Pengertian Waste, Akronim, dan Jenisnya

Table of Contents
Pengertian Waste atau Pemborosan
Waste (Pemborosan)

A. Pengertian Waste (Pemborosan)

Waste (pemborosan) adalah segala bentuk kehilangan yang dihasilkan dari sebuah aktivitas yang menghasilkan biaya tambahan, namun tidak memberi nilai tambah pada produk yang dihasilkan. Pemborosan merupakan kegiatan yang dapat terjadi di dalam proses produksi manapun. Kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang tidak berguna, tidak memberi nilai tambah dan tidak memiliki manfaat, bahkan dapat merugikan perusahaan maupun konsumen.

Pemborosan terjadi karena adanya kondisi peralatan, bahan, dan lingkungan yang buruk. Selain itu, pemborosan juga terjadi karena metode yang digunakan oleh suatu perusahaan kurang efektif, dan sumber daya manusia yang buruk. Demikian, waste merupakan “sampah” yang perlu dibuang (dihilangkan) karena hanya menjadi beban bagi perusahaan, mengurangi keuntungan bahkan bisa menyebabkan kerugian.

Pemborosan dalam value stream tidak hanya beratan tentang material yang terbuang, tetapi termasuk juga sumber daya yang lebih luas lagi. Selama ada sumber daya yang terbuang dan tidak memberikan nilai tambah pada produksi, maka bisa dikatakan bahwa sumber daya tersebut telah terjadi pemborosan.

Waste Menurut Para Ahli
1. Al-Moghany (2006), waste adalah segala macam kehilangan pada material, waktu dan hasil moneter dari sebuah kegiatan tetapi tidak menambah nilai atau proses untuk produk.
2. Alwi dkk (2000), waste adalah segala macam kehilangan yang dihasilkan dari sebuah aktivitas yang menghasilkan secara langsung maupun tidak secara langsung menghasilkan biaya, tetapi tidak menambah manfaat/nilai suatu produk dari sudut pandang klien.
3. Gaspersz (2011), waste adalah segala aktivitas kerja yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream mapping.
4. Koskela (1992), waste adalah sebuah masalah dari kehilangan material dan eksekusi dari pekerjaan yang tidak perlu, di mana menghasilkan biaya tambahan tetapi tidak menambah nilai suatu produk.

B. Akronim Waste (Pemborosan)

E-DOWNTIME merupakan akronim yang digunakan untuk menyebut ke tujuh jenis pemborongan (waste) yang selalu terjadi pada industri.
1. E = Environmental, Healt and Safety (EHS), jenis pemborosan yang terjadi karena kelalaian dalam memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip EHS.
2. D = Defect, jenis pemborosan yang terjadi karena kecacatan atau kegagalan produk (barang dan/atau jasa).
3. O = Overproduction, jenis pemborosan yang terjadi karena produksi melebihi kuantitas yang dipesan oleh pelanggan.
4. W = Waiting, jenis pemborosan yang terjadi karena menunggu.
5. N = Not utilizing employees knowledge, skilss and abilities, jenis pemborosan sumber daya manusia (SDM), yang terjadi karena tidak menggunakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan karyawan secara optimum.
6. T = Transportation, jenis pemborosan yang terjadi karena transportasi yang berlebihan sepanjang proses value stream.
7. I = Inventories, jenis pemborosan yang terjadi karena inventories yang berlebihan.
8. M = Motion, jenis pemborosan yang terjadi karena pergerakan yang lebih banyak daripada yang seharusnya sepanjang proses value stream.
9. E = Excess processing, jenis pemborosan yang terjadi karena langkah-langkah proses yang lebih panjang daripada yang seharusnya sepanjang proses value stream.

C. Jenis Waste (Pemborosan)

Setidaknya, terdapat tujuh jenis waste yang terdapat di dalam proses produksi manufaktur di antaranya,
1. Pemborosan Transportasi
Rendahnya tingkat efisiensi waste manajemen pada desain tata letak produksi ternyata mampu menyebabkan terjadinya pemborosan dalam hal transportasi. Hal tersebut dikarenakan adanya proses pemindahan barang dari satu unit ke unit kerja yang lainnya.

Contohnya, menempatkan ruang produksi yang jauh dari QA, sehingga akan membuat proses pemindahan barang memerlukan waktu yang lebih lama. Akibatnya, volume produksi pun akan berkurang atau banyak tenaga kerja yang tidak dibutuhkan.

Efek lainnya dari pemborosan transportasi adalah penggunaan ruang yang tidak efisien di lokasi kerja, adanya waktu komunikasi yang berlebihan, adanya peningkatan work in process, serta terjadinya kerusakan produk selama proses transfer berlangsung.

2. Pemborosan Stok Barang
Sebenarnya, pemborosan stok barang ini berkaitan dengan pemborosan stok produksi yang terlalu berlebihan. Di lain hal, terlalu banyak persediaan pada komoditas juga bisa menjadi tanda produksi yang berlebih. Umumnya, hal ini terjadi karena permintaan yang melebihi tingkat produksi yang seharusnya, dan menjadi waste management. Jika terjadi pemborosan persediaan, maka jumlah barang jadi, barang yang setengah jadi, dan juga bahan baku juga akan berlebihan. Sehingga, akan lebih banyak ruang penyimpanan untuk dibeli.

Bila memang tidak ada ruang yang cukup, maka terpaksa perusahaan harus menyewa atau membuat gudang baru, dan menambah karyawan untuk melakukan pemeliharaan, pengawasan, pengangkutan, dan juga pengelolaan. Akibatnya, biaya produksi pun akan meningkat, dan tidak akan sebanding dengan pendapatan yang didapat. Bila barang yang diproduksi mempunyai umur simpanan yang pendek, maka barang yang disimpan pun akan mengalami kadaluwarsa.

3. Pemborosan Gerakan
Pemborosan produksi ini terjadi karena adanya pergerakan ataupun kegiatan sumber daya manusia dan juga mesin yang memang tidak perlu, karena tidak mampu memberikan nilai tambah pada produk. Misalnya saja penempatan peralatan kerja yang jauh dari jangkauan operator produksi, sehingga bagian operator produksi tersebut memerlukan waktu yang lebih lama ketika ingin menggunakannya.

Pemborosan pergerakan ini akan berefek langsung pada proses produksi yang menjadi terganggu karena pemanfaatan waktu yang memang tidak efisien. Perlahan namun pasti, waktu produksi pasti akan meningkat, dan kemungkinan besar juga akan menyebabkan kecelakaan kerja.

4. Pemborosan Waktu Menunggu
Setiap pebisnis umumnya akan berpikiran bahwa waktu adalah uang, yang mana pada suatu perusahaan yang memproduksi barang, nilai waktu selama satu detik saja mempunyai nilai yang sangat besar bila mampu digunakan dengan baik.

Namun, jika ada waktu yang mana para karyawan ataupun mesin tidak beraktivitas sesuai dengan kegiatan produksi, karena satu dan lain hal, maka hal tersebut akan dianggap sebagai pemborosan waktu menunggu.

Idealnya, waste manajemen pada suatu proses produksi mesin atau karyawan harus terus berproduksi. Sehingga, jumlah produksi harian pun bisa tetap meningkat dan memberikan keuntungan untuk perusahaan, karena terdapat biaya produksi yang bisa terus berjalan perlahan dan pasti.

5. Pemborosan Proses Secara Berlebihan
Tidak semua produk mampu memberikan nilai tambah untuk produk ataupun konsumen. Contohnya seperti pengerjaan ulang ataupun perbaikan pekerjaan sebelumnya, persetujuan yang lama ataupun pada proses pemeriksaan yang berulang. Dampak dari adanya pemborosan ini tentu pada waktu produksi yang semakin lama. Pebisnis pun harus mampu membuat pertimbangan pada bagaimana menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, namun prosesnya tetap efisien dan lugas.

6. Pemborosan Produksi Secara Berlebihan
Kelebihan produksi pada suatu produk sangat erat kaitannya dengan pemborosan lainnya. Bila terlalu banyak barang yang dibuat, maka akan turut mempengaruhi pemborosan yang lain, seperti persediaan dan juga gerakan. Hal ini terjadi karena tidak memperhatikan permintaan pasar, terjadi kegiatan produksi yang berlebihan dan produksi yang berjalan dengan sangat cepat. Pemborosan tersebut nantinya akan berdampak pada biaya produksi yang melonjak, persediaan yang berlebihan, kerusakan produk, dan juga peningkatan pemanfaatan ruang.

7. Pemborosan Kerusakan Produk
Kerusakan dan juga pemborosan produk ini mengacu pada situasi dan kondisi produk rusak ataupun gagal melakukan penyaringan kualitas selama proses produksi berlangsung, sehingga tidak bisa dipasarkan, walaupun beberapa di antaranya masih bisa diperbaiki.

Tapi, pihak perusahaan harus siap menanggung biaya tambahan dan sumber daya manusia untuk melakukan perbaikan tersebut. Beberapa dampak lainnya adalah pemborosan waktu dan juga staf karyawan, yang mampu mengganggu rencana produksi awal yang sudah dibuat. Bila produk tersebut ternyata sudah lebih dulu dipasarkan, maka akan berdampak negatif untuk perusahaan, dan tingkat kepercayaan konsumen pun akan menurun.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment