Pengertian Cashless, Faktor, Risiko, Jenis, Contoh, Kelebihan, dan Kekurangannya

Table of Contents
Pengertian Cashless
Cashless

A. Pengertian Cashless

Cashless adalah suatu cara bertransaksi tanpa menggunakan uang fisik. Cashless economy merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak menggunakan uang fisik atau uang tunai. Proses transaksi di dalamnya akan menggunakan uang elektronik, sehingga akan memudahkan masyarakat dalam melakukan pembayaran dan transaksi keuangan lainnya, di mana pun dan kapan pun.

Saat ini, negara yang sudah bisa disebut sebagai cashless society adalah Swedia. Di negara itu, penggunaan uang tunai untuk melakukan transaksi di toko-toko sudah kurang dari 20 persen. Persentase ini sudah berkurang separuh dibanding kondisi pada lima tahun sebelumnya.

Tak hanya di toko, untuk pembayaran tiket bus, kereta api, atau kereta komuter sudah menggunakan sistem cashless. Sehingga ketika seorang konsumen yang membayar belanjaan dengan mendekatkan jam tangan atau smartphone sudah menjadi pemandangan biasa di Swedia.

B. Faktor Cashless

Setidaknya tiga faktor pemicu utama diciptakannya cashless di antaranya,
1. Adanya kesadaran dari para petinggi negara dan masyarakat terkait potensi kecurangan dan kejahatan yang semakin berkembang. Bentuk kejahatan tersebut pun beragam, seperti beredarnya uang palsu, penjambretan, atau pencurian.
2. Kesadaran masyarakat untuk tidak selamanya bergantung dengan beredarnya uang fisik. Hal tersebut akan mempermudah pemerintah negara dalam mengelola dan mengawasi berbagai transaksi keuangan. Laporan transaksi dan perdagangan ekonomi akan bisa diakses dengan mudah dengan memanfaatkan berbagai laporan elektronik.
3. Kegiatan transaksi dengan menggunakan sistem cashless tidak akan melibatkan perpindahan uang fisik, sehingga hal tersebut bisa meminimalisir potensi korupsi dan kolusi di antara para pejabat tinggi. Khususnya pada transaksi yang berhubungan dengan pelayanan publik.

C. Risiko Cashless

Selain memberi kemudahan, sistem cashless juga berpotensi memberi kerugian di antaranya,
1. Sulit Mengontrol Pengeluaran
Ambil contoh, Anda tengah jalan-jalan di sebuah mall. Saat sampai di sebuah toko, Anda tertarik dengan barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan dan tidak direncanakan untuk dibeli. Karena dimudahkan oleh sistem cashless, Anda bisa langsung membelinya dan membawa pulang.

Kalau Anda menggunakan kartu kredit, maka akan muncul di tagihan bulan berikutnya. Untuk sekali dua kali, kejadian seperti ini tidak akan membuat keuangan Anda langsung drop. Tapi jika menjadi sebuah kebiasaan maka penghasilan Anda akan selalu “diganggu” oleh tagihan yang harus dilunasi.

2. Menyebabkan Tagihan Melonjak
Semakin banyak tagihan yang belum dibayar, maka semakin besar bunga tagihan yang harus dibayar. Ujungnya, keuangan Anda pun akan berantakan. Jika menggunakan kartu debit, memang tidak akan muncul tagihan di bulan berikutnya. Tapi, perilaku buruk yang tidak bisa mengontrol pengeluaran hanya akan membuat tabungan Anda terkuras lebih cepat. Uang yang seharusnya bisa untuk bertahan hidup selama satu bulan sudah habis hanya dalam tempo 10 hari. Apakah itu yang Anda inginkan?

Jadi, walaupun sistem cashless sudah bisa membantu proses pembayaran masyarakat, tetap harus ada edukasi untuk bisa mengontrol setiap pengeluaran. Sistem cashless hanya untuk membantu masyarakat. Bukan untuk menjadi alat yang akan membuat pengeluaran menjadi tidak terkontrol. Semuanya tetap harus sesuai dengan perencanaan.

3. Cashless Sangat Populer di Perkotaan, Tapi Awam di Pedesaan
Selain itu, sistem ini rasanya hanya bisa dijalankan saat ini di masyarakat perkotaan. Bagi masyarakat di pedesaan yang sarana dan prasarana sistem cashless masih sangat minim jelas tidak bisa berfungsi secara maksimal.

Belum pernah ditemukan di pasar tradisional di daerah-daerah pedalaman yang sudah menerapkan sistem cashless. Ketergantungan mereka terhadap uang tunai memang masih sangat besar. Terlebih, sarana pendukung seperti sistem jaringan dan peralatan yang memadai juga belum merata.

Bahkan, boleh jadi sistem cashless economy hanya berlaku bagi golongan ekonomi menengah ke atas. Untuk masyarakat kelas bawah yang jarang bersentuhan dengan mall atau toko-toko yang menyediakan sistem cashless, uang tunai jelas lebih dibutuhkan. Lagi pula mereka belum terbiasa melakukan pembayaran tanpa melihat uang di tangan.

Artinya, Indonesia memang masih jauh untuk bisa mencapai cashless society. Selain karena masyarakatnya yang tersebar dari Aceh sampai Papua, sistem jaringan yang tersedia pun memang belum merata.

D. Jenis Cashless

Setidaknya, terdapat tiga jenis cashless yang saat ini sudah berkembang di masyarakat di antaranya,
1. Rekening Ponsel
Jika Anda sering kesulitan dalam mengingat nomor rekening bank pribadi, maka saat ini ada rekening ponsel yang mampu mengatasi masalah tersebut. Dengan menggunakan rekening ponsel ini, maka Anda tidak perlu memasukkan nomor rekening Anda, melainkan hanya nomor handphone yang sudah Anda daftarkan saja.

Berbagai fitur yang tersedia di dalamnya pun cukup lengkap dan mampu memenuhi segala keperluan transaksi Anda. Beberapa bank yang sudah menyediakan rekening ponsel sebagai payment online nya antara lain adalah Mandiri eCash, CIMB Niaga, BNI, dll.

2. E-Money
Dengan menggunakan kartu ATM seperti saat ini, maka Anda tidak perlu lagi menyediakan uang cash untuk membantu kegiatan transaksi Anda. Bentuk kemudahan yang ditawarkan oleh e-money akan bisa dirasakan langsung saat Anda membayar transportasi seperti commuter line, busway, dan kendaraan umum lainnya.

Penggunaan e-money juga bisa Anda gunakan untuk berbelanja di convenience store, pom bensin, supermarket, minimarket, dll. Beberapa bank yang sudah merilis e-money ini adalah e-money Mandiri, Flazz BCA, BNI TapCash, dan BRI Brizzi.

3. Tabungan Digital
Dengan menggunakan tabungan digital, maka Anda tidak perlu lagi membuka rekening secara antre di bank, Anda cukup menggunakan smartphone dan jaringan internet yang baik saja.

E. Contoh Cashless

Berikut beberapa contoh metode cashless dalam kehidupan sehari-hari di antaranya,
1. Pembayaran di gerbang tol. Sekarang, bayar biaya tol sudah tidak bisa lagi pakai uang tunai. Mau tak mau, Anda harus menggunakan kartu elektronik seperti Flazz dari BCA, e-Money dari Mandiri, BRIZZI dari BRI, dan lainnya.
2. Belanja dengan kartu kredit. Meski belum gajian, belanja bulanan masih bisa dilakukan dengan menggunakan kartu kredit. Tagihannya akan dibayarkan di bulan yang sama, sesuai kesepakatan dengan bank.
3. Belanja online. Tidak perlu keluar rumah sama sekali, belanja online lebih praktis dengan pembayaran cashless. Anda bisa bayar lewat transfer virtual account, kartu kredit, atau e-wallet seperti GoPay.
4. Pembayaran di tempat makan. Makan di restoran sampai warteg pun sekarang sudah bisa bayar dengan transaksi cashless. Anda bisa menggunakan kartu debit, kartu kredit, kode QRIS, juga e-wallet seperti GoPay. Hebatnya lagi, Anda juga bisa pesan makanan online via GoFood yang dibayar dengan GoPay!

F. Kelebihan dan Kekurangan Cashless

Kelebihan sistem cashless di Indonesia di antaranya,
1. Nyaman dan Efisien
Bila dibandingkan dengan menggunakan uang tunai, metode pembayaran cashless didesain agar lebih nyaman digunakan. Bukan hanya dengan menggesek kartu, saat ini beberapa metode pembayaran cashless hanya memerlukan sistem tap (ditempel) saja seperti T-Cash, Flazz, Brizzi, dsb. Tidak hanya nyaman, cara ini juga dinilai lebih efisien dalam hal waktu dan tenaga.

Kelebihan ini merupakan salah satu alasan utama mulai diterapkannya sistem E-Toll, dengan harapan dapat mengurangi tingkat kemacetan akibat antrian pembayaran tol. Beberapa pintu tol di ibukota bahkan hanya menerima transaksi menggunakan E-Toll untuk mengurangi macet antrian tol, seperti di pintu tol Senayan.

Ada juga metode pembayaran menggunakan smartphone dengan fitur NFC yang masih belum populer di Indonesia. Dengan fitur tersebut, Anda hanya perlu tap smartphone Anda ke mesin EDC (electronic data capture) untuk bertransaksi. Selain itu dengan sistem cashless, Anda tidak perlu lagi khawatir memikirkan uang kembalian karena jumlah uang yang dipotong sudah pas, sesuai dengan jumlah transaksi Anda.

2. Mempermudah dalam Meninjau Transaksi
Pernahkah Anda tidak dapat mengingat ke mana saja arus pengeluaran Anda, untuk apa saja uang tersebut digunakan? Dengan bertransaksi secara cashless, transaksi Anda nantinya akan memiliki jejak dan dapat dengan mudah dilacak. Mulai dari jumlah transaksi, tempat, dan juga waktu, seluruh keterangan tersebut bisa Anda dapatkan dengan mudah. Kemudahan tracking ini juga menjadi sarana agar Anda dapat mengontrol transaksi yang dilakukan agar tidak ada penyalahgunaan apapun dan mulai memangkas pengeluaran saat sudah berlebihan.

3. Beragam Penawaran dan Promo
Beberapa transaksi cashless di Indonesia saat ini kerap memberikan penawaran dan promo dengan merek-merek tertentu yang bekerja sama dengan mereka. Promo-promo ini dapat membantu Anda untuk menghemat pengeluaran. Namun perlu diingat bahwa tiap jenis produk cashless bekerja sama dengan vendor yang berbeda-beda dan dirancang untuk pasar yang berbeda-beda.

Contohnya pada produk T-Cash yang memberikan promo di beberapa rumah makan cepat saji dan juga di bioskop. Saat ini, beragam produk cashless masih terus bermunculan dan menyebabkan persaingan yang tinggi. Anda dapat mempelajari vendor mana saja yang memberikan penawaran sebelum berkomitmen pada produk cashless tertentu.

Tidak hanya itu, sistem pembayaran melalui GO-Pay atau Grab Credits misalnya, dapat memberikan Anda kesempatan dalam bertransportasi dari dan menuju tempat kerja. Anda bisa mendapatkan diskon-diskon tambahan yang sangat menarik, dan sedikit-sedikit mulai memangkas pengeluaran Anda dari hal yang sederhana.

Kekurangan sistem cashless di Indonesia di antaranya,
1. Cenderung Lebih Boros
Dengan menggunakan metode cashless, tentu Anda tidak menggunakan uang dalam bentuk fisik. Hal ini lama kelamaan dapat mengubah kebiasaan belanja Anda. Ketika membayar dengan uang tunai, Anda tentunya mengeluarkan sejumlah uang secara fisik secara sadar. Sedangkan ketika Anda menggunakan metode cashless, walau Anda tahu sudah mengeluarkan uang, tetapi transaksi tersebut tidak terjadi secara fisik.

Hal ini mengakibatkan berkurangnya kesadaran sehingga akan muncul kecenderungan untuk terus menghabiskan uang dan  akhirnya berujung pada pemborosan. Untuk mencegahnya, Anda perlu melihat saldo yang masih dimiliki tiap kali melakukan transaksi. Hal ini untuk memberikan kesadaran terhadap jumlah uang yang masih dimiliki dan mengurangi risiko pemborosan.

2. Perlu Pemahaman Teknologi
Karena metode cashless berbasis pada sistem elektronik, pengguna perlu memiliki pemahaman yang cukup mengenai teknologi dan pemakaiannya. Sistem cashless menuntut penggunanya untuk dapat berinteraksi dan menggunaan perangkat elektronik baik berupa mesin ATM, mesin EDC, maupun smartphone. Hal ini dapat menjadi kendala bagi sebagian orang yang belum terbiasa menggunakan teknologi, seperti kaum lansia dan baby boomer yang masih banyak jumlahnya di Indonesia.

Ini salah satu penyebab utama transaksi cashless di Indonesia masih berpusat di Ibukota. Selain itu kemungkinan mereka akan lebih sulit untuk mempercayai sistem cashless sehingga akan lebih sulit mengubah perilaku transaksi mereka. Pengguna diharuskan melek teknologi dan memberikan edukasi secara merata tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat.

3. Jika Kartu Hilang Akan Sangat Merugikan
Salah satu risiko dari sistem cashless adalah jika kartu hilang. Bayangkan saja jika Anda baru saja melakukan top up dengan nominal tertentu, lalu kartu tersebut tidak sengaja hilang. Beberapa kartu tidak memfasilitasi Anda untuk melakukan back up dana ke kartu yang baru, sehingga uang tersebut akan hilang begitu saja.

Maka dari itu, pastikan untuk menyimpan kartu dengan baik, tidak ada salahnya untuk mengalungkan kartu di leher atau menempelkan kartu pada casing handphone. Tidak ketinggalan, jangan melakukan top up dana yang terlalu banyak, karena selain berbahaya tentu saja untuk menghindari kejadian buruk seperti ini. 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment