Pengertian Modal Kerja, Konsep, Tujuan, Fungsi, Faktor, Siklus, dan Cara Menghitungnya
Modal Kerja |
A. Pengertian Modal Kerja
Modal kerja (modal kerja bersih/NWC) adalah perbedaan antara aset lancar perusahaan, seperti uang tunai, piutang (tagihan pelanggan yang belum dibayar) dan persediaan bahan baku dan barang jadi, dan kewajiban saat ini, seperti kewajiban akun hutang. Modal kerja juga diartikan sebagai modal yang diperlukan perusahaan untuk membiayai semua kegiatan bisnis, sehingga bisnis dapat berjalan sesuai rencana sebelumnya.
Modal kerja merupakan ukuran likuiditas perusahaan, efisiensi operasional dan kesehatan keuangan jangka pendeknya. Jika suatu perusahaan memiliki modal kerja yang besar, maka ia harus memiliki potensi untuk berinvestasi dan tumbuh. Jika aset lancar perusahaan tidak melebihi kewajiban lancar, maka mungkin mengalami kesulitan untuk tumbuh atau membayar kembali kreditor, atau bahkan bangkrut.
Mengacu pada definisi dari Munawir, terdapat dua bagian modal kerja yaitu bagian yang permanen dan bagian variabel. Bagian permanen merupakan jumlah minimal yang tersedia, sehingga perusahaan bisa berjalan dengan baik tanpa mengalami masalah keuangan. Sedangkan bagian kedua yaitu jumlah modal kerja yang jumlahnya bervariasi pada aktivitas di masa tertentu dan kebutuhan di luar kegiatan perusahaan yang biasa.
Modal Kerja Menurut Para Ahli
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), modal kerja adalah modal bersih yang merupakan selisih lebih antara aktiva lancar dan hutang lancar untuk membiayai kegiatan usaha (working capital).
B. Konsep Modal Kerja
Pengertian modal kerja secara mendalam terkandung dalam konsep modal kerja yang dibagi menjadi tiga macam (Kasmir, 2010:250) di antaranya,
1. Konsep kuantitatif. Konsep kuantitatif, menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital).
2. Konsep kualitatif. Konsep kualitatif, merupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini disebut modal kerja bersih atau net working capital.
3. Konsep fungsional. Konsep fungsional menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memeroleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba. Demikian pula sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, labapun akan menurun. Akan tetapi, dalam kenyataannya terkadang kejadiannya tidak selalu demikian.
C. Tujuan Modal Kerja
Manajemen jelas memiliki tujuan tertentu. Merujuk pada pernyataan Kasmir, tujuan dari manajemen modal kerja di antaranya,
1. Bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan profitabilitas perusahaan.
2. Perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban tepat waktu jika mempunyai kecukupan .
3. Manajemen dapat melindungi perusahaan apabila terjadi masalah pada modal kerja disebabkan adanya penurunan nilai aktiva lancar.
4. Jika rasio keuangan memenuhi persyaratan, perusahaan bisa mendapatkan tambahan dana dari pihak kreditur.
5. Penggunaan aktiva lancar dapat dimaksimalkan untuk dapat meningkatkan laba dan penjualan.
D. Fungsi Modal Kerja
Modal suatu perusahaan bisa membiayai biaya operasional perusahaan sehari-hari. Perusahaan akan mampu beroperasi lebih efisien, jika memiliki kecukupan modal dan tidak mengalami masalah keuangan. Berikut beberapa fungsi modal kerja mengacu pada Munawir di antaranya,
1. Jika perusahaan memiliki modal yang cukup, saat terjadi krisis perusahaan akan terlindungi bila terjadi penurunan nilai dari aktiva lancar.
2. Perusahaan bisa memberikan syarat kredit bagi konsumennya dengan lebih lunak dan menguntungkan.
3. Operasional perusahaan dapat berjalan dengan lebih efisien, disebabkan perusahaan tidak mengalami kesulitan, saat mendapatkan produk ataupun jasa yang diperlukan.
4. Dengan memiliki modal, perusahaan akan dapat membayar semua kewajiban yang dimiliki secara tepat waktu.
5. Perusahaan dapat memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup agar dapat melayani pelanggannya dengan lebih lancar
E. Faktor Modal Kerja
Kebutuhan perusahaan akan modal menurut Kasmir (2010:254) tergantung pada faktor-faktor di antaranya,
1. Jenis Perusahaan. Kebutuhan modal kerja tergantung pada jenis dan sifat dari usaha yang dijalankan perusahaan.
2. Waktu Produksi. Ada hubungan langsung antara jumlah modal kerja dan jangka waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang yang akan dijual pada pembeli. Makin lama waktu yang diperlukan untuk memperoleh barang, atau makin lama waktu yang diperlukan untuk memperoleh barang dari luar negeri, jumlah modal kerja yang diperlukan makin besar.
3. Syarat Kredit. Kebutuhan modal kerja perusahaan dipengaruhi oleh syarat pembelian dan penjualan. Makin banyak diperoleh syarat kredit untuk membeli bahan dari pemasok maka lebih sedikit modal kerja yang ditanamkan dalam persediaan. Sebaliknya, semakin longgar syarat kredit yang diberikan pada pembeli maka akan lebih banyak modal kerja yang ditanamkan dalam piutang.
4. Tingkat perputaran persediaan. Makin cepat persediaan berputar maka makin kecil modal kerja yang diperlukan. Pengendalian persediaan yang efektif diperlukan untuk memelihara jumlah, jenis, dan kualitas barang yang sesuai dan mengatur investasi dalam persediaan. Di samping itu biaya yang berhubungan dengan persediaan juga berkurang.
F. Siklus Modal Kerja
Proses pemutaran modal kerja akan selalu berjalan selama perusahaan masih beroperasi, modal kerja berputar terus-menerus dalam perusahaan karena dipakai untuk membiayai operasi sehari-hari. Modal kerja memiliki sifat yang fleksibel, besar kecilnya modal kerja dapat ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan. Modal kerja yang terdiri dari kas, piutang, dan persediaan harus dimanfaatkan seefisien mungkin.
Kas merupakan uang tunai yang dimiliki perusahaan dan dapat segera digunakan setiap saat dan merupakan komponen aktiva lancar paling dibutuhkan guna membayar berbagai kebutuhan yang diperlukan, Piutang merupakan tagihan perusahaan kepada pihak lainnya yang memiliki jangka waktu tidak lebih dari satu tahun, dan Persedian merupakan cadangan perusahaan untuk proses produksi atau penjualan pada saat dibutuhkan (Kasmir, 2010:40-41).
Analisis tentang lingkaran modal kerja dimulai dengan kas, uang kas ditanam dalam persediaan dan berbagai alat dan jasa, di samping dibiayai dari para pemasok dengan kredit, yang kemudian memerlukan pembiayaan dengan kas. Jadi, proses kas, persediaan-piutang-uang.
G. Cara menghitung Modal Kerja
Modal kerja adalah cara lain untuk membandingkan aset lancar perusahaan dengan kewajiban lancar. Berbeda dengan formula modal kerja tradisional (aktiva lancar - kewajiban lancar), rasio modal kerja menempatkan aktiva lancar dalam pembilang dan kewajiban lancar dalam penyebut. Berikut rumus untuk rasio modal kerja:
Rasio modal kerja = aktiva lancar / kewajiban lancar
atau,
Rasio modal kerja = (kas + investasi jangka pendek + inventaris + piutang dagang) / (catatan jangka pendek + utang akun)
Rasio ini biasanya dinyatakan sebagai kelipatan. Rasio modal kerja 1,0 berarti bahwa aset lancar perusahaan sama dengan kewajiban lancar.
Dari berbagai sumber
Post a Comment