Pengertian Minat Beli, Aspek, Faktor, Indikator, dan Tahapannya

Table of Contents
Pengertian Minat Beli atau Purchase Intention
Purchase Intention

A. Pengertian Minat Beli (Purchase Intention)

Minat beli (purchase intention) adalah keinginan yang muncul dalam diri konsumen terhadap suatu produk sebagai dampak dari suatu proses pengamatan dan pembelajaran konsumen terhadap suatu produk. Konsumen yang mempunyai minat untuk membeli suatu produk menunjukkan adanya perhatian dan rasa senang terhadap produk yang kemudian diikuti dengan realisasi yang berupa perilaku membeli.

Minat beli merupakan tahapan di mana konsumen membentuk pilihan mereka di antara beberapa merek yang tergabung ke dalam perangkat pilihan. Di mana pada akhirnya mereka melakukan pilihan pada satu alternatif yang paling disukai atau proses yang dilalui konsumen untuk membeli barang atau jasa berdasarkan dari berbagai pertimbangan. Minat beli pada sebuah produk dapat muncul karena adanya kepercayaan pada produk yang diiring dengan kemampuan membeli produk.

Minat Beli (Purchase Intention) Menurut Para Ahli
1. Kotler dan Keller (2009:15), minat beli adalah perilaku yang timbul akibat dari respons pada objek yang menunjukkan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian.
2. Durianto dan Liana (2004: 44), minat beli adalah sesuatu yang terkait dengan perencanaan konsumen untuk membeli produk atau jasa dan berapakah jumlah unit yang dibutuhkan mereka dalam periode tertentu.
3. Thamrin (2003), minat beli adalah bagian dari komponen-komponen perilaku konsumen dalam bersikap mengonsumsi, kecenderungan responden dalam bertindak sebelum keputusan membeli di jalankan.
4. Kinnear dan Taylor (dalam Tjiptono, 2007), minat beli adalah tahapan kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dijalankan.
5. Assael (2001), minat beli merupakan kecenderungan seorang konsumen untuk membeli suatu merek atau juga melakukan tindakan yang terkait pembelian yang di nilai dari peluang konsumen untuk melakukan pembelian.
6. Ferdinand (2002), minat beli adalah pernyataan mental dari diri konsumen yang dapat merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk tertentu dengan merek tertentu.
7. Yamit (2001: 77), minat beli konsumen adalah evaluasi purna beli atau hasil evaluasi setelah membandingkan apa yang dirasakan dengan harapannya.
8. Abdullah (2003), minat beli merupakan bagian dari komponen perilaku konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.
9. Sciffman dan Kanuk (2007), minat beli adalah Suatu model sikap seseorang terhadap objek barang yang sangat cocok dalam mengukur sikap terhadap golongan produk, jasa, atau merek tertentu.

B. Aspek Minat Beli (Purchase Intention)

Minat beli adalah tahap terakhir dari suatu proses keputusan pembelian yang kompleks. Proses ini dimulai dari munculnya kebutuhan akan suatu produk atau merek (need arousal), kemudian pemrosesan informasi oleh konsumen (consumer information processing), selanjutnya konsumen akan mengevaluasi produk atau merek tersebut.

Hasil evaluasi ini yang akhirnya memunculkan niat atau intensi untuk membeli sebelum akhirnya konsumen benar-benar melakukan pembelian. Terdapat beberapa aspek minat beli pada konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (2007) di antaranya,
1. Tertarik untuk mencari informasi tentang produk. Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Terdapat dua level rangsangan atau stimulan kebutuhan konsumen, yaitu level pencarian informasi yang lebih ringan atau penguatan perhatian dan level aktif mencari informasi yaitu dengan mencari bahan bacaan, bertanya pada teman, atau mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu.
2. Mempertimbangkan untuk membeli. Melalui pengumpulan informasi, konsumen mempelajari merek-merek yang bersaing serta fitur merek tersebut. Melakukan evaluasi terhadap pilihan-pilihan dan mulai mempertimbangkan untuk membeli produk.
3. Tertarik untuk mencoba. Setelah konsumen berusaha memenuhi kebutuhan, mempelajari merek-merek yang bersaing serta fitur merek tersebut, konsumen akan mencari manfaat tertentu dari solusi produk dan melakukan evaluasi terhadap produk-produk tersebut. Evaluasi ini dianggap sebagai proses yang berorientasi kognitif. Maksudnya adalah konsumen dianggap menilai suatu produk secara sangat sadar dan rasional hingga mengakibatkan ketertarikan untuk mencoba.
4. Ingin mengetahui produk. Setelah memiliki ketertarikan untuk mencoba suatu produk, konsumen akan memiliki keinginan untuk mengetahui produk. Konsumen akan memandang produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan.
5. Ingin memiliki produk. Para konsumen akan memberikan perhatian besar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. Dan akhirnya konsumen akan mengambil sikap (keputusan, preferensi) terhadap produk melalui evaluasi atribut dan membentuk niat untuk membeli atau memiliki produk yang disukai.

C. Faktor Minat Beli (Purchase Intention)

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen menurut Lidyawatie (2008) di antaranya,
1. Perbedaan pekerjaan. Adanya perbedaan pekerjaan seseorang dapat menjadi faktor yang dapat mempengaruhi minat beli. Dengan adanya hal ini maka bisa diprediksi bahwa minat pada tingkat pekerjaan yang ingin dicapainya, aktivitas yang dilakukan, penggunaan waktu senggangnya, dll.
2. Perbedaan sosial ekonomi. Seseorang yang mempunyai sosial ekonomi tinggi akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkannya daripada yang mempunyai sosial ekonomi rendah.
3. Perbedaan hobi atau kegemaran. Artinya bagaimana seseorang menggunakan waktu senggangnya.
4. Perbedaan jenis kelamin. Faktor ini dapat diartikan minat wanita akan selalu berbeda dengan minat yang dimiliki oleh pria, contohnya adalah dalam pola belanja yang berbeda.
5. Perbedaan usia, artinya usia anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua akan berbeda minatnya terhadap suatu barang, aktivitas benda dan seseorang.

D. Indikator Minat Beli (Purchase Intention)

Minat beli dapat dilihat dari beberapa indikator menurut Ferdinant (2000) di antaranya,
1. Minat transaksional. Indikator ini merupakan kecenderungan seseorang untuk membeli produk.
2. Minat referensial. Indikator minat referensial merupakan kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.
3. Minat preferensial. Indikator minat preferensial adalah minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat digantikan jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.
4. Minat eksploratif. Di dalam minat ini bisa melukiskan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi terkait produk yang di minatinya serta mencari informasi untuk mendukung sifat positif dari produk tersebut.

E. Tahapan Minat Beli (Purchase Intention)

Terdapat empat tahapan produsen dalam menentukan minat beli atau menentukan dorongan konsumen dalam melakukan pembelian terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Empat tahapan tersebut dikenal dengan model AIDA (Kotler, 2008).
1. Attention. Tahap ini merupakan tahap awal dalam menilai suatu produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan calon pelanggan, selain itu calon pelanggan juga mempelajari produk atau jasa yang ditawarkan.
2. Interest. Dalam tahap ini calon pelanggan mulai tertarik untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan, setelah mendapatkan informasi yang lebih terperinci mengenai produk atau jasa yang ditawarkan.
3. Desire. Calon pelanggan mulai memikirkan serta berdiskusi mengenai produk atau jasa yang ditawarkan, karena hasrat dan keinginan untuk membeli mulai timbul. Dalam tahapan ini calon pelanggan sudah mulai berminat terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Tahap ini ditandai dengan munculnya minat yang kuat dari calon pelanggan untuk membeli dan mencoba produk atau jasa yang ditawarkan.
4. Action. Pada tahap ini calon pelanggan telah mempunyai kemantapan yang tinggi untuk membeli atau menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment