Pengertian Self Efficacy (Keyakinan Diri), Dimensi, Faktor Pembentuk, dan Klasifikasinya
Self Efficacy (Keyakinan Diri) |
A. Pengertian Self Efficacy (Keyakinan Diri)
Self efficacy (keyakinan diri) adalah suatu keyakinan atau kepercayaan diri individu mengenai kemampuannya untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk mencapai kecakapan tertentu. Dengan kata lain, efikasi diri merupakan suatu keyakinan yang ada dalam diri seseorang atau individu terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam melakukan dan melaksanakan tugas yang dihadapi sehingga dapat mengatasi suatu hambatan atau rintangan dan mencapai tujuan yang diharapkannya.Efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau self knowledge yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari-hari karena efikasi diri yang dimiliki ikut mempengaruhi individu dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, termasuk di dalamnya perkiraan terhadap tantangan yang akan dihadapi. Keyakinan efficacy dikatakan mempengaruhi bagaimana seseorang melihat dan menginterpretasi suatu kejadian dan mengambil langkah yang diperlukan dalam menghadapinya.
Sebagaimana menurut Bandura (dalam Avey, Luthans & Jensen, 2009) bahwa mereka yang memiliki self-efficacy yang rendah dengan mudah yakin bahwa usaha yang mereka lakukan dalam menghadapi tantangan yang sulit akan sia-sia, sehingga mereka cenderung untuk mengalami gejala negatif dari stres. Sementara mereka yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan cenderung untuk melihat tantangan sebagai sesuatu yang dapat diatasi yang diberikan oleh kompetensi dan upaya yang cukup.
Self Efficacy (Keyakinan Diri) Menurut Para Ahli
1. Bandura (1986), efikasi diri mengacu pada kepercayaan individu akan kemampuannya untuk sukses dalam melakukan sesuatu.
2. Santrock (2007), efikasi diri adalah kepercayaan seseorang atas kemampuannya dalam menguasai situasi dan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan.
3. Niu (2010), efikasi diri adalah hasil interaksi antara lingkungan eksternal, mekanisme penyesuaian diri serta kemampuan personal, pengalaman dan pendidikan.
4. Stipek (dalam Santrock, 2007) menjelaskan bahwa efikasi diri adalah kepercayaan seseorang atas kemampuannya sendiri.
5. Jeanne Ellis Ormrod, self efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menjalankan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu.
6. Robert A. Baron & Donn Byrne, self efficacy adalah keyakinan seseorang akan kemampuan atau kompetensinya atas kinerja tugas yang diberikan, mencapai tujuan atau mengatasi sebuah hambatan.
7. Judge (dalam Nur Ghufron & Rini Risnawita), efikasi diri adalah indikator positif dari core self evaluation untuk melakukan evaluasi diri yang berguna untuk memahami diri.
8. Alwisol, efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan.
9. Juntika Nurihsan dan Syamsu Yusuf, self efficacy merupakan keyakinan diri (sikap percaya diri) terhadap kemampuan sendiri untuk menampilkan tingkah laku yang akan mengarahkannya kepada hasil yang diharapkan.
10. Stajkovic & Luthans (1998), self-efficacy dapat didefinisikan sebagai keyakinan seseorang tentang kemampuannya untuk mengerahkan motivasi, sumber daya kognitif dan tindakan yang diperlukan untuk berhasil melaksanakan tugas dan dalam konteks tertentu.
11. Trouillet (dalam Irfan dan Suprapti, 2014), self efficacy adalah pertimbangan seseorang yang mempengaruhi bagaimana seseorang menghadapi situasi eksternal.
12. King (dalam Sulistyowati, 2016), self efficacy adalah keyakinan seseorang bahwa seseorang dapat menguasai suatu situasi dan menghasilkan berbagai hasil positif.
13. Merideth (dalam Triana, 2017), self efficacy merupakan penilaian seseorang akan kemampuan pribadinya untuk memulai dan berhasil melakukan tugas yang ditetapkan pada tingkat yang ditunjuk, dalam upaya yang lebih besar, dan bertahan dalam menghadapi kesulitan.
14. Friedman dan Schustack (dalam Ujam Jaenudin, 2015), self efficacy adalah ekspektasi keyakinan (harapan) tentang seberapa jauh individu mampu melakukan satu perilaku dalam suatu situasi tertentu.
15. Woolfilk (dalam Della, 2017), self efficacy mengacu pada pengetahuan individu tentang kemampuannya sendiri untuk menyelesaikan tugas tertentu tanpa perlu membandingkan dengan kemampuan orang lain.
B. Dimensi Self Efficacy (Keyakinan Diri)
Self efficacy individu dapat dilihat dari tiga dimensi menurut Bandura (dalam Ghufron dan Rini Risnawati, 2012) di antaranya,1. Tingkat (Level)
Tingkat Self-efficacy individu dalam mengerjakan suatu tugas berbeda dalam tingkat kesulitan tugas. Individu memiliki self-efficacy yang tinggi pada tugas yang mudah dan sederhana, atau juga pada tugas-tugas yang rumit dan membutuhkan kompetensi yang tinggi. Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung memilih tugas yang tingkat kesukarannya sesuai dengan kemampuannya.
2. Kekuatan (Strength)
Dimensi yang ketiga ini lebih menekankan pada tingkat kekuatan atau kemantapan individu terhadap keyakinannya. Self-efficacy menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan individu akan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan individu. Self-efficacy menjadi dasar dirinya melakukan usaha yang keras, bahkan ketika menemui hambatan sekalipun.
3. Keluasan (Generality)
Dimensi ini berkaitan dengan penguasaan individu terhadap bidang atau tugas pekerjaan. Individu dapat menyatakan dirinya memiliki self-efficacy pada aktivitas yang luas, atau terbatas pada fungsi domain tertentu saja. Individu dengan self-efficacy yang tinggi akan mampu menguasai beberapa bidang sekaligus untuk menyelesaikan suatu tugas. Individu yang memiliki self-efficacy yang rendah hanya menguasai sedikit bidang yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu tugas.
C. Faktor Pembentuk Self Efficacy (Keyakinan Diri)
Menurut Bandura, ada empat pembentuk efikasi di dalam diri seseorang di antaranya,1. Pengalaman performansi
Pengalaman performansi adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Sebagai sumber, performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi (masa lalu) performansi yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi. Mencapai keberhasilan akan memberi dampak efikasi yang berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya di antaranya,
a. Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi semakin tinggi.
b. Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja kelompok, dibantu orang lain.
c. Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang sudah merasa berusaha sebaik mungkin.
d. Kegagalan dalam suasana emosional atau stres, dampaknya tidak seburuk kalau kondisinya optimal.
e. Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang kuat, dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang keyakinan efikasinya belum kuat.
f. Orang yang biasa berhasil, sesekali gagal tidak mempengaruhi efikasi.
2. Pengalaman Vikarius
Pengalaman vikarius diperoleh melalui model sosial. Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi akan menurun jika mengamati orang yang kira-kira kemampuannya sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang diamati beda dengan diri si pengamat, pengaruh vikarius tidak besar. Sebaliknya ketika mengamati figur yang setara dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatinya itu dalam jangka waktu yang lama.
3. Persuasi Sosial
Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan melalui persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan.
4. Keadaan Emosi
Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi dibidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas stres, dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa terjadi, peningkatan emosi yang tidak berlebihan dapat meningkatkan efikasi diri.
D. Klasifikasi Self Efficacy (Keyakinan Diri)
Self efficacy dibagi menjadi 2 yaitu self efficacy tinggi dan rendah. menurut Robert Kreitner & Angelo Kinicki, ada beberapa perbedaan pola perilaku antara seseorang yang mempunyai self efficacy tinggi dan rendah. Klasifikasi Self Efficacy |
Diagaram di atas menjelaskan perbedaan pola perilaku (behavioral pattern) antara seseorang yang mempunyai self efficacy tinggi dengan seseorang yang mempunyai self efficacy rendah.
1. Self Efficacy Tinggi
a. Aktif memilih peluang terbaik
b. Mampu mengelola situasi, menghindari atau menetralisir hambatan
c. Menetapkan tujuan, menetapkan standar
d. Membuat Rencana, persiapan dan praktik
e. Bekerja keras
f. Kreatif dalam memecahkan masalah
g. Belajar dari kegagalan
h. Memvisualisasikan keberhasilan
i. Membatasi stres
2. Self Efficacy Rendah
a. Pasif
b. Menghindari tugas yang sulit
c. Aspirasi lemah dan komitmen rendah
d. Fokus pada kekurangan pribadi
e. Tidak melakukan upaya apa pun
f. Berkecil hati karena kegagalan
g. Menganggap kegagalan adalah karena kurangnya kemampuan atau nasib buruk
h. Mudah khawatir, stres dan menjadi depresi
i. Memikirkan alasan untuk gagal
Sementara pandangan Hughes, Ginnett & Curphy (2009) melihat self-efficacy terdiri dari dua jenis di antaranya,
1. Self-efficacy dikatakan positif ketika keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa ia percaya mempunyai kuasa untuk menciptakan apa yang ia inginkan atau harapkan.
2. Self-efficacy dikatakan negatif ketika keyakinan yang dimiliki seseorang membuat dirinya lemah atau melemahkan dirinya sendiri.
Penelitian mengungkapkan bahwa orang yang memiliki self-efficacy secara sederhana percaya bahwa ia dapat menyelesaikan suatu tugas tertentu dengan baik, sering kali mengerahkan usaha yang cukup untuk menyelesaikan tugas tersebut. Sebaliknya, orang yang memiliki self-efficacy yang negatif sering kali menyerah dalam menghadapi kesulitan.
Dari berbagai sumber
Post a Comment