Pengertian Coping Stress, Aspek, dan Jenisnya

Table of Contents
Pengertian Coping Stress
Coping Stress

A. Pengertian Coping Stress

Coping stress adalah suatu upaya kognitif individu untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi atau meminimalisir suatu situasi atau kejadian yang penuh ancaman. Secara umum stres dapat diatasi dengan melakukan transaksi dengan lingkungan di mana hubungan transaksi ini merupakan suatu proses di mana individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres yang menekan dengan melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya.

Coping Stress Menurut Para Ahli
1. Taylor (dalam Smet, 1994), coping stress adalah suatu proses di mana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stressful.
2. Lazarus (1996), coping stress adalah upaya kognitif dan tingkah laku untuk mengelola tuntutan internal dan eksternal yang khusus dan konflik di antaranya yang dinilai individu sebagai beban dan melampaui batas kemampuan individu tersebut. Individu akan memberikan reaksi yang berbeda untuk mengatasi stres.

B. Aspek Coping Stress

Terdapat 7 (tujuh) aspek coping stress menurut Jerabek (1998) di antaranya,
1. Reactivity to stress (reaksi terhadap stres)
Bagaimana individu bereaksi terhadap stres, atau dapat dikatakan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi stres. Jerabek (1998) mengatakan bahwa semakin rendah kemampuan seseorang menghadapi stres, maka reaksinya terhadap stres tergolong maladaptif. Sebaliknya, semakin tinggi kemampuan seseorang menghadapi stres, maka reaksinya terhadap stres semakin adaptif.

2. Ability to assess situation (kemampuan untuk menilai situasi)
Kemampuan untuk menilai situasi yang dimaksud yaitu bagaimana cara individu menanggapi situasi/masalah yang mengancam dirinya. Di mana situasi tersebut dapat terkendali jika individu memiliki kemampuan yang tinggi untuk menilai situasi, dan situasi yang menimpanya akan menimbulkan stres jika individu memiliki kemampuan yang rendah untuk menilai situasi (Jerabek, 1998).

3. Self-reliance (kepercayaan terhadap diri sendiri)
Self-reliance merupakan kepercayaan individu terhadap dirinya untuk dapat menghadapi/ menyelesaikan situasi atau masalah yang datang kepadanya. Jerabek (1998) menyatakan bahwa, semakin tinggi kepercayaan diri individu dalam menghadapi situasi yang mengancam dirinya, maka ia akan terhindar dari stres. Sebaliknya, semakin rendah kepercayaan diri individu dalam menghadapi situasi yang mengancam, maka ia akan mengalami stres.

4. Resourcefulness (banyaknya akal daya)
Menurut Jerabek (1998) resourcefulness merupakan daya/ kemampuan individu untuk memikirkan jalan keluar dalam menghadapi situasi/ masalah yang mengancamnya. Semakin tinggi kemampuan individu untuk mencari jalan keluar bagi masalahnya, ia akan terlepas dari stres, namun semakin rendah kemampuan individu untuk mencari jalan keluar bagi masalahnya, ia akan mengalami stres. Salah satu contoh dari aspek ini yaitu : berbagi masalah dengan teman atau orang yang disayangi, mengikuti group therapy.

5. Adaptability and flexibility (adaptasi dan penyesuaian)
Adaptasi dan penyesuaian individu dalam menghadapi situasi/masalah yang mengancam dirinya juga mempengaruhi tingkat stres seseorang. Jerabek (1998) mengatakan bahwa, semakin tinggi adaptasi dan penyesuaian diri individu terhadap situasi/masalah yang mengancam, ia akan terhindar dari stres. Sebaliknya, semakin rendah adaptasi dan penyesuaian diri individu terhadap situasi/ masalah yang mengancam, ia akan mengalami stres.

6. Proactive attitude (sikap proaktif)
Jerabek (1998) menyatakan bahwa individu juga harus berperan aktif dalam menghadapi situasi/ masalah yang mengancam dirinya. jika individu tidak aktif dalam menyelesaikan masalahnya atau terlalu bergantung kepada orang lain, ia akan mengalami stres. Namun sebaliknya, jika seseorang aktif menghadapi situasi/ masalah yang mengancam dirinya, ia akan terlepas dari stres.

7. Ability to relax (kemampuan untuk relaks)
Jerabek (1998) menyatakan bahwa bersikap santai/ relaks dalam menghadapi masalah, dapat mengurangi tingkat stres seseorang. Semakin tinggi kemampuan individu untuk relaks dalam menghadapi maslahnya, semakin rendah tingkat stresnya. Namun semakin tegang seseorang menghadapi stresnya, maka tingkat stresnya akan semakin tinggi.

C. Jenis Coping Stress

Terdapat 2 jenis strategi coping stres menurut Lazarus dan Folkman di antaranya,
1. Emotional-Focused Coping
Coping ini bertujuan untuk melakukan kontrol terhadap respons emosional terhadap situasi penyebab stres, baik dalam pendekatan secara behavioral maupun kognitif. Lazarus dan Folkman mengemukakan bahwa individu cenderung menggunakan Emotional-Focused Coping ketika individu memiliki persepsi bahwa stresor yang ada tidak dapat diubah atau diatasi. Aspek Emotional-Focused Coping di antaranya,
a. Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara mengendalikan diri, menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
b. Seeking Social Support (For Emotional Reason), adalah suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadap masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian.
c. Positive Reinterpretation, respons dari individu dengan cara merubah dan mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah masalah (hikmah).
d. Acceptance, berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah, karena dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan masalahnya.
e. Denial (avoidance), pengingkaran, suatu cara individu dengan berusaha menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya

2. Problem-Focused Coping
Coping ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari situasi stres atau memperbesar sumber daya dan usaha untuk menghadapi stres. Lazarus dan Folkman mengemukakan bahwa individu cenderung menggunakan Problem Focused Coping ketika individu memiliki persepsi bahwa stressor yang ada dapat diubah. Aspek Problem-Focused Coping di antaranya,
a. Distancing, adalah suatu bentuk coping yang sering kita temui, yaitu usaha untuk menghindar dari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan yang positif, dan seperti menganggap remeh/lelucon suatu masalah.
b. Planful Problem Solving atau perencanaan, individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi stres, dengan melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati, bertahap dan analitis.
c. Positive Reapraisal, yaitu usah untuk mencari makna positif dari permasalahan dengan pengembangan diri, dan strategi ini terkadang melibatkan hal-hal religi.
d. Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
e. Escape, usaha untuk menghilangkan stres dengan melarikan diri dari masalah, dan beralih pada hal-hal lain, seperti merokok, narkoba, makan banyak dan lainnya.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment