Pengertian Nilai Residu, Peran, Poin Penting, Metode, dan Jenisnya
A. Pengertian Nilai Residu (Salvage Value)
Nilai residu (salvage value) adalah nilai sisa suatu barang yang sudah habis umur ekonomisnya. Nilai residu juga diartikan sebagai jumlah estimasi yang dapat diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan, jika aset telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.Nilai residu bisa dikatakan pula sebagai nilai jual kembali suatu aset pada akhir masa manfaatnya. Dalam Ilmu Akuntansi, nilai tersebut diperhitungkan sebagai pengurang biaya overhead. Dalam dunia akuntansi, beban penyusutan atau biaya depresiasi merupakan salah satu hal yang esensial, terutama dalam pembuatan laporan keuangan.
Di dalam biaya depresiasi itu, terdapat pula sebuah variabel yang memegang peranan tak kalah penting, dinamakan nilai residu. Nilai residu, atau biasa disebut dengan salvage value, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi biaya depresiasi. Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana cara mencari angka depresiasi sebuah aktiva, kita juga harus tahu mengenai biaya residunya.
Fungsi dari nilai residu adalah menghitung penyusutan atas suatu taksiran nilai aset tetap dan usia ekonomis yang sebelumnya sudah digunakan. Perhitungan nilai residu juga dilakukan untuk membantu adanya penyusutan aset tetap dan nilai pada aset tersebut sudah tidak lagi mempunyai manfaatnya. Sehingga, pihak perusahaan bisa menjual atau menghentikan penggunaan dari aset tersebut.
B. Peran Nilai Residu (Salvage Value) dalam Keuangan Perusahaan
Sebagai ilmu akuntansi bahwa beban penyusutan atau biaya depresiasi, merupakan salah satu perhitungan yang berpengaruh pada perusahaan terutama saat penyajian dalam laporan keuangannya. Oleh sebab itu biaya depresiasi merupakan nilai yang berpengaruh dan berkaitan dengan nilai residunya.Biaya depresiasi atau penyusutan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.16 adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya.
Namun penyusutan periode akuntansi ini akan dibebankan ke dalam pendapatan baik secara tidak langsung ataupun langsung. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa pentingnya bagi keuangan bisnis untuk mencari nilai ini yang akan mempengaruhi besarnya biaya penyusutan.
Hal ini juga berdampak dalam penyajian laporan keuangan. Penting bagi Anda juga untuk menganalisis bukti transaksi yang terjadi termasuk pembelian aset. Supaya Anda dapat mengetahui kapan pembelian tersebut dan berapa angka penyusutan atau umur ekonomisnya.
C. Poin Penting Nilai Residu (Salvage Value)
1. Pendapatan residual pribadi bukanlah hasil dari pekerjaan atau upah per jam – ini membutuhkan investasi awal berupa uang atau waktu, dan tujuan utamanya adalah untuk memperoleh pendapatan yang berkelanjutan.2. Pendapatan residual sering disebut sebagai “pendapatan pasif” untuk individu atau bisnis. Contoh pendapatan sisa termasuk investasi real estat, saham, obligasi, akun investasi, dan royalti.
3. Untuk evaluasi ekuitas, biaya ekuitas dihitung sebagai modal ekuitas dikalikan dengan biaya ekuitas.
4. Sisa pendapatan perusahaan adalah sisa keuntungan setelah membayar semua biaya modal.
D. Metode Penyusutan yang Memanfaatkan Perhitungan Nilai Residu
Untuk mencari nilai residu dalam suatu penghitungan biaya penyusutan, perlu diketahui bahwa nilai residu bisa didapat dari adanya perhitungan biaya penyusutan. Karena nilai ini digunakan sebagai suatu nilai taksiran, maka nilai sisa ini digunakan agar perusahaan mampu menghitung besaran nilai penyusutannya.Saat biaya tersebut menjadi pengeluaran utama perusahaan setelah masa manfaat atau fungsinya telah habis, maka untuk mengatasinya terdapat 4 rumus atau metode penyusutan di antaranya,
1. Metode Penyusutan Garis Lurus
Cara pertama yang bisa digunakan adalah penyusutan garis lurus. Cara ini adalah cara yang paling banyak digunakan untuk mencari biaya penyusutan karena dianggap sebagai cara yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan.
Selain itu, cara ini juga biasanya lebih difokuskan pada penyusutan sebagai suatu fungsi dari waktu, bukan dalam hal penggunaannya. Untuk itu, diperlukan salvage value dalam proses perhitungannya. Rumus perhitungannya adalah:
Penyusutan = Harga perolehan – nilai residu : umur ekonomis.
Berdasarkan rumus tersebut, kita bisa lihat bahwa untuk mencari nilai penyusutan bisa dicari dari harga perolehan yang dikurangi dengan nilai residu, lalu dibagi dengan umur ekonomis pada suatu aktiva tetap. Oleh karena itu, salvage value sangat berkaitan dengan biaya penyusutan pada suatu aktiva tetap.
2. Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun
Cara kedua yang bisa dilakukan untuk mengetahui nilai residu adalah sum of years digit method atau metode penyusutan jumlah angka tahun. Dalam metode ini, akan terlihat bahwa nilai penyusutan akan terus berkurang setiap tahunnya. Selain itu, cara ini juga akan menggunakan nilai residu dalam proses perhitungannya. Rumusnya adalah:
Penyusutan = sisa umur penggunaan dibagi jumlah angka tahun dikali harga perolehan dikurangi nilai residu.
3. Metode Penyusutan Satuan Jam Kerja
Untuk mendapatkan nilai residu, kita juga bisa menggunakan metode penyusutan dalam satuan jam kerja. Sama dengan metode penyusutan dalam hitungan tahun, maka nilai residu dalam hal ini juga berkaitan dengan harga perolehannya. Rumusnya adalah:
Tarif penyusutan per jam = harga perolehan – nilai residu + total jumlah jam kerja pada penggunaan aktiva tetap.
Berdasarkan rumus di atas, nilai residu memang tidak berkaitan langsung dengan metode penyusutan. Namun, nilai residu akan tetap memengaruhi besarnya nilai penyusutan, hal ini dikarenakan akan memengaruhi salah satu pada variabel di dalamnya.
4. Metode Hasil Produksi
Cara terakhir yang bisa digunakan adalah metode hasil produksi. Dengan metode ini, beban biaya penyusutan pada aktiva tetap akan diketahui berdasarkan jumlah satuan produk yang bisa dihasilkan dalam kurun waktu yang berkaitan.
Jadi, beban depresiasi akan dihitung berdasarkan nilai satuan hasil produksi, sehingga nilai depresiasi dari setiap periode akan terus berubah sesuai dengan fluktuasi hasil produksi. Rumusnya adalah:
Tarif penyusutan per satuan produk = harga perolehan – nilai residu : jumlah total produk yang mampu dihasilkan.
Berdasarkan rumus tersebut, maka nilai residu akan sangat erat kaitannya dengan harga perolehan.
E. Jenis Nilai Residu (Salvage Value)
1. Penilaian ekuitasDalam penilaian ekuitas, pendapatan residual adalah aliran pendapatan ekonomi dan metode penilaian untuk memperkirakan nilai intrinsik saham biasa perusahaan. Model evaluasi pendapatan sisa mengestimasi perusahaan sebagai penjumlahan dari nilai buku dan nilai sekarang dari pendapatan sisa masa depan yang diharapkan. Pendapatan sisa mencoba mengukur keuntungan ekonomi, yang mengacu pada keuntungan yang tersisa setelah dikurangi biaya peluang dari semua sumber modal.
Pendapatan sisa dihitung sebagai pendapatan bersih dikurangi biaya modal. Biaya ini disebut biaya ekuitas dan dihitung sebagai nilai modal ekuitas dikalikan dengan biaya ekuitas atau tingkat pengembalian ekuitas yang diperlukan. Mengingat biaya peluang ekuitas, laba bersih perusahaan bisa positif, sedangkan sisa pendapatan bisa negatif.
Baca Juga: Pengertian Net Profit Margin, Fungsi, Cara Menghitung, dan Perbedaannya dengan Gross Profit Margin
2. Keuangan perusahaan
Akuntansi manajemen mendefinisikan pendapatan sisa dalam lingkungan perusahaan sebagai jumlah laba operasi yang tersisa setelah membayar semua biaya modal yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Ini juga dianggap sebagai pendapatan atau laba operasi bersih perusahaan yang melebihi tingkat pengembalian yang disyaratkan.
Pendapatan sisa biasanya digunakan untuk mengevaluasi kinerja investasi modal, tim, departemen atau unit bisnis. Perhitungan pendapatan sisa adalah sebagai berikut: pendapatan residual = pendapatan operasional- (pendapatan minimum yang dibutuhkan x aset operasi).
3. Keuangan pribadi
Dalam keuangan pribadi, pendapatan sisa disebut pendapatan yang dapat dibuang. Sisa pendapatan dihitung setelah semua hutang bulanan dibayar setiap bulan. Akibatnya, sisa pendapatan biasanya menjadi bagian penting dalam memperoleh pinjaman.
Lembaga pemberi pinjaman mengevaluasi jumlah sisa pendapatan yang tersisa setelah hutang lainnya dilunasi setiap bulan. Semakin besar jumlah sisa pendapatan, semakin besar kemungkinan pemberi pinjaman akan menyetujui pinjaman tersebut. Tingkat pendapatan sisa yang sesuai menetapkan bahwa peminjam dapat membayar penuh jumlah pinjaman bulanan.
Dari berbagai sumber
Post a Comment