Pengertian Metode Resitasi, Tujuan, Jenis, Langkah, Kelebihan, dan Kekurangannya
Metode Resitasi (Penugasan) |
A. Pengertian Metode Resitasi (Penugasan)
Metode resitasi atau penugasan adalah metode pembelajaran yang menekankan pada pembacaan, pengulangan, pengujian, dan pemeriksaan atas diri sendiri melalui sejumlah tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa di luar jam sekolah dalam rentang waktu tertentu dan hasilnya dipertanggungjawabkan kepada guru dengan tujuan untuk merangsang siswa aktif belajar baik secara individu maupun kelompok.
Bentuk tugas yang dapat diberikan adalah tugas-tugas dalam bentuk daftar sejumlah pertanyaan mengenai mata pelajaran tertentu, atau satu perintah yang harus dibahas dengan diskusi atau perlu dicari uraiannya pada buku pelajaran. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan luar kelas, misalnya di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, maupun di rumah siswa asal tugas itu dapat dikerjakan.
Pemberian tugas ini merupakan salah satu alternatif untuk lebih menyempurnakan penyampaian tujuan pembelajaran khusus. Hal ini disebabkan oleh padatnya materi pelajaran yang harus disampaikan sementara waktu belajar sangat terbatas di dalam kelas. Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut.
Metode Resitasi (Penugasan) Menurut Para Ahli
1. Imansjah Alipandie (1984:91), metode resitasi terstruktur adalah cara untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran. Pelaksanaannya bisa di rumah, di perpustakaan, di laboratorium, dan hasilnya dipertanggungjawabkan.
2. Sudirman. N (1991:141), metode penugasan/ resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar
3. Slameto (1990:115), metode resitasi terstruktur adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan kepada guru.
4. Majid (2013), resitasi adalah metode belajar yang mengombinasikan penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian, dan pemeriksaan atas diri sendiri.
5. Djamarah dan Zein (2010), resitasi adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar yang bertujuan untuk merangsang anak agar aktif belajar, baik secara individual ataupun secara kelompok.
6. Ahmadi dan Prasetya (1997), resitasi adalah metode pengerjaan rumah yaitu murid diberi tugas di luar jam pelajaran, di mana anak-anak dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah, tetapi dapat di perpustakaan, di laboratorium, di kebun percobaan dan sebagainya untuk dipertanggung jawabkan kepada guru.
7. Syaiful (2008), resitasi adalah cara penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian belajar dan harus dipertanggung jawabkannya.
8. Daradjat (2011), resitasi adalah metode pembelajaran yang menekankan pada pemberian tugas oleh guru kepada anak didik untuk menyelesaikan sejumlah kecakapan, keterampilan tertentu.
B. Tujuan Metode Resitasi (Penugasan)
Menurut Djamarah dan Zain (2010), tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individu maupun secara kelompok. Melalui metode resitasi siswa kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil pekerjaan orang lain, dapat mempelajari dan mendalami hasil uraian orang lain. Dengan demikian akan memperluas, memperkaya dan memperdalam pengetahuan serta pengalaman siswa.
Menurut Hamdayama (2014), metode pemberian tugas belajar atau resitasi memiliki beberapa tujuan di antaranya,
1. Memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima.
2. Melatih siswa ke arah belajar mandiri.
3. Siswa dapat membagi waktu terluang untuk menyelesaikan tugas.
4. Melatih siswa untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas.
5. Memperkaya pengalaman-pengalaman disekolah melalui kegiatan-kegiatan di luar kelas.
Metode resitasi merupakan metode yang dapat mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri-sendiri suatu masalah dengan jalan membaca sendiri, mengerjakan soal sendiri, sehingga apa yang mereka pelajari dapat mereka rasakan berguna untuk mereka dan akan lebih lama mereka ingat. Penggunaan metode resitasi (tugas), diberikan dengan harapan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih maksimal.
C. Jenis Metode Resitasi (Penugasan)
Terdapat dua jenis metode resitasi menurut Nasution (2000) di antaranya,
1. Penugasan Individu. Penugasan individu adalah suatu penugasan yang dibebankan kepada masing-masing peserta didik. Tugas individual lebih ditekankan kepada pembinaan kognitif-afektif-psikomotor siswa secara individual. Melalui tugas individual siswa dituntut menurut kesanggupan dan kerajinan masing-masing. Namun demikian, siswa tetap diberi kesempatan untuk berdialog dengan siswa lain, namun tetap tugas yang harus diselesaikannya bersifat perorangan.
2. Penugasan Kelompok. Penugasan kelompok adalah suatu langkah yang digunakan oleh pendidik untuk membantu peserta didik supaya mereka mampu melakukan kerja sama di dalam kelompok-kelompok yang sengaja dibentuk guna melaksanakan kegiatan pembelajaran tertentu yang ditugaskan kepada para peserta didik. Siswa didorong atau dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas dan mereka harus mengkoordinasi usahanya menyelesaikan tugasnya. Tugas-tugas itu dikerjakan dalam kelompok secara bergotong royong.
D. Langkah Metode Resitasi (Penugasan)
Penggunaan metode resitasi atau penugasan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tentang pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan menugasi siswa untuk membahas sistem peredaran darah manusia, karena metode belajar media yang disajikan adalah berperan hanya sebagai alat yang membantu siswa mempelajari sistem peredaran darah pada manusia sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman siswa.
Sehingga kesan yang disajikan dalam pembelajaran tersebut adalah siswa yang aktif tetapi guru yang kreatif, atau dengan kata lain guru menggunakan pendekatan siswa aktif. Adapun langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode tugas atau resitasi (Djamarah dan Zain, 1995: 88) di antaranya,
1. Fase Pemberian Tugas. Tugas yang akan diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan di antaranya,
a. Tujuan yang akan dicapai.
b. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.
c. Disesuaikan dengan kemampuan siswa.
d. Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.
e. Menyediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.
2. Fase Pelaksanaan Tugas
a. Sebelum siswa membuat peta konsep guru terlebih dahulu menjelaskan atau mencontohkan pembuatan peta konsep, seperti mengambar di papan tulis/ membawa contohnya
b. Setelah menjelaskan cara pembuatan peta konsep, guru menugaskan siswa untuk membuat peta konsep.
c. Diberikan bimbingan dan pengawasan oleh guru.
d. Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak boleh menyuruh orang lain.
e. Setelah tugas selesai, sebagian siswa mempersentasikan tugasnya ke depan kelas
3. Fase Mempertanggungjawabkan Tugas, hal-hal yang dikerjakan dalam fase ini adalah:
a. Laporan siswa baik lisan/tulisan dari apa yang telah dikerjakannya.
b. Ada tanya jawab.
4. Fase mempertanggungjawabkan tugas inilah yang disebut “resitasi”.
Berdasarkan acuan yang dijelaskan di atas, tugas yang diberikan kepada siswa dapat berbagai jenis. Artinya tugas banyak jenisnya, bergantung pada tujuan yang akan dicapai. Dalam pembelajaran sistem peredaran darah pada manusia metode penugasan (resitasi) yang dilaksanakan dalam penelitian ini di antaranya,
a. Tugas yang diberikan kepada siswa sudah disediakan dan disesuaikan dengan indikator materi yang dibahas;
b. Jenis tugasnya adalah tugas kelompok sesuai dengan pendekatan peta konsep.
c. Tugas disesuaikan dengan kemampuan siswa, dan berdasarkan Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar.
d. Membuat petunjuk pengerjaan tugas.
e. Pada saat pengerjaan tugas ada pengawasan guru;
f. Memberikan motivasi untuk mengerjakan/menyelesaikan tugas tentang sistem peredaran darah pada manusia.
g. Guru mengusahakan siswa mengerjakan tugas sendiri walaupun pada proses pembelajaran diusahakan berkelompok, hingga memperoleh hasil; dan
h. Siswa mengumpulkan hasil belajarnya (tugas yang dikerjakannya) kepada guru untuk dievaluasi.
Jadi, dalam menerapkan metode resitasi atau penugasan sebelum proses belajar mengajar berlangsung harus direncanakan secara matang, sesuai dengan aturan atau tata cara yang memang sudah ditentukan atau sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Jika, tidak dirancang terlebih dahulu tidak menutup kemungkinan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode resitasi tidak berjalan sesuai dengan harapan.
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi (Penugasan)
1. Kelebihan Metode Resitasi (Penugasan)
a. Tugas lebih merangsang siswa untuk belajar lebih banyak , baik pada waktu di kelas maupun di luar kelas.
b. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa yang diperlukan kehidupan kelak.
c. Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam , memperkaya atau memperluas pandangan tentang apa yang dipelajari.
d. Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi.
e. Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar karena kegiatan belajar dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan. (Sudirman Dkk, 1991 : 142 ).
2. Kekurangan Metode Resitasi (Penugasan)
a. Siswa sulit dikontrol, apa benar mengerjakan tugas ataukah orang lain
b. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
c. Sering memberikan tugas yang monoton, sehingga membosankan
Metode resitasi terstruktur mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam proses belajar mengajar. Adapun kelebihan metode resitasi terstruktur adalah anak menjadi terbiasa mengisi waktu luangnya, memupuk rasa tanggung jawab, melatih anak berpikir kritis, tekun, giat dan rajin.
Sedangkan kelemahan metode resitasi terstruktur antara lain: tidak jarang pekerjaan yang ditugaskan itu diselesaikan dengan jalan meniru, karena perbedaan individual anak tugas diberikan secara umum mungkin beberapa orang di antaranya merasa sukar sedang yang lain merasa mudah menyelesaikan tugas itu dan apabila tugas sering diberikan maka ketenangan mental pada siswa terpengaruh (Imanjah Alipandie, 1984:92)
Dari berbagai sumber
Post a Comment