Pengertian Leadership, Unsur, Tujuan, Fungsi, Sifat, Syarat, dan Gayanya
Leadership (Kepemimpinan) |
A. Pengertian Leadership (Kepemimpinan)
Leadership (kepemimpinan) adalah suatu seni, fungsi, proses dan kemampuan dalam mempengaruhi dan mengarahkan orang-orang melalui kepatuhan, kepercayaan dan kesetiaan agar berbuat sesuatu sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Leadership merupakan bagian dari fungsi-fungsi manajemen yang menduduki posisi strategis dalam sistem dan hierarki kerja dan tanggung jawab pada sebuah organisasi. Berhasil tidaknya suatu organisasi salah satunya ditentukan oleh kepemimpinan yang memimpin organisasi, bahkan maju mundurnya suatu organisasi sering diidentikkan dengan perilaku kepemimpinan dari pimpinannya.
Leadership (Kepemimpinan) Menurut Para Ahli
1. Wahjosumidjo (1987), kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang yang meliputi kepribadian, kemampuan serta kesanggupan yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan, gaya dan perilaku pemimpin serta interaksinya terhadap pengikut dan situasi.
2. P. Siagian, kepemimpinan merupakan suatu kemampuan dan keterampilan seseorang ketika menduduki sebagai pimpinan dalam suatu organisasi atau perusahaan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, khususnya bawahannya agar berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga bisa memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.
3. George R. Terry (1972), pengertian kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar diarahkan untuk mewujudkan tujuan organisasi.
4. Hemhiel dan Coons (1957), kepemimpinan merupakan perilaku seseorang individu dalam memimpin kegiatan dalam sebuah organisasi atau kelompok dalam mencapai tujuan bersama (shared goal).
5. Purwanto (2007), leadership adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi atau untuk mengubah tujuan-tujuan dan sasaran organisasi.
6. Zakub (1984), leadership adalah menstimulasi, memobilisasi, mengarahkan, mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan orang-orang yang terlibat dalam usaha bersama.
7. Slamet (2002), leadership adalah suatu kemampuan, proses, atau fungsi, pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
8. Rivai (2004), leadership adalah seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerjasama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama.
9. Baharudin dan Umiarso (2012), leadership adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama (mengolaborasi dan mengolaborasikan potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B. Unsur Leadership (Kepemimpinan)
Leadership atau kepemimpinan memiliki tiga unsur utama di antaranya,
1. Pengikut/followership. Adanya kepemimpinan ini disebabkan adanya pengikut atau followership. Seseorang menjadi pemimpin karena ada beberapa orang yang berkehendak untuk mengikuti yaitu bertindak sesuai dengan keinginan pemimpinnya.
2. Tujuan. Kepemimpinan timbul karena adanya kepengikutan yang melakukan kerja sama dalam rangkai mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama. Dengan adanya tujuan-tujuan tertentu timbul kerja sama dan timbul pula pemimpin untuk mengaturnya.
3. Kegiatan mempengaruhi. Ini berarti bahwa seorang pimpinan dalam aktivitasnya membimbing. Mengontrol dan mengarahkan tindakan orang lain untuk menuju suatu sasaran tertentu.
Seorang leadership dalam suatu organisasi harus memiliki unsur dan kriteria tertentu sehingga layak disebut sebagai pemimpin menurut Vietzal dkk (2013) di antaranya,
1. Pengaruh. Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang-orang yang mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan. Pengaruh itu menjadikan sang pemimpin diikuti dan membuat orang ain tunduk pada apa yang dikatakan sang pemimpin.
2. Kekuasaan/power. Seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena ia memiliki kekuasaan yang membuat orang lain menghargai keberadaannya. Tanpa kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki sang pemimpin tentunya tidak ada orang yang mau menjadi pendukungnya. Kekuasaan dan kekuatan yang dimiliki seorang pemimpin ini menjadikan orang lain akan tergantung pada apa yang dimiliki seorang pemimpin, tanpa itu ia tidak akan bisa berbuat apa-apa. Hubungan ini menjadikan hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme, di mana kedua belah pihak merasa saling diuntungkan.
3. Wewenang. Wewenang adalah hak yang diberikan kepada pemimpin untuk menetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan suatu hal/kebijakan. Wewenang di sini juga dapat dialihkan kepada karyawan oleh pimpinan apabila pemimpin percaya bahwa karyawan tersebut mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik, sehingga karyawan diberi kepercayaan untuk melaksanakan tanpa perlu campur tangan dari segi sang pemimpin.
4. Pengikut. Seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaan/power dan wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak memiliki pengikut yang berada di belakangnya yang memberi dukungan mengikuti apa yang dikatakan pemimpin.
C. Tujuan Leadership (Kepemimpinan)
Terdapat beberapa tujuan kepemimpinan di antaranya,
1. Untuk Mencapai Tujuan. Fungsi pertama dari pengertian leadership adalah merupakan sarana untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Jadi, bagaimana pemimpin dan kepemimpinannya sangat mempengaruhi apakah tujuan perusahaan dapat tercapai atau tidak.
2. Memotivasi Orang Lain. Tujuan selanjutnya dari kepemimpinan adalah untuk memotivasi orang lain atau mempertahankan dan meningkatkan motivasi dalam diri mereka. Bukan hanya untuk mewujudkan tujuan perusahaan namun juga memotiviasi orang-orang yang berkaitan dengan organisasi dan perusahaan. Artinya, pemimpin harus bisa mendorong pengikut atau bawahan untuk terus termotivasi agar tujuan tercapai.
D. Fungsi Leadership (Kepemimpinan)
Terdapat lima fungsi pokok leadership atau kepemimpinan menurut Baharuddin dan Umiarso (2012) di antaranya,
1. Fungsi Instruktif. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya pada orang-orang yang dipimpin. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), kapan (waktu memulai, melaksanakan, dan melaporkan hasilnya), dan di mana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif.
2. Fungsi Konsultatif. Pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi dapat pula dilakukan melalui arus sebaliknya, yakni dari orang-orang yang dipimpin kepada pemimpin yang menetapkan keputusan dan memerintahkan pelaksanaannya. Hal ini berarti fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah, meskipun pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pemimpin.
3. Fungsi Partisipatif. Fungsi ini berarti kesediaan pemimpin untuk tidak berpangku tangan pada saat-saat orang yang dipimpin melaksanakan keputusannya. Pemimpin tidak boleh sekedar mampu membuat keputusan dan memerintahkan pelaksanaannya, tetapi juga ikut dalam proses pelaksanaannya, dalam batas-batas tidak menggeser dan mengganti petugas yang bertanggung jawab melaksanakannya.
4. Fungsi Delegatif. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Pemimpin harus bersedia dan dapat mempercayai orang lain sesuai dengan posisi/jabatannya.
5. Fungsi Pengendalian. Pemimpin mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
E. Sifat Leadership (Kepemimpinan)
Dalam memimpin suatu kelompok atau organisasi atau perusahaan seorang pemimpin diharuskan memiliki sifat-sifat, di antaranya,
1. Intelejensi, yaitu sifat atau kemampuan berbicara, menafsirkan, dan bernalar yang lebih kuat daripada para anggota atau bawahan yang dipimpinnya.
2. Kepercayaan diri, yaitu sifat yang berupa keyakinan akan kompetensi dan keahlian yang dimiliki. Lebih baik jika pemimpin memiliki kepercayaan diri akan skillnya.
3. Determinasi, yaitu kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan yang meliputi ciri seperti berinisiatif, kegigihan, mempengaruhi, dan cenderung mengarahkan anggotanya untuk melakukan perintah demi tujuan organisasi.
4. Integritas, setiap pemimpin harus memiliki sifat integritas atau kejujuran dalam memimpin anggota dan organisasinya.
5. Sosiabilitas, meskipun pemimpin merupakan seseorang yang harus memiliki ketegasan dan kewibawaan, seorang pemimpin juga harus mampu menjalin hubungan yang menyenangkan, ramah, sopan baik dengan anggota yang dipimpinnya atau dengan mitra yang dijalin dalam organisasinya.
Sementara menurut Terry (2009), seorang leadership atau pemimpin yang baik harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut di antaranya,
1. Energi. Untuk tercapainya kepemimpinan yang baik memang diperlukan energi yang baik pula, jasmani maupun rohani. Seorang pemimpin harus sanggup bekerja dalam jangka panjang dan dalam waktu yang tidak tertentu. Sewaktu-waktu dibutuhkan tenaganya, ia harus sanggup melaksanakannya mengingat kedudukannya dan fungsinya. Karena itu kesehatan fisik dan mental benar-benar diperlukan bagi seorang pemimpin.
2. Memiliki stabilitas emosi. Seorang pemimpin yang efektif harus melepaskan dari berprasangka, kecurigaan terhadap bawahan-bawahannya. Sebaliknya ia harus tegas, konsekuen dan konsisten dalam tindakan-tindakannya, percaya diri sendiri dan memiliki jiwa sosial terhadap bawahannya.
3. Motivasi pribadi. Keinginannya untuk memimpin harus datang dari dorongan batin pribadinya sendiri, dan bukan paksaan dari luar dirinya. Kekuatan dari luar hanya bersifat stimulus saja terhadap keinginan-keinginan untuk menjadi pemimpin. Hal tersebut tercermin dalam keteguhan pendiriannya, kemauan yang keras dalam bekerja dan penerapan sifat-sifat pribadi yang baik dalam pekerjaannya.
4. Kemahiran mengadakan komunikasi. Seorang pemimpin harus memiliki kemahiran dalam menyampaikan gagasan baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini sangat penting bagi pemimpin untuk mendorong maju bawahan, memberikan atau menerima informasi bagi kemajuan organisasi dan kepentingan bersama.
5. Kecakapan mengajar. Sering kita dengar bahwa seorang pemimpin yang baik pada dasarnya adalah seorang guru yang baik. Mengajar adalah jalan yang terbaik untuk memajukan orang-orang atas pentingnya tugas-tugas yang dibebankan atau sebagainya.
6. Kecakapan sosial. Seorang pemimpin harus mengetahui benar tentang bawahannya. Ia harus mempunyai kemampuan untuk bekerja sama dengan bawahan, sehingga mereka benar-benar memiliki kesetiaan bekerja di bawah kepemimpinannya.
7. Kemampuan teknis. Meskipun dikatakan bahwa Semakin tinggi tingkat kepemimpinan seseorang, makin kurang diperlukan kemampuan teknis ini, karena lebih mengutamakan manajerial skillnya, namun sebenarnya kemampuan teknis ini diperlukan juga. Karena dengan dimilikinya kemampuan teknis ini seorang pemimpin akan lebih mudah dikoreksi bila terjadi suatu kesalahan pelaksanaan tugas.
F. Syarat Leadership (Kepemimpinan)
Sedangkan menurut Indrafachrudi (2006), leadership hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin yang mempunyai fungsi, peran, dan tugas yang selaras dengan tujuan organisasi. Adapun syarat yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin dalam sebuah organisasi di antaranya,
1. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan. Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk menyusun tugas, menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.
2. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas. Proses kepemimpinan dibatasi sumber, sehingga pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian, pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif, dan menyelesaikan masalah secara efektif.
3. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual. Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya, dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
4. Pemimpin adalah seorang mediator. Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah), terlebih ketika konflik telah menjadi jurang pemisah antara komponen organisasi.
G. Gaya Leadership (Kepemimpinan)
Dalam memimpin sebuah organisasi atau kelompok, setiap pemimpin pasti memiliki gaya kepemimpinannya masing-masing. Ada beberapa contoh gaya kepemimpinan yang dapat dijadikan referensi dalam memimpin organisasi atau perusahaan di antaranya,
1. Kepemimpinan Otokratis
Gaya kepemimpinan otoraktis adalah gaya kepemimpinan di mana memusatkan kekuasaan pada dirinya sendiri (pemimpin). Biasanya ia sangat dominan dalam melakukan pengambilan keputusan baik berupa kebijakan, peraturan, prosedur yang berasal dari idenya sendiri. Biasanya, ia akan lebih membatasi inisiatif dan ide dari anggotanya.
Pemimpin yang otoriter ini umumnya tidak akan memperhatikan kebutuhan dari bawahannya dan cenderung menjalin komunikasi satu arah yaitu dari atas (pemimpin) ke bawah (anggota). Gaya kepemimpinan otokratis ini biasanya digunakan dalam akademi kemiliteran atau kepolisian.
2. Kepemimpinan Birokrasi
Gaya kepemimpinan birokrasi biasanya diterapkan dalam sebuah perusahaan atau organisasi di mana setiap kegiatan dilakukan secara rutin. Artinya tidak ada inovasi dalam kegiatan perusahaan dan setiap anggota memiliki tanggung jawab rutin setiap harinya. Biasanya, gaya kepemimpinan ini terjadi dalam perusahaan dengan sistem dan prosedur yang sudah diatur sebelumnya dan sudah terbentuk sejak lama.
3. Kepemimpinan Partisipatif
Gaya kepemimpinan partisipatif adalah gaya kepemimpinan di mana komunikasi terjadi dua arah yaitu dari atas (pemimpin) ke bawah (anggota) dan dari bawah (anggota) ke atas (pemimpin). Gaya kepemimpinan ini biasanya melibatkan anggotanya dalam memecahkan suatu permasalahan dan mengambil sebuah keputusan.
Pemimpin memberikan kesempatan dan ruang untuk anggota dapat menyampaikan ide dan gagasannya dan berpartisipasi dalam suatu keputusan untuk kebaikan perusahaan. Perlu rasa sifat saling percaya dan menghargai dalam organisasi.
4. Kepemimpinan Delegatif
Gaya kepemimpinan delegatif ini biasa disebut dengan Laissez-faire yaitu gaya memimpin di mana atasan atau pemimpin memberikan kebebasan secara mutlak kepada para anggota untuk melakukan tujuan dengan menggunakan cara mereka masing-masing.
Meskipun dalam suatu organisasi terdapat pemimpin, seorang pemimpin akan membiarkan keputusan dibuat oleh siapapun dalam organisasi. Namun gaya kepemimpinan ini akan menjadi tidak efektif jika pemimpin dan anggota tidak cukup matang melaksanakan tanggung jawabnya masing-masing.
5. Kepemimpinan Transaksional
Gaya kepemimpinan ini biasanya lebih cenderung mengedepankan transaksi antara pemimpin dan bawahannya. Maksud dari transaksi di sini adalah pemimpin akan memberikan reward ketika bawahan berhasil melaksanakan tugas yang telah diselesaikan sesuai kesepakatan sebelumnya. Jadi, bawahan akan lebih termotivasi karena ada reward yang diberikan pemimpin.
6. Kepemimpinan Transformasional
Gaya kepemimpinan ini bisa membawa perubahan positif pada mereka (anggota) yang mengikuti. Para pemimpin dengan gaya ini memperhatikan dan terlibat langsung dalam proses termasuk juga dalam hal membantu para anggota kelompok untuk berhasil menyelesaikan tugas mereka.
Pemimpin dengan gaya ini lebih memiliki semangat yang positif untuk para bawahannya yang secara tidak langsung dapat berpengaruh pada para anggotanya untuk lebih energik dan antusias akan pekerjaannya. Pemimpin ini juga sangat mempedulikan kesejahteraan dan kemajuan setiap anak buahnya.
7. Kepemimpinan Melayani (Servant)
Gaya kepemimpinan melayani ini biasanya antara atasan dan bawahan memiliki hubungan melayani dengan para anggota berorientasi pada sifat melayani dengan standar moral spiritual. Pemimpin yang melayani lebih mengedepankan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi dari para anggota daripada kepentingan pribadinya.
8. Kepemimpinan Karismatik
Pemimpin yang karismatik biasanya memiliki pengaruh yang kuat atas para pengikut oleh karena karisma dan kepercayaan diri yang ditampilkan. Jadi, gaya kepemimpinan karismatik ini melibatkan karisma seorang pemimpin dan memiliki kemampuan yang mempesona yang ia miliki terutama dalam meyakinkan setiap anggotanya untuk mengikuti setiap arahan yang ia inginkan.
9. Kepemimpinan Situasional
Gaya kepemimpinan situasional adalah jenis kepemimpinan yang lebih sering menyesuaikan setiap gaya kepemimpinan yang ada dengan tahap perkembangan para anggota yakni sejauh mana kesiapan dari para anggota melaksanakan setiap tugas. Bisa dikatakan gaya kepemimpinan seorang pemimpin jenis ini tidak akan selalu sama atau berubah sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada.
Berbicara mengenai kepemimpinan tentu, setiap pemimpin mempunyai gaya dan caranya masing-masing dalam memimpin organisasi atau perusahaan. Namun yang pasti gaya kepemimpinan yang dipilih pasti bertujuan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan organisasi atau perusahaan.
Dari berbagai sumber
Post a Comment