Pengertian Konservatisme Akuntansi, Dasar, Faktor, dan Jenisnya

Table of Contents
Pengertian Konservatisme Akuntansi
Konservatisme Akuntansi

A. Pengertian Konservatisme Akuntansi

Konservatisme akuntansi adalah sikap dalam menghadapi ketidakpastian untuk mengambil tindakan atau keputusan atas dasar munculan (outcome) yang terjelek dari ketidakpastian tersebut. Sikap konservatif mengandung makna sikap berhati-hati dalam menghadapi risiko dengan cara bersedia mengorbankan sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan risiko.

Konservatisme akuntansi merupakan prinsip lama dalam pelaporan keuangan yang dimaksudkan untuk melindungi pengguna informasi keuangan dari pendapatan yang meningkat dan untuk memastikan bahwa semua potensi kewajiban dicatat segera setelah direalisasikan.

Konservatisme akuntansi mengacu pada pedoman pelaporan keuangan yang mengharuskan akuntan untuk melakukan verifikasi tingkat tinggi dan memanfaatkan solusi yang menunjukkan angka paling agresif ketika dihadapkan pada ketidakpastian.

Pedoman tersebut mensyaratkan bahwa kerugian dicatat segera setelah dikuantifikasikan (pasti atau tidak pasti), sedangkan keuntungan hanya dicatat ketika dijamin akan direalisasikan. Konsep umumnya adalah meminimalkan kelebihan penyajian pendapatan dan aset dan mengecilkan kewajiban dan biaya.

Konservatisme Akuntansi Menurut Para Ahli
1. FASB Statement of Concept No.2, konservatisme akuntansi adalah reaksi hati-hati menghadapi ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko intern dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan. Ketidakpastian dan risiko tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi dan kenetralan bisa diperbaiki. Pelaporan yang didasari kehati-hatian akan memberi manfaat yang terbaik untuk semua pemakai laporan keuangan.
2. Schroeder (2003), konservatisme akuntansi sebagai pilihan manajemen perusahaan ketika berada dalam keragu-raguan untuk menggunakan metode pencatatan yang memiliki kemungkinan terkecil untuk meng- overstate asset dan laba yang dilaporkan.
3. Wolk dan Tearney (2000), konservatisme akuntansi merupakan preferensi terhadap metode-metode akuntansi yang menghasilkan nilai paling rendah untuk aset dan pendapatan, sementara nilai paling tinggi untuk utang dan biaya, atau menghasilkan nilai buku ekuitas yang paling rendah.
4. Basu (1997), konservatisme akuntansi merupakan kecenderungan akuntan untuk mempersyaratkan tingkat verifikasi yang lebih tinggi dalam mengakui good news sebagai keuntungan daripada bad news sebagai kerugian. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi perbedaan tingkat verifikasi antara bad news dan good news di dalam perusahaan maka semakin konservatif laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan.
5. Anggraini dan Trisnawati (2008), konservatisme akuntansi adalah memilih prinsip akuntansi yang mengarah pada minimalisasi laba kumulatif yang dilaporkan yaitu mengakui laba lebih lambat, mengakui pendapatan lebih cepat, menilai aset dengan nilai terendah dan menilai kewajiban dengan nilai yang tinggi.
6. Soewardjono (2010), konservatisme akuntansi adalah implikasi prinsip akuntansi yang mengakui biaya atau rugi yang memungkinkan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar.
7. Widayati (2011), konservatisme akuntansi adalah pandangan yang pesimistik dalam akuntansi. Akuntansi yang konservatif berarti bahwa akuntan bersikap pesimis dalam menghadapi ketidakpastian laba atau rugi dengan menggunakan prinsip memperlambat pengakuan pendapatan, mempercepat pengakuan biaya, merendahkan penilaian aset dan meninggikan penilaian utang.
8. Belkaoui (2012), konservatisme akuntansi adalah suatu sikap pesimistis secara umum ketika memilih teknik akuntansi untuk pelaporan keuangan, yaitu prinsip yang mengimplikasikan bahwa nilai terendah dari aktiva dan pendapatan serta nilai tertinggi dari kewajiban dan beban yang sebaiknya dipilih untuk dilaporkan.
9. Almilia (2007), konservatisme akuntansi adalah apabila ada beberapa alternatif akuntansi yang seharusnya dipilih adalah alternatif yang paling kecil kemungkinannya untuk melaporkan aset atau pendapatan yang lebih besar dari yang seharusnya.

B. Dasar Konservatisme Akuntansi

Terdapat beberapa alasan yang mendasari dilakukannya prinsip konservatisme dalam akuntansi menurut Handojo (2012) di antaranya,
1. Kecenderungan untuk bersikap pesimis dianggap perlu untuk mengimbangi optimisme yang mungkin berlebihan dari para manajer dan pemilik sehingga kecenderungan melebih-lebihkan dalam pelaporan relatif dapat dikurangi.
2. Laba dan penilaian (valuation) yang dinyatakan terlalu tinggi (over-statement) lebih berbahaya bagi perusahaan dan pemiliknya daripada penyajian yang bersifat kerendahan (under-statement) dikarenakan risiko untuk menghadapi tuntutan hukum karena dianggap melaporkan hal yang tidak benar menjadi lebih besar.
3. Akuntan kenyataannya lebih mampu memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan mampu mengkomunikasikan informasi tersebut selengkap mungkin yang dapat dikomunikasikan kepada para investor dan kreditor, sehingga akuntan menghadapi dua macam risiko yaitu risiko bahwa apa yang dilaporkan ternyata tidak benar dan risiko bahwa apa yang tidak dilaporkan ternyata benar.

C. Faktor Konservatisme Akuntansi

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan konservatisme masih layak untuk diterapkan dalam akuntansi menurut Watts (2003) dan Winelti (2012) di antaranya,
1. Pengontrakan (contracting)
Pengontrakan sebagai pendorong timbulnya praktik konservatisme merupakan sumber yang paling dahulu muncul dan memiliki argumentasi yang telah berkembang dengan sempurna. Adanya konservatisme akan membatasi perilaku opportunistik manajer dan konservatisme merupakan suatu penyeimbang bila terdapat bias manajerial dengan tuntutan verifikasi yang bersifat asimetris sehingga dengan adanya usaha menyeimbangkan antara tindakan opportunistik manajer dengan kewajiban melakukan verifikasi terlebih dahulu akan menyebabkan pelaporan tidak akan bersikap berlebihan namun juga tidak kerendahan. Di sisi lain, konservatisme dapat meningkatkan nilai perusahaan karena konservatisme membatasi pembayaran kepada pihak manajer atau pihak lain (shareholders) yang bersifat opportunistik.

Manajemen akan memperoleh insentif lebih besar jika mereka mampu mencapai kinerja perusahaan yang optimal yang dapat terlihat diantaranya melalui laporan keuangan perusahaan yang mencatat keuntungan yang besar. Pemberian insentif kepada manajemen yang didasarkan pada keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut dapat mendorong manajemen untuk melakukan tindakan manipulatif. Yaitu dengan membesar-besarkan keuntungan yang diperoleh serta aset yang dimiliki perusahaan dan mengecilkan jumlah kerugian dan kewajiban yang harus ditanggung perusahaan, agar manajemen dapat memperoleh insentif yang besar. Tindakan manajemen tersebut, pada akhirnya dapat mengorbankan kesejahteraan pemilik perusahaan bahkan mengorbankan nilai perusahaan itu sendiri.

2. Litigasi (litigation)
Lingkungan hukum yang berlaku pada suatu wilayah tertentu mempunyai dampak yang signifikan dalam kebijakan manajer dalam melaporkan kondisi keuangan perusahaannya. Dalam hal ini, manajer akan menyeimbangkan biaya litigasi yang akan timbul dengan manfaat yang diperoleh dari pelaporan keuangan dengan kebijakan akuntansi yang agresif. Sehingga, perusahaan yang beroperasi pada wilayah dengan lingkungan hukum yang ketat akan cenderung menerapkan kebijakan akuntansi yang konservatif.

Terkait dengan litigasi atau tuntutan hukum maka litigasi lebih kecil kemungkinannya terjadi bagi perusahaan yang meng-understate net asset dibanding meng-overstate net aset. Masalah-masalah hukum yang umumnya menjerat auditor dan perusahaan karena terjadinya kebangkrutan yang merugikan investor umumnya terjadi karena adanya overstatement dan bukan understatement. Selain itu, investor cenderung bersifat risk averse sehingga understatement lebih dirasa aman dibanding overstatement yang berisiko lebih menyesatkan bagi pengambilan keputusan seorang investor dibandingkan kondisi understatement.

3. Biaya Politik (political cost)
Biaya politik muncul akibat konflik kepentingan antara manajer dengan pemerintah sebagai pihak ketiga yang memiliki wewenang untuk mengalihkan kekayaan perusahaan kepada masyarakat sesuai peraturan yang berlaku. Bagi perusahaan yang mampu menghasilkan profit makan pengakuan yang asimetris antara gains dan losses (menunda pengakuan pendapatan dan mempercepat pengakuan beban) akan mengurangi present value dari pajak (menunda pembayaran pajak) dan meningkatkan nilai perusahaan. Penentu standar akuntansi dan otoritas regulator juga diuntungkan dengan sedikitnya kemungkinan datangnya kritik karena terjadinya perusahaan yang melakukan overstate nilai net asset dibandingkan bila perusahaan melakukan understate dari nett asset-nya.

D. Jenis Konservatisme Akuntansi

Konservatisme Akuntansi menurut Subramanyam (2010) dibedakan menjadi dua jenis di antaranya,
1. Konservatisme Tak Bersyarat (Unconditional Conservatism), yaitu bentuk akuntansi konservatisme yang di aplikasikan secara konsisten dalam dewan direksi. Hal ini mengarah kepada nilai aset yang lebih rendah secara prepetual. Contoh dari konservatisme tak bersyarat adalah akuntansi untuk penelitian dan pengembangan (R&D). Beban R&D dihapuskan ketika sudah terjadi, meskipun ia mempunyai potensi ekonomis. Oleh karena itu, aset bersih dari perusahaan yang melakukan R&D secara insentif akan selalu lebih rendah (understated).
2. Konservatisme Bersyarat (Conditional Conservatism), yaitu mengacu kepada pepatah lama “semua kerugian diakui secepatnya, tetapi keuntungan hanya diakui saat benar-benar terjadi”. Contoh konservatisme bersyarat adalah menurunkan nilai aset seperti PP&E atau goodwill apabila nilainya mengalami penurunan secara ekonomis, yaitu pengurangan potensi arus kasnya meningkat dikemudian hari, maka kita tidak dapat serta merta menaikkan nilainya karena laporan keuangan hanya mencerminkan kenaikan potensi arus kas selama periode secara perlahan, dan hal itu dilakukan apabila arus kas benar-benar terjadi”.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment