mencari peluang pekerjaan baru yang lebih baik.
3. Pengajuan Keluar
Pada tahap ini, karyawan mulai mengajukan resign kerja kepada tim kemudian kepada tim HR. Hal yang harus dilakukan oleh perusahaan pada tahap ini adalah melakukan exit interview dan juga komunikasi internal divisi.
Exit interview dilakukan untuk menjawab permasalahan karyawan dan sebagai bentuk keyakinan perusahaan bahwa karyawan tersebut masih dibutuhkan. Kedua, exit interview dilakukan sebagai sarana evaluasi perusahaan dalam menyusun sistem kerja yang kolaboratif dan lebih humanis.
Komunikasi internal divisi pun juga demikian. Hal ini dilakukan untuk mendengarkan masukan dan keresahan karyawan selama bekerja bersama dalam tim.
D. Jenis Employee Turnover
Sebenarnya banyak jenis turnover karyawan berdasarkan kesukarelaan, pengendalian, dan juga fungsional. Namun jenis turnover karyawan yang akan dibahas terkait dengan pengaruhnya dengan stabilitas perusahaan adalah dari segi tingkat fungsi. Jenis turnover berdasarkan tingkat fungsi terbagi menjadi dua di antaranya,
1. Fungsional
Di mana turnover karyawan tidak mempengaruhi kualitas perusahaan bahkan cenderung menguntungkan. Dikatakan menguntungkan karena memang karyawan tersebut memiliki kinerja buruk sehingga perusahaan dapat mengganti dengan karyawan lain yang lebih baik.
2. Disfungsional
Jenis turnover ini yang cenderung merugikan perusahaan. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, baik kinerjanya buruk maupun bagus karyawan tersebut tetap dibutuhkan secara fungsional. Kedua, hilangnya sosok pemimpin, ketiga adalah karyawan tersebut memiliki kinerja baik, perilaku baik, dan memiliki pengaruh besar bagi perusahaan.
E. Akibat Tingginya Tingkat Employee Turnover
Tingginya tingkat employee turnover atau banyaknya karyawan yang keluar masuk perusahaan menandakan ada sesuatu yang tidak benar di tingkatan manajemen perusahaan. Baik itu dari gaji yang diberikan, minimnya benefit, atau lingkungan kerja yang tidak sehat.
Meningkatnya angka employee turnover ini akan memengaruhi banyak aspek perusahaan di antaranya,
1. Kerugian Finansial
Merekrut karyawan baru bukanlah suatu hal yang mudah dan juga murah. Perekrutan akan memakan banyak biaya, mulai dari membayar vendor untuk membuka lowongan kerja, proses interview, pelatihan, sampai memilih karyawan yang memiliki kemampuan yang sama dengan karyawan sebelumnya. Terlebih lagi bila Anda harus membayar pesangon untuk karyawan yang resign.
2. Produktivitas Menurun
Mencari pengganti karyawan baru yang resign tentunya akan memerlukan banyak waktu. Beberapa perusahaan memerlukan waktu hingga sebulan atau bahkan lebih lama lagi. Sehingga, akan membuat tingkat produktivitas karyawan lain menurun karena terbebankan oleh pekerjaan karyawan yang resign.
3. Turunnya Keuntungan Perusahaan
Pada akhirnya, menurunnya tingkat produktivitas perusahaan akan memengaruhi keuntungan atau laba perusahaan. Akan ada banyak pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan dengan baik, angka penjualan yang merosot, dan akhirnya akan berdampak pada perolehan keuntungan perusahaan.
F. Pencegahan Employee Turnover
Mencegah tingginya tingkat turnover karyawan terutama mencegah perginya karyawan yang dapat menyebabkan disfungsi perusahaan. Tergantung dari sistem dan budaya kerja yang dibangun. Berikut pencegahan yang dapat dilakukan untuk menekan tingkat turnover karyawan di antaranya,
1. Menyusun Strategi Engagement Karyawan
Menyusun rencana strategi engagement adalah dengan membuat program yang prokaryawan. Misalnya membuat program kompensasi, program reward karyawan, insentif, memberikan program pelatihan skill karyawan dan juga fleksibilitas kerja terutama dalam memenuhi kebutuhan work-life balance karyawan.
Selain itu perusahaan juga harus menerapkan performance review. Hal itu berguna agar perusahaan dapat melakukan evaluasi dan juga menentukan langkah yang harus dijalankan untuk mengembangkan karyawan. Perusahaan juga harus membuka diri dengan survei tingkat kepuasan karyawan terhadap perusahaan. Sebisa mungkin lakukan setiap bulan.
2. Menanam Budaya dan Lingkungan Kerja yang Ramah Teknologi
Berbicara teknologi berarti berbicara tentang kemudahan. Membudayakan teknologi pada organisasi perusahaan termasuk dalam rangka memenuhi kebutuhan karyawan. Misalnya saja menyediakan laptop pribadi untuk kebutuhan kerja.
Hal lainnya adalah terkait employee self-service atau layanan mandiri karyawan. Hal ini tentu dapat meningkatkan kenyamanan kerja karyawan karena dapat memenuhi segala kebutuhan secara mandiri misalnya cuti, work from home, atau absensi sekalipun.
Dari berbagai sumber
Post a Comment