Pengertian Elastisitas Permintaan, Faktor, Mekanisme, dan Contohnya
Elastisitas Permintaan |
A. Pengertian Elastisitas Permintaan (Price Elasticity of Demand)
Elastisitas permintaan (price elasticity of demand) adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur besarnya kepekaan dari perubahan jumlah permintaan barang apabila terjadi perubahan harga barang. Umumnya, Elastisitas Permintaan terjadi jika harga suatu komoditas meningkat, keinginan pembeli untuk membeli komoditas tersebut akan menurun.
Dalam ilmu ekonomi, elastisitas harga permintaan (PED) adalah ukuran kuantitas barang yang diminta (kuantitas barang yang dibeli oleh pembeli) terhadap perubahan harga barang. Namun, tingkat perubahannya berbeda, untuk beberapa barang, sedikit kenaikan harga akan menyebabkan penurunan tajam dalam permintaan, sedangkan untuk barang lainnya, meskipun harga naik tajam, pembeli tetap bersedia untuk membeli.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), elastisitas permintaan adalah tingkat tanggapan (respons) pembeli terhadap perubahan dalam harga; permintaan akan barang mewah dapat menurun secara drastis apabila harga dinaikkan; hal tersebut terjadi karena barang-barang seperti itu bukan merupakan kebutuhan pokok sehingga pembeliannya dapat ditunda; sebaliknya, permintaan akan barang dan jasa, seperti makanan, jasa telepon, dan operasi darurat di rumah sakit, dikatakan tidak elastis; permintaan barang atau jasa jenis itu diperkirakan tetap saja ada meskipun terjadi perubahan harga mengingat kebutuhan tersebut tidak dapat ditunda (elasticity of demand).
B. Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan (Price Elasticity of Demand)
1. Sifat Komoditas
Elastisitas harga dari permintaan bervariasi sesuai dengan sifat komoditi tersebut. Biasanya, elastisitas harga permintaan barang-barang kebutuhan seperti garam, gula, kotak korek api dan lain-lain kurang dari satu. Pasalnya, setiap perubahan harga komoditas tersebut tidak memengaruhi permintaan karena konsumen akan membeli komoditas tersebut terlepas dari perubahan harga.
Sebaliknya elastisitas harga terhadap permintaan barang mewah seperti emas, perhiasan, pendingin ruangan dan lain-lain lebih besar dari pada satu kesatuan. Artinya, sedikit perubahan harga komoditas tersebut berdampak besar pada permintaan mereka. Sedangkan elastisitas harga permintaan barang-barang tersier seperti kulkas, kipas angin dan lain-lain merupakan kesatuan yang mengimplikasikan perubahan permintaan yang proporsional karena perubahan harga.
2. Ketersediaan Barang Pengganti
Komoditas yang memiliki barang substitusi tersedia di pasar dengan harga yang wajar memiliki permintaan yang elastis. Barang pengganti mengacu pada barang-barang yang dapat digunakan di tempat lain seperti teh dan kopi, biskuit Oreo dan Biskuat, dan lain-lain. Sedikit turunnya harga satu barang pengganti menyebabkan lebih banyak permintaan untuk barang tersebut.
Akibatnya, permintaan barang substitusi menjadi elastis. Misalnya, jika harga teh turun, orang akan mulai membeli lebih banyak sedangkan kopi lebih sedikit. Di sisi lain, barang tanpa substitusi memiliki permintaan yang tidak elastis.
3. Barang dengan Penggunaan Berbeda
Barang yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan mengandung permintaan elastis. Kenaikan harga suatu komoditas menyebabkan penurunan penggunaan komoditas tersebut. Misalnya, susu digunakan untuk minum dan membuat teh, keju, yoghurt, dan lassi. Jika harga susu dinaikkan, maka akan digunakan untuk tujuan minum saja sehingga permintaan untuk keperluan lain yang kurang penting akan turun drastis.
4. Pendapatan Konsumen
Elastisitas harga permintaan bervariasi dengan pendapatan konsumen. Untuk kelompok berpenghasilan tinggi dan rendah, permintaannya tidak elastis sedangkan untuk kelompok berpenghasilan menengah permintaannya elastis.
Sebab, setiap perubahan harga menyebabkan kontraksi atau perluasan permintaan oleh kelompok menengah. Di sisi lain, dampaknya sangat kecil terhadap permintaan masyarakat berpenghasilan tinggi dan rendah.
5. Kebiasaan Konsumen
Barang-barang seperti rokok, alkohol, kopi, dll. Yang menjadi kebiasaan konsumen, memiliki permintaan yang tidak elastis. Setiap perubahan harga komoditas ini tidak menyebabkan perubahan permintaan.
6. Tingkat Harga
Komoditas yang memiliki harga tinggi seperti perhiasan, AC, emas dan harga murah seperti koran memiliki permintaan yang tidak elastis. Perubahan harga komoditas tersebut menyebabkan sedikit perubahan permintaan. Di sisi lain, barang dengan harga sedang seperti pakaian, televisi, dan lain-lain memiliki permintaan yang elastis. Sedikit perubahan pada harga barang-barang ini berdampak besar pada permintaan mereka.
7. Jangka waktu
Permintaan untuk komoditas apa pun tidak elastis untuk jangka waktu yang lebih pendek sedangkan elastis untuk jangka waktu yang lebih lama. Ini karena selera, preferensi, dan kebiasaan konsumen berubah dalam jangka panjang. Dengan kata lain, kenaikan harga suatu komoditas akan menyebabkan kontraksi permintaan dan Jatuhnya harga mengarah pada perpanjangan permintaan dalam jangka panjang.
8. Permintaan bersama
Barang-barang pelengkap seperti mobil dan bensin, tinta dan pulpen, kamera dan film dll memiliki permintaan yang tidak elastis. Kenaikan harga bensin mungkin tidak menyusut jika tidak ada penurunan permintaan mobil.
9. Permintaan Peak dan Off-Peak
Permintaan komoditas selama waktu sibuk atau peak tidak elastis, sebaliknya selama waktu tidak sibuk atau off peak lebih elastis. Pola ini terutama berlaku dalam kasus transportasi dan fasilitas akomodasi hotel.
10. Proporsi pendapatan yang dibelanjakan pada suatu komoditas
Komoditas seperti pasta gigi, semir sepatu, dll. Yang menghabiskan sebagian kecil pendapatannya memiliki permintaan yang tidak elastis. Setiap perubahan harga barang-barang ini tidak mempengaruhi permintaan mereka sedangkan untuk barang-barang yang menghabiskan sebagian besar pendapatan, memiliki permintaan elastis seperti pakaian, makanan, dll. Perubahan harga barang-barang ini berdampak besar pada permintaannya.
11. Penundaan penggunaan
Komoditas yang permintaannya bisa ditunda, memiliki permintaan elastis. Misalnya, jika permintaan untuk membangun rumah ditunda maka permintaan bahan bangunan seperti batu bata, kapur semen, pasir dll akan menjadi elastis. Di sisi lain, komoditas yang permintaannya tidak bisa ditunda seperti makanan saat lapar atau minum saat haus, memiliki permintaan yang tidak elastis.
C. Mekanisme Elastisitas Permintaan (Price Elasticity of Demand)
Elastisitas permintaan dapat dilihat dari rasio persentase perubahan harga dengan perubahan permintaan barang atau jasa. Ada 2 (dua) penilaian atas elastisitas permintaan di antaranya,
1. Apabila nilai elastisitas permintaan berada di atas angka 1, maka besaran permintaan barang dipengaruhi oleh besar dan kecilnya harga. Pada konteks ini, permintaan barang dikatakan elastis.
2. Apabila nilai elastisitas permintaan berada di bawah angka 1, maka besaran permintaan barang atau jasa tidak dipengaruhi oleh besar dan kecilnya harga. Pada konteks ini, permintaan barang atau jasa dikatakan inelastis.
D. Contoh Elastisitas Permintaan (Price Elasticity of Demand)
Elastisitas permintaan mengukur sensitivitas perubahan kuantitas barang yang diminta terhadap perubahan harga. Ketika harga suatu komoditas turun, permintaan akan komoditas tersebut biasanya meningkat. Semakin rendah harganya, semakin banyak item yang bisa Anda beli. Elastisitas permintaan dinyatakan dengan rasio persentase perubahan kuantitas permintaan terhadap persentase perubahan harga.
Ketika elastisitas permintaan suatu barang menunjukkan nilai yang lebih besar dari 1, permintaan atas barang tersebut dianggap elastis, di mana jumlah barang yang diminta sangat dipengaruhi oleh harga. Sedangkan komoditi dengan elastisitas kurang dari 1 disebut komoditi inelastis, artinya harga dari kuantitas yang diminta tidak akan terlalu terpengaruh.
Misal, jika elastisitas permintaan sepeda motor adalah 2, maka karena nilai elastisitasnya lebih besar dari 1 maka sepeda motor digolongkan sebagai barang dagangan elastis. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa permintaan sepeda motor sangat dipengaruhi oleh harga jual.
Dari berbagai sumber
Post a Comment