Pengertian Aggregate Demand, Komponen, Faktor, dan Cara Menghitungnya
Aggregate Demand |
A. Pengertian Aggregate Demand
Aggregate demand adalah nilai total permintaan semua jenis produk barang dan jasa yang dibuat dalam suatu periode tertentu. Nilai permintaan yang terdapat di dalam agregat ini akan dinyatakan dalam wujud nilai keseluruhan yang digunakan untuk produk barang dan jasa tersebut hingga level harga yang lebih spesifik dan pada periode waktu tertentu.
Aggregate demand mencakup seluruh barang konsumsi, barang modal yang digunakan untuk proses produksi, kegiatan ekspor impor, dan program pembelanjaan pemerintah. Setiap variabel ini nantinya akan dianggap sama selama diperdagangkan pada nilai pasar yang sama.
Permintaan agregat juga bisa dihitung dalam jangka waktu yang panjang, yang sering disebut dengan PDB atau permintaan Domestik Bruto. Bila PDB ini akan menggambarkan nilai total dan juga barang yang dibuat, maka aggregate demand akan mewakili keinginan pada barang dan juga jasa.
B. Komponen Aggregate Demand
1. Konsumsi
Konsumsi mampu mewakili tingkat pengeluaran rumah tangga untuk barang dan juga jasa. Hal penentu yang paling utama dari komponen yang satu ini adalah pendapatan disposibel atau pendapatan setelah pajak atau pendapatan sekali digunakan.
Tingginya pengeluaran sekali pakai akan mampu meningkatkan konsumsi dan juga tabungan. Tingginya tabungan dan juga konsumsi rumah tangga dari tambahan uang yang diterima tergantung dari kebiasaan rumah tangga tersebut.
Kita bisa mengukur kebiasaan ini dengan menggunakan indikator kecenderungan mengonsumsi marginal dengan kecenderungan menabung marginal.
2. Investasi
Pengeluaran investasi adalah pembelian produk barang atau jasa yang dilakukan oleh bisnis. Pembelian ini umumnya digunakan untuk modal fisik, yang sangat paling penting untuk kapasitas produksi mereka. Keputusan investasi inti tergantung pada tingkat keuntungan yang diharapkan dan juga biaya pendanaan.
3. Pengeluaran pemerintah
Pengeluaran pemerintah dianggap sebagai variabel eksogen. Kondisi itu terjadi dikarenakan berbagai variabel ekonomi di dalamnya tidak mampu mempengaruhi keputusan pengeluaran.
4. Ekspor bersih
Nilai ekspor bersih adalah nilai ekspor yang sudah dikurang dengan impor. Ekspor adalah permintaan dari pihak luar negeri untuk produk dalam negeri. Sedangkan impor adalah permintaan domestik untuk produk dari luar negeri. Komponen ini ditentukan dari pendapatan dan juga harga yang relatif antara ekonomi domestik dan juga dunia.
C. Faktor yang Mempengaruhi Aggregate Demand
Dalam dunia ekonomi, terdapat beberapa faktor yang mampu mempengaruhi aggregate demand di antaranya,
1. Perubahan Suku Bunga
Naik atau turunnya nilai suku bunga mampu mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh setiap konsumen dan para pebisnis. Menurunnya suku bunga akan berdampak pada menurunnya biaya pinjaman untuk barang yang berharga, seperti keperluan rumah tangga, kendaraan, dan juga rumah.
Ketika suku bunga sedang rendah, maka perusahaan bisa mengajukan pinjaman dengan suku bunga yang lebih rendah. Hal ini cenderung akan terjadi peningkatan pada belanja modal.
Sebaliknya, ketika suku bunga meningkat, maka biaya pinjaman untuk perorangan ataupun perusahaan akan cenderung meningkat juga. Dalam kondisi seperti ini, pengeluaran yang terjadi akan cenderung menurun atau melambat. Kenaikan harga akan sangat mempengaruhi jumlah pengeluaran.
2. Tingkat Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat
Saat pendapatan nasional memang sedang meningkat, maka pendapatan setiap rumah tangga akan turut meningkat. Di saat seperti inilah permintaan agregat akan turut meningkat. Sebaliknya, penurunan pendapatan nantinya akan berimbas pada menurunnya jumlah aggregate demand. Ketika suatu negara masuk ke dalam jurang resesi, maka kondisi tersebut akan sangat berdampak pada aggregate demand.
Bila masyarakat merasa kondisi ekonomi dalam negerinya sedang aman, maka mereka akan cenderung belanja lebih banyak yang nantinya akan berdampak pada menurunnya tabungannya. Namun saat resesi terjadi, maka masyarakat akan cenderung berupaya meningkatkan jumlah tabungannya.
3. Perubahan Ekspektasi Inflasi
Bila suatu negara sedang mengalami peningkatan laju inflasi, maka umumnya akan terjadi pula peningkatan harga barang dan jasa dalam negeri. Bila masyarakat merasa negaranya sedang mengalami inflasi, maka mereka akan melakukan pembelian sebelum harga komoditas menjadi meningkat tinggi.
Kondisi tersebut akan menyebabkan aggregate demand menjadi meningkat. Sebaliknya, bila masyarakat merasa harga komoditas akan segera mengalami penurunan dalam waktu yang dekat, maka mereka akan cenderung menunggu hingga harganya turun. Hal ini akan membuat aggregate demand menjadi menurun juga.
4. Perubahan Nilai Tukar Mata Uang
Nilai mata uang pun akan turut memberikan dampak besar pada aggregate demand. Bila nilai mata uang dalam suatu negara sedang anjlok, maka harga barang tentu akan semakin mahal, khususnya barang impor. Sebaliknya, bila mata uang sedang meningkat, maka harga barang impor pun akan cenderung lebih murah. Naik turunnya harga ini pun akan turut mempengaruhi nilai aggregate demand.
D. Cara Menghitung Aggregate Demand
Untuk menghitung permintaan agregat yang standar, beberapa hal yang harus diketahui di antaranya,
1. Rencana biaya pengeluaran untuk barang dan jasa (C)
2. Rencana pengeluaran untuk investasi (I)
3. Pengeluaran pemerintah (G)
4. Ekspor (X)
5. Impor (M)
Formula menghitung permintaan agregat yang standar adalah
AD = C + I + G + (X – M).
Utang dapat berperan besar dalam rendah atau tingginya nilai permintaan agregat. Permintaan agregat pada dasarnya adalah mengeluarkan uang, entah itu untuk konsumsi, investasi, atau kategori lainnya. Mengeluarkan uang sangat tergantung dengan jumlah pendapatan.
Pendapatan – Pengeluaran = Jumlah Tabungan
Atau:
Pengeluaran = Pendapatan – Tabungan = Pendapatan + Utang.
Dengan kata lain, jumlah yang kita keluarkan adalah yang kita dapat ditambah jumlah yang kita pinjam. Jika si A mengeluarkan Rp 5 juta sementara pendapatannya adalah Rp 4 juta, maka si A pasti meminjam Rp 1 juta sisanya. Tetapi jika si A mengeluarkan Rp 3 juta dari penghasilannya yang Rp 4 juta, maka ia punya tabungan sebesar Rp 1 juta.
Jika konsumen banyak mengajukan pinjaman, bisa berarti kepercayaan konsumen pada kondisi keuangan sedang baik. Karena itu, permintaan agregat akan meningkat. Tetapi di saat kondisi ekonomi menurun, konsumen akan menahan diri untuk membeli barang atau jasa yang mahal. Maka sebisa mungkin mereka menghindari utang. Di saat ini, permintaan agregat juga menurun.
Dari berbagai sumber
Post a Comment