Pengertian Social Anxiety Disorder, Aspek, Karakteristik, Faktor, dan Tandanya
Social Anxiety Disorder |
A. Pengertian Social Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan Sosial)
Social Anxiety Disorder (gangguan kecemasan sosial/fobia sosial) adalah ketakutan akan situasi sosial yang melibatkan interaksi dengan orang lain. Kecemasan sosial (social anxiety) menampakkan diri dalam perasaan takut, malu dan khawatir secara berlebihan ketika berada di lingkungan sosial tertentu karena kehadiran orang lain sehingga muncul prasangka bahwa orang lain akan menilai negatif terhadap dirinya atas apa yang akan dilakukan atau dikatakan.
Gangguan kecemasan sosial merupakan salah satu gangguan mental yang paling umum. Kecemasan sosial sering kali bersifat kronis dan tak henti-hentinya, serta dapat memiliki konsekuensi negatif yang cukup besar pada kualitas hidup. Dalam hal ini, individu akan berusaha menghindari suatu situasi khusus di mana ia mungkin dikritik dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau bertingkah laku dengan cara yang memalukan.
Orang-orang yang menderita kecemasan sosial menghindari orang-orang karena takut dikritik, seperti berbicara atau menampilkan diri di depan umum, makan di depan umum, menggunakan kamar kecil umum atau melakukan kegiatan-kegiatan lain di depan umum yang dapat menimbulkan kecemasan yang hebat. Kecemasan ini muncul pada masa remaja ketika kesadaran sosial dan pergaulan dengan orang lain merupakan hal yang penting dalam kehidupan seorang remaja (Semiun, 2006).
Social Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan Sosial) Menurut Para Ahli
1. American Psychiatric Association (1994), kecemasan sosial merupakan suatu ketakutan yang menetap terhadap sebuah (atau lebih) situasi sosial yang terkait berhubungan dengan performa sehingga membuat individu harus berhadapan dengan orang-orang yang tidak dikenalnya atau menghadapi kemungkinan diamati oleh orang lain, takut bahwa dirinya akan dipermalukan atau dihina.
2. Richards (1996), kecemasan sosial adalah takut akan situasi sosial dan interaksi dengan orang lain yang dapat secara otomatis membawa merasa sadar diri, pertimbangan, evaluasi, dan kritik. Bersamaan dengan definisi di atas Richard juga mengemukakan kecemasan sosial adalah ketakutan dan kecemasan dihakimi dan dievaluasi secara negatif oleh orang lain, mendorong ke arah merasa kekurangan, kebingungan, penghinaan, dan tekanan.
3. Mattick & Clarke (1998), kecemasan sosial adalah suatu keadaan yang tertekan ketika bertemu dan berbicara dengan orang lain.
4. Brecht (2000), kecemasan sosial adalah rasa takut dan khawatir yang berlebihan jika seseorang berada bersama orang lain dan merasa cemas pada situasi sosial karena khawatir akan mendapatkan penilaian buruk bahkan evaluasi dari orang lain dan sebaliknya akan merasa aman jika sedang sendirian.
5. La Greca dan Lopez (1998), kecemasan sosial adalah perasaan cemas sosial terutama yang dapat digeneralisasi secara nyata sehingga dapat menyebabkan perasaan yang tidak nyaman pada individu yang disebabkan karena harus berhadapan dengan orang yang tidak dikenali sehingga berdampak pada kekhawatiran akan mendapat penghinaan.
6. Atkinson & Richards (1996), kecemasan sosial adalah perasaan takut akan situasi sosial dan interaksi dengan orang lain yang dapat secara otomatis membawa merasa sadar diri, pertimbangan, evaluasi, dan kritik.
7. Rakhmat (2004), kecemasan sosial adalah perasaan malu dinilai atau diperhatikan oleh orang lain karena adanya prasangka bahwa orang lain menilai negatif terhadap dirinya sehingga menjadikan seseorang berpikir bahwa orang lain sedang melihat dan menilai dirinya dengan hal-hal yang negatif atau buruk disebabkan sesuatu yang dikatakan atau sesuatu yang sedang dilakukan.
8. Dayakisni dan Hudaniah (2009), kecemasan sosial adalah perasaan tak nyaman dalam kehadiran orang-orang lain, yang selalu disertai oleh perasaan malu yang ditandai dengan kejanggalan/kekakuan, hambatan dan kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial.
B. Aspek Social Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan Sosial)
Setidaknya terdapat tiga aspek dalam kecemasan sosial menurut La Greca dan Lopez (1998) di antaranya,
1. Fear of negative evaluation, atau ketakutan terhadap penilaian negatif merupakan suatu kekhawatiran untuk melakukan atau mengatakan sesuatu yang dapat membuat individu tersebut malu atau merasa hina. Individu merasa bahwa orang lain akan memperhatikan setiap gerak-gerik yang ia lakukan. Ia juga akan cenderung fokus terhadap dirinya sendiri, mengoreksi dan mengevaluasi kemampuan sosial yang dimilikinya pada saat berinteraksi dengan orang lain.
2. Social avoidance and distress-new, merupakan penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang baru atau berhubungan dengan orang asing/baru. Situasi ini adalah di mana individu merasa gugup saat berbicara dan tidak mengerti mengapa hal tersebut dapat terjadi. Individu akan merasa malu pada saat dekat dengan orang lain, gugup pada saat bertemu dengan orang yang dikenal maupun yang tidak dikenalnya, merasa khawatir saat mengerjakan sesuatu di depan orang lain hingga menghindari kontak mata dan situasi sosial tersebut.
3. Social avoidance and distress-general, merupakan penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum atau dengan orang yang dikenal. Situasi ini terjadi pada saat bagaimana kemampuan seorang individu membangun sebuah relasi. Individu akan merasa tidak nyaman untuk mengajak orang lain karena takut adanya penolakan, merasa sulit untuk bertanya dan merasa malu ketika melakukan pekerjaan kelompok.
C. Karakteristik Social Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan Sosial)
Karakteristik individu yang menunjukkan kecemasan sosial menurut Buttler (2008) di antaranya,
1. Menghindari situasi yang menyulitkan/rumit (subtle kinds of avoidance)
Avoidance/menghindar adalah tidak melakukan sesuatu karena takut jika melakukan sesuatu akan membuat diri sendiri cemas. Beberapa situasi sulit/rumit yang dihadapi di antaranya,
a. Menunggu orang yang dikenal sampai datang sebelum masuk ke ruangan yang di dalamnya banyak terdapat orang yang tidak dikenal.
b. Melakukan berbagai hal sendirian saat di dalam pesta, tujuannya untuk menghindari berbicara atau melakukan pembicaraan dengan orang lain.
c. Pergi menjauh saat melihat seseorang yang dapat membuat cemas.
d. Menghindari pembicaraan tentang permasalahan persoalan/pribadi.
e. Tidak makan di tempat umum.
2. Perilaku yang aman (safety behaviors)
A safety behavior atau perilaku yang aman adalah melakukan segala sesuatu yang dapat membuat aman. Termasuk alam perilaku aman adalah mencoba untuk tidak menarik perhatian. Beberapa perilaku aman yang biasa dilakukan di antaranya,
a. Melatih apa yang akan dibicarakan, mengecek kembali setiap perkataan agar menjadi benar.
b. Berbicara dengan sangat lambat, atau menjadi pendiam, atau berbicara secara cepat tanpa mengambil nafas.
c. Menyembunyikan tangan atau wajah, menyimpan tangan di mulut.
d. Memegang celana atau melihat ke lutut untuk mengatur getaran.
e. Membiarkan rambut menutupi wajah, menggunakan pakaian yang dapat menutupi sebagian tubuh.
f. Tidak mengganggu lelucon orang lain.
g. Tidak membicarakan tentang diri sendiri atau tentang mengekspresikan opini.
h. Tidak mengatakan sesuatu yang akan menjadi kontroversi atau selalu setuju dengan pendapat orang lain.
i. Menggunakan pakaian yang tidak mencolok.
j. Selalu berdekatan dengan orang yang aman atau berada di tempat yang aman.
k. Menghindari kontak mata.
3. Menjauhi masalah (dwelling on the problem)
Kecemasan sosial dapat datang kapan saja, sebagian karena sifat atau perilaku orang lain dapat diprediksi dan sebagian karena rasa takut itu dapat muncul secara tiba-tiba. Antisipasi dari orang yang mengalami kecemasan sosial untuk tidak terlalu terlibat masalah adalah dengan memikirkan apa yang akan dilakukannya bila terjadi masalah di masa yang akan datang.
Ketakutan dan kecemasan membuat seseorang menjadi sulit untuk melihat ke masa depan dan untuk mengikuti berbagai kegiatan serta menikmati setiap kegiatan. Orang dengan kecemasan sosial fokus terhadap apa kesalahan yang mungkin akan dilakukannya dan selalu mengasumsikan apa reaksi orang lain terhadap dirinya dan selalu mengingat-ingat setiap kesalahan yang pernah dilakukannya.
4. Self Esteem, self confidence and feelings of inferiority
Kecemasan sosial menjadikan seseorang merasa berbeda dengan orang lain, selalu berpikir negatif merasa lebih buruk dari orang lain, merasa aneh, sehingga itu akan mempengaruhi self-esteem dan kepercayaan diri. Orang dengan kecemasan sosial akan merasa minder dan tidak mau bergaul dengan orang lain. Karena merasa bahwa orang lain tidak menyukainya dan berpikir bahwa orang lain berpikir negatif tentang dirinya.
Orang yang memiliki kecemasan sosial akan berpikir orang lain akan mengabaikan atau tidak memedulikan dirinya, sehingga orang yang memiliki kecemasan sosial mengartikan setiap pandangan dan perbincangan orang lain terhadap dirinya adalah tanda bahwa dirinya adalah orang yang buruk. Orang yang memiliki kecemasan sosial menjadi selalu mengevaluasi diri dengan cara yang negatif dan selalu melihat kelemahan diri, sehingga orang yang memiliki kecemasan sosial hidup dalam ketakutan.
5. Hilang semangat dan depresi, frustrasi dan kebencian (demoralizatoin and depression, frustasion and resentment)
Merasa frustrasi terhadap kepribadian diri sendiri, sehingga kecemasan sosial membuat putus asa. Orang yang memiliki kecemasan sosial juga dapat merasa demoralisasi atau depresi seperti orang yang marah dan benci saat menemukan orang lain sangat mudah melakukan sesuatu yang menurut dirinya sangat sulit dilakukan.
6. Effect performance
Kesulitan terbesar orang yang mengalami kecemasan sosial adalah saat kecemasan sosial mengganggu kehidupan sehari-hari dan kemampuan untuk merencanakan kegiatan. Secara singkat kecemasan sosial dapat menghentikan seseorang untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya dapat dilakukan dan menghilangkan kemampuan yang dimiliki dan selanjutnya dapat mempengaruhi karier, hubungan pribadi, pertemanan, kerja dan kehidupan sehari-harinya.
D. Faktor Social Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan Sosial)
Terdapat beberapa faktor yang dianggap sebagai penyebab atau mempengaruhi kecemasan sosial pada seseorang di antaranya,
1. Faktor Biologis
Seorang dapat mewarisi kerentanan biologis menyeluruh untuk mengembangkan kecemasan atau kecenderungan biologis menjadi sangat terhambat secara sosial. Eksistensi kerentanan psikologis menyeluruh seperti tercermin pada perasaan atas berbagai peristiwa, khususnya peristiwa yang sangat menimbulkan stres, mungkin tidak dapat dikontrol dan dengan demikian akan mempertinggi kerentanan individu.
2. Cara Berpikir (Thinking Style)
Cara berpikir dalam hal ini adalah bahwa individu yang mengalami kecemasan sosial akan lebih cenderung sulit mengendalikan pikiran atau kurang berpikir logis saat berada diposisi yang membuat tidak nyaman karena cara berpikirnya telah dikuasai oleh rasa cemas yang membuatnya sulit.
3. Stress
Ketika dalam keadaan stres, seseorang mungkin mengalami serangan panik yang tak terduga pada sebuah situasi sosial yang selanjutnya akan dikaitkan (dikondisikan) dengan stimulus-stimulus sosial. Individu kemudian akan menjadi sangat cemas tentang kemungkinan untuk mengalami alarm (serangan panik) lain (yang dipelajari) ketika berada dalam situasi-situasi sosial yang sama atau mirip.
4. Trauma dan Konflik
Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran atau penuh dengan kesalahpahaman serta adanya ketidak-pedulian orang tua terhadap anaknya dapat menyebabkan ketidak-nyamanan serta kecemasan pada anak saat berada di dalam rumah. Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi individu, dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik mental yang terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan.
5. Lingkungan Yang Tidak Baik
Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan yang tidak baik dan individu tersebut menimbulkan suatu perilaku buruk, maka akan menimbulkan adanya berbagai penilaian buruk di mata masyarakat. Keadaan itu dapat menyebabkan munculnya kecemasan.
6. Pengaruh Neurochemicals
Cairan kimia yang berpengaruh terhadap gejala-gejala kecemasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan cairan kimia serotonin di otak dapat menjadi faktor kecemasan sosial. Serotonin dan neurotransmitter membantu untuk memberikan rasa nyaman dan emosi. Orang yang mengalami kecemasan sosial memiliki perasaan sangat sensitif yang diakibatkan karena kelebihan cairan serotonin.
Sementara menurut Durand (2006), terdapat tiga jalur kecemasan sosial di antaranya,
1. Seorang dapat mewarisi kerentanan biologis menyeluruh untuk mengembangkan kecemasan atau kecenderungan biologis untuk menjadi sangat terhambat secara sosial. Eksistensi kerentanan psikologis menyeluruh seperti tercermin pada perasaan atas berbagai peristiwa, khususnya peristiwa yang sangat menimbulkan stres, mungkin tidak dapat dikontrol dan dengan demikian akan mempertinggi kerentanan individu. Ketika mengalami stres, kecemasan dan perhatian yang difokuskan pada diri sendiri dapat meningkat sampai ke titik yang mengganggu kinerja, bahkan disertai oleh adanya alarm (serangan panik).
2. Ketika dalam keadaan stres, seseorang mungkin mengalami serangan panik yang tak terduga pada sebuah situasi sosial yang selanjutnya akan dikaitkan (dikondisikan) dengan stimulus-stimulus sosial. Individu kemudian akan menjadi sangat cemas tentang kemungkinan untuk mengalami alarm (serangan panik) lain (yang dipelajari) ketika berada dalam situasi-situasi sosial yang sama atau mirip.
3. Seseorang mungkin mengalami sebuah trauma sosial riil yang menimbulkan alarm aktual. Kecemasan lalu berkembang (terkondisi) di dalam situasi-situasi sosial yang sama atau mirip. Pengalaman sosial yang traumatik mungkin juga meluas kembali ke masa-masa sulit di masa kanak-kanak. Masa remaja awal biasanya antara umur 12 sampai 15 tahun adalah masa ketika anak-anak mengalami serangan brutal dari teman-teman sebayanya yang berusaha menanamkan dominasi mereka. Pengalaman ini dapat menghasilkan kecemasan dan panik yang direproduksi di dalam situasi-situasi sosial di masa mendatang
E. Tanda Social Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan Sosial)
Terdapat beberapa simtom atau tanda-tanda gejala seseorang yang mengalami kecemasan sosial menurut Ingman (1999) di antaranya,
1. Simtom Fisik. Simtom fisik yang dialami oleh orang-orang dengan kecemasan sosial yaitu : (1) keringat yang berlebihan, (2) detak jantung yang berdebar-debar, (3) wajah memerah, (4) bergetar, (5) sakit perut, (6) mati rasa, dan (7) pusing.
2. Simtom Tingkah Laku. Orang dengan kecemasan sosial juga akan mengalami simtom tingkah laku, seperti (1) tidak berani/sedikit melakukan kontak mata, (2) penundaan, (3) cara bicara tidak lancar, (4) gelisah, dan (5) menolak interaksi sosial.
3. Simtom Kognitif. Orang dengan kecemasan sosial tidak hanya mengalami simtom fisik ataupun simtom tingkah, tetapi juga akan mengalami simtom kognitif. Simtom kognitif tersebut, yaitu (1) kesadaran diri yang tinggi dan (2) kewaspadaan yang berlebihan.
Dari berbagai sumber
Post a Comment