Pengertian Personal Branding, Konsep, Elemen, Komponen, Karakteristik, Cara Membangun, dan Contohnya

Table of Contents
Pengertian Personal Branding
Personal Branding

A. Pengertian Personal Branding

Personal branding adalah praktik memasarkan orang dan karier mereka sebagai merek. Ini adalah proses berkelanjutan untuk mengembangkan dan mempertahankan reputasi dan kesan individu, kelompok, atau organisasi. Sedangkan beberapa praktik berfokus pada peningkatan diri, personal branding mendefinisikan kesuksesan sebagai bentuk pengemasan diri.

Personal branding juga dapat diartikan sebagai proses membentuk, menarik dan menjaga persepsi masyarakat terhadap aspek seseorang seperti nilai, prestasi, kepribadian atau keahlian yang dibangun baik sengaja maupun tidak sengaja dengan tujuan menunjukkan citra positif sehingga bisa menciptakan loyalitas dan kepercayaan yang bisa digunakan sebagai alat pemasaran.

Demikian, personal branding dapat membantu seseorang untuk mengembangkan diri dan mengukuhkan dirinya sebagai seseorang yang memiliki otoritas di bidang atau industri tertentu. Terdapat dua jenis personal branding di antaranya,
1. Alami (natural), yaitu proses personal branding yang terjadi secara alami tanpa disadari orang yang melakukannya.
2. Buatan (by design), yaitu proses personal branding yang dibuat secara sengaja dengan tujuan tertentu.

Personal Branding Menurut Para Ahli
1. McNally dan Speak (2004), personal brand adalah persepsi yang tertanam dan terpelihara di benak orang lain, yang memiliki tujuan akhir agar publik punya pandangan positif terhadapnya sehingga dapat berlanjut kepada kepercayaan dan loyalitas.
2. Montoya (2006), personal branding adalah sebuah seni dalam menarik dan memelihara lebih banyak klien dengan cara membentuk persepsi publik secara aktif.
3. Wasesa (2011), personal branding adalah proses ketika orang menggunakan dirinya atau kariernya sebagai merek (brand). Personal branding merupakan seni untuk menarik dan menjaga persepsi publik secara aktif yang mana membangunnya bisa dari orang, nama, tanda, simbol atau desain yang dapat dijadikan pembeda dari kompetitornya.
4. Parengkuan dan Becky (2014), personal brand adalah suatu kesan yang berkaitan dengan keahlian, perilaku maupun prestasi yang dibangun oleh seseorang baik secara sengaja maupun tidak sengaja dengan tujuan untuk menampilkan citra dirinya. Personal brand dapat dijadikan suatu identitas yang digunakan orang lain dalan mengingat seseorang.
5. Haroen (2014), personal branding adalah proses membentuk persepsi masyarakat terhadap aspek-aspek yang dimiliki seseorang, seperti kepribadian, kemampuan, atau nilai-nilai dan bagaimana semua itu menciptakan persepsi positif dari masyarakat yang dapat digunakan sebagai alat pemasaran.

B. Konsep Personal Branding

Konsep yang menjadi dasar hukum dalam membentuk personal branding menurut Montoya (Mufid, 2012) di antaranya,
1. Spesialisasi (The law of specialization). Ciri khas suatu personal branding yang hebat adalah ketepatan suatu spesialisasi, hanya terkonsentrasi pada suatu kekuatan, keahlian atau pencapaian tertentu. Spesialisasi bisa dilakukan melalui beberapa cara di antaranya kemampuan, perilaku, gaya hidup, misi, produk, profesi, dan pelayanan.
2. Kepemimpinan (The law of leadership). Suatu personal branding dengan kekuasaan juga kredibilitas mampu menempatkan seseorang sebagai pemimpin dari kesempurnaan.
3. Kepribadian (The law of of personality). Personal branding yang hebat harus didasarkan pada kepribadian dan muncul apa adanya dengan segala ketidaksempurnaannya.
4. Perbedaan (The law of distinctiveness). Personal branding yang baik dan efektif harus ditunjukkan dengan cara berbeda.
5. Terlihat (The law of visibility). Personal branding harus dilakukan secara konsisten hingga personal brand seseorang terlihat. Untuk itu, jika ada kesempatan perlu untuk mempromosikan diri atau memasarkan diri.
6. Kesatuan (The law of unity). Personal branding dan kehidupan pribadi seseorang harus sejalan dengan etika moral dan sikap yang sudah ditentukan merek tersebut.
7. Keteguhan (The law of persistence). Personal branding memerlukan waktu untuk tumbuh dan selama proses berjalan penting untuk selalu memperhatikan setiap tahapannya.
8. Nama baik (The law of goodwill). Apabila personal branding ingin menciptakan hasil yang lebih baik dan bertahan lebih lama maka individu harus diasosiasikan dengan nilai/ide yang diakui positif dan bermanfaat secara umum.

C. Elemen Personal Branding

Berikut ini elemen dasar yang harus dibangun dan diintegrasikan bersama menurut Montoya dan Vandehey (2008) di antaranya,
1. Individu itu sendiri (You). Individu mampu membentuk personal branding melalui polesan dan metode komunikasi yang rancang dengan baik kepada target market untuk menyampaikan dua hal yakni siapakah seseorang tersebut sebagai suatu pribadi? dan spesialisasi apa yang seseorang itu lakukan?
2. Janji (Promise). Personal branding merupakan suatu janji dan tanggung jawab untuk memenuhi harapan masyarakat yang muncul akibat personal brand tersebut.
3. Relasi atau Hubungan (Relationship). Personal branding yang baik akan menciptakan relasi yang baik dengan masyarakat.

D. Komponen Personal Branding

Pada dasarnya, personal branding bertujuan untuk membangun reputasi seseorang pada bidang-bidang tertentu sehingga dianggap memiliki otoritas pada bidang-bidang tersebut. Berikut beberapa komponen penting yang mempengaruhi proses pemasaran diri di antaranya,
1. Komponen Utama
a. Nilai Unggul (Value). Setiap orang memiliki nilai unggul atau kelebihan di dalam dirinya pada bidang tertentu. Namun, tidak jarang juga ada orang yang tidak menyadari nilai unggul di dalam dirinya sehingga tidak dapat memunculkan personal branding mereka. Cara yang paling mudah untuk mengetahui atau memunculkan nilai unggul seseorang adalah dengan berlatih secara konsisten sehingga dapat memaksimalkan potensi diri.
b. Keterampilan (Skill). Setiap individu tentunya memiliki keterampilan, kemampuan, dan kelebihan dalam dirinya di bidang tertentu. Agar keterampilan tersebut dapat berkembang, maka seseorang harus fokus pada kelebihan bukan pada kekurangan.
c. Tingkah Laku (Behaviour). Tingkah laku seseorang akan memberikan dukungan terhadap setiap aspek yang ingin ditampilkan di dalam diri seseorang. Dengan kata lain, jika tingkah laku seseorang positif maka hasilnya akan positif, demikian juga sebaliknya.

2. Komponen Pendukung
a. Penampilan Diri (Appearance). Ada pepatah mengatakan “jangan menilai buku dari sampulnya”. Namun secara umum, orang-orang akan memperhatikan penampilan seseorang karena merupakan representasi diri seseorang, apakah ia orang yang rapih, sederhana, dan lain sebagainya. Jadi dalam proses pemasaran diri, penampilan seseorang merupakan hal yang sangat penting sebagai penilaian awal.
b. Keunikan Diri (Uniqueness). Setiap individu memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dengan orang lain. Dalam proses pemasaran diri keunikan tersebut sesuatu yang berhubungan dengan kepribadian dan keahlian seseorang yang tidak dimiliki oleh orang lain.
c. Keaslian Diri (Authentic). Dalam hal ini, keaslian diri sendiri merupakan identitas original seseorang yang khas. Dalam proses personal branding, seseorang harus menunjukkan keaslian dirinya sendiri, tidak boleh dibuat-buat.

E. Karakteristik Personal Branding

Ada 3 karakteristik dan hal dasar yang harus diperhatikan dalam merancang personal branding yang kuat menurut McNally dan Speak (2004) di antaranya,
a. Memiliki ciri khas (Authenticity). Personal branding yang kuat menguraikan hal yang sangat spesifik yang menjadi cerminan dari ide dan nilai dalam diri yang membedakan dari orang lain. Kekhasan tersebut bisa dipresentasikan dalam bentuk kualitas pribadi, tampilan fisik, atau keahlian.
b. Relevan. Hal ini menjelaskan bahwa personal brand yang berhubungan dengan karakter diri menguraikan sesuatu yang dianggap dibutuhkan atau penting oleh masyarakat. Apabila tak ada keterikatan (relevansi)maka akan sulit terjadi penguatan pikiran masyarakat.
c. Konsisten. Hal ini terkait dengan usaha membangun personal brand secara konsisten sehingga orang lain bisa dengan mudah dan jelas mengidentifikasi personal brand tersebut sehingga terbentuk brand equity (keunggulan merek).

F. Cara Membangun Personal Branding

Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam proses personal branding di antaranya,
1. Mengenali Diri Sendiri
Personal branding haruslah mencerminkan identitas pribadi dan profesional seseorang. Seseorang harus membuat analisis SWOT terhadap dirinya sendiri agar mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Beberapa pertanyaan yang harus dijawab, misalnya;
a. Di bidang pekerjaan apa saya dapat unggul?
b. Apa yang menjadi motivasi saya?
c. Karakteristik apa yang disukai orang lain dari saya?

2. Menentukan Seperti Apa Ingin Dikenali
Pemasaran diri dilakukan bukan hanya sekedar menunjukkan cerminan diri seseorang, tetapi juga menggambarkan tujuan seseorang di masa depan. Itulah sebabnya seseorang yang melakukan personal branding harus memahami apa keterampilan dan kompetensi yang dimiliki, termasuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pribadi.

Dengan melakukan hal tersebut, maka seseorang akan berbeda di mata publik. Seseorang yang dapat membayangkan di mana dirinya berada dalam 5 atau 10 tahun mendatang akan dapat membuat langkah-langkah yang tepat dalam upaya mencapainya.

3. Menentukan Audiens
Personal branding yang dilakukan by design pada umumnya akan membidik target audiens yang ingin dijangkau. Target audiens itu bisa perusahaan tertentu atau khalayan umum di industri tertentu. Misalnya, jika seseorang ingin dikenal sebagai pembicara internet marketing maka ia harus dapat menjangkau para pelaku bisnis online. Dengan begitu, orang tersebut dapat melakukan berbagai upaya untuk mempromosikan dirinya dengan lebih tepat sasaran.

4. Membangun Networking
Membangun networking atau jaringan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari personal branding. Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya menghadiri acara formal atau kegiatan informal. Semakin besar networking yang dibangun maka personal branding seseorang akan semakin dikenal luas. Selain itu, dengan rutin mengikuti berbagai kegiatan yang berkaitan dengan keahlian tertentu maka karier seseorang pun akan semakin berkembang.

5. Meminta Rekomendasi
Rekomendasi ini bisa dari siapa saja, misalnya dari rekan kerja, atasan, ataupun dari orang lain yang masih berkaitan dengan keahlian seseorang. Sama halnya seperti penjual yang mendapatkan testimoni dari konsumennya, rekomendasi dari orang lain dapat meningkatkan personal branding seseorang.

6. Membangun Online Presence
Kehadiran di media sosial terbukti dapat meningkatkan personal branding seseorang di internet. Namun, tentu saja itu tergantung platform media sosial apa yang digunakan karena tidak semua media sosial dapat bekerja secara efektif. Misalnya seseorang dapat menjelaskan keahliannya di industri tertentu di media sosial para profesional seperti Linkedin.com, atau seorang pekerja seni menjelaskan keahliannya di Instagram. Pemilihan platform media sosial harus disesuaikan dengan target audiens yang ingin dijangkau. Dengan begitu, proses personal branding dapat berjalan dengan lebih optimal dan efektif.

Selain itu, terdapat sejumlah kriteria penting dalam membangun personal branding yang efektif menurut Rampersad (2008) di antaranya,
1. Spesialisasi (Specialization). Konsentrasi terhadap satu bakat inti atau ketrampilan unik, sebab menjadi generalis tanpa satu pun keterampilan, kemampuan, atau bakat khusus akan membuat brand tidak unik, spesial, dan berbeda.
2. Wibawa (Authority). Seorang ahli dan seorang pemimpin yang efektif akan dipandang dan memiliki wibawa.
3. Keberbedaan (Differentiation). Personal brand harus ditunjukkan secara berbeda dan unik lain daripada yang lain. Personal brand harus memiliki definisi yang jelas sehingga masyarakat bisa dengan cepat menangkap pesan brand.
4. Relevan (Relevan). Pesan brand harus berhubungan dengan hal yang dianggap penting bagi masyarakat.
5. Visibilitas (Visibility). Visibilitas merupakan pengulangan konsisten dan pemaparan jangka panjang.
6. Kegigihan (Persistence). Dibutuhkan kegigihan agar suatu merek yang dibangun tumbuh.
7. Kebaikan (Goodwill). Personal brand harus dibuat terkait dengan hal positif dan bermanfaat sehingga akan menciptakan personal brand yang bertahan lama dan baik.
8. Kinerja (Performance). Agar personal brand dikenal dibutuhkan kinerja dan perbaikan yang secara konsisten, jika tidak maka brand hanya akan memalukan.

G. Contoh Personal Branding

Ada banyak publik figur yang dikenal masyarakat melalui hal-hal yang dikerjakan atau dilakukannya. Berikut beberapa contoh personal branding di antaranya,
1. Jokowi: Presiden merakyat
2. Gusdur: Bapak pluralis
3. Soeharto: Bapak pembangunan
4. Soekarno: Bapak proklamator
5. Ki Hadjar Dewantara: Bapak pendidikan nasional
6. Mohammad Hatta: Bapak koperasi Indonesia
7. Anne Ahira: Guru internet marketing
8. Asma Nadia: Penulis novel dan cerpen Indonesia
9. Atta Halilintar: YouTuber
10. Nadiem Makarim: Gojek
11. William Tanuwijaya: Tokopedia
12. Elon Musk: Tesla
13. Jack Ma: Alibaba
14. Timon Adiyoso: Blogger asal Samarinda
15. Auguste Comte: Bapak sosiologi
16. Herodotos: Bapak sejarah
17. Dan lain sebagainya
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment