Pengertian Persepsi Sosial, Dimensi, Prinsip, Faktor, dan Bias Persepsi

Table of Contents
Pengertian Persepsi Sosial
Persepsi Sosial

A. Pengertian Persepsi Sosial

Persepsi sosial merupakan proses yang digunakan untuk mengetahui dan memahami orang lain. Proses pemahaman ini tentunya melibatkan skema-skema atau informasi tentang keadaan sosial yang terekam di dalam memori, yang kemudian diolah atau dibayangkan kepada suatu objek. Persepsi sosial juga berhubungan erat dengan kesehatan mental. Kesehatan mental salah satunya ditandai oleh fungsi sosial dari individu.

Dalam psikologi, persepsi sosial dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indriawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih dan diatur adalah informasi indriawi dari lingkungan sosial serta yang menjadi fokusnya adalah orang lain. Pengetahuan akurat tentang orang lain tersebut akan sangat berguna untuk mengatur hubungan saling interaksi.

Persepsi sosial juga merujuk pada bagaimana orang mengerti dan mengategorisasikan dunia. Seperti persepsi lainnya, persepsi sosial merupakan sebuah konstruksi. Sebagai hasil konstruksi, pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh dari persepsi sosial tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Dalam persepsi sosial kita berusaha untuk,
1. Mengetahui apa yang dipikirkan, dipercaya, dirasakan, dikehendaki dan didambakan orang lain
2. Membaca apa yang ada di dalam diri orang lain berdasarkan ekspresi wajah, tekanan suara, gerak-gerik tubuh, kata-kata dan tingkah laku mereka
3. Menyesuaikan tindakan sendiri dengan keberadaan orang lain berdasarkan pengetahuan dan pembacaan terhadap orang tersebut.

Persepsi Sosial Menurut Para Ahli
Sarwono dan Meinarno (2009), persepsi sosial dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indriawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih, dan diatur adalah informasi indriawi dari lingkungan sosial, serta yang menjadi fokusnya adalah orang lain).

B. Dimensi Persepsi Sosial

Persepsi sosial juga dianggap sebagai bagian dari kognisi sosial, yaitu pembentukan kesan-kesan tentang karakteristik-karakteristik orang lain. Kesan yang diperoleh tentang orang lain tersebut biasanya didasarkan pada tiga dimensi persepsi di antaranya,
1. Dimensi evaluasi yaitu penilaian untuk memutuskan sifat baik buruk, disukai-tidak disukai, positif-negatif pada orang lain.
2. Dimensi potensi yaitu kualitas dari orang sebagai stimulus yang diamati (kuat-lemah, sering-jarang, jelas-tidak jelas).
3. Dimensi aktivitas yaitu sifat aktif atau pasifnya orang sebagai stimulus yang diamati.

Berdasarkan tiga dimensi tersebut, maka persepsi sosial didasarkan pada dimensi evaluatif, yaitu untuk menilai orang. Penilaian ini akan menjadi penentu untuk berinteraksi dengan orang selanjutnya. Artinya, persepsi sosial timbul karena adanya kebutuhan untuk mengerti dan meramalkan orang lain. Maka dalam persepsi sosial tercakup tiga hal yang saling berkaitan di antaranya,
1. Aksi orang lain, yaitu tindakan individu yang berdasarkan pemahaman tentang orang lain yang dinamis, aktif dan independen.
2. Reaksi orang lain,  merupakan aksi individu menghasilkan reaksi dari individu, karena aksi individu dan orang lain tidak terpisah. Pemahaman individu dan cara pendekatannya terhadap orang lain mempengaruhi perilaku orang lain itu sehingga timbul reaksi.
3. Interaksi dengan orang lain, yaitu reaksi dari orang lain mempengaruhi reaksi balik yang akan muncul.

C. Prinsip Persepsi Sosial

Persepsi sosial berarti proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang dialami dalam lingkungan sehari-hari yang sangat dipengaruhi oleh kondisi emosional manusia. Adapun prinsip penting persepsi sosial di antaranya,
1. Persepsi berdasarkan pengalaman, pola-pola perilaku manusia berdasarkan persepsi mereka tentang realitas sosial yang telah dipelajari. Persepsi ini berdasarkan pengalaman masa lalu. Peran budaya dalam konteks ini juga berkaitan.
2. Persepsi bersifat evaluatif, pada dasarnya persepsi manusia bersifat pribadi dan subjektif. Andrea L. Rich menyatakan bahwa Persepsi pada dasarnya mewakili keadaan fisik dan psikologi individu alih-alih menunjukkan karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi.
3. Persepsi bersifat dugaan, memungkinkan dapat menafsirkan suatu objek dengan memperoleh makna/informasi yang lengkap dari sudut pandang mana pun, karena banyaknya informasi lengkap yang diinginkan namun tidak ada ketersediaannya sehingga persepsi ini membutuhkan untuk membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak secara menyeluruh melalui penginderaan manusia.
4. Persepsi bersifat selektif, ragam kejadian/obyek yang ada di sekitar manusia, namun memiliki atensi untuk menentukan selektivitas pada kejadian yang diterima. Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi persepsi ini yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup faktor biologis, fisiologis, dan sosial-budaya. Sedangkan faktor eksternal mencakup gerakan, intensitas, kontras, kebaruan, dan perulangan.
5. Persepsi bersifat kontekstual memiliki 2 prinsip persepsi. Pertama, struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kedekatan dan kelengkapan. Kedua, manusia cenderung mempersepsi suatu kejadian yang terdiri dari objek dan latar belakang.

D. Faktor Persepsi Sosial

Terdapat beberapa faktor utama yang memberi pengaruh terhadap pembentukan persepsi sosial menurut Robbin (1989 dalam Hanurawan, 2010) di antaranya,
1. Faktor Penerima (The Perceiver)
Tidak dapat disangkal bahwa pemahaman suatu proses kognitif akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian seorang pengamat. Di antaranya adalah konsep diri, nilai, sikap, pengalaman masa lalu dan harapan-harapan yang terdapat dalam dirinya. Seseorang yang memiliki konsep diri tinggi akan cenderung melihat orang lain dari sudut tinjauan yang bersifat positif dan optimistik.

Orang yang memegang nilai dan sikap otoritarian tentu akan memiliki persepsi sosial yang berbeda dengan orang yang memegang nilai dan sikap liberal. Pengalaman di masa lalu sebagai bagian dasar informasi juga menentukan pembentukan persepsi seseorang. Demikian pula harapan-harapan sering memberi semacam kerangka dalam diri seseorang untuk melakukan penilaian orang lain.

2. Faktor Situasi (The Situation)
Pengaruh faktor situasi dalam proses persepsi sosial dapat dibagi menjadi tiga yaitu seleksi, kesamaan dan organisasi. Secara alamiah seseorang akan lebih memusatkan perhatian pada obyek-obyek yang dianggap lebih disukai daripada obyek-obyek yang tidak disukai. Hal ini sering disebut dengan seleksi informasi tentang keberadaan suatu obyek baik fisik maupun sosial. Yang kedua, kesamaan. Kesamaan adalah kecenderungan dalam proses persepsi sosial untuk mengklasifikasikan orang-orang ke dalam suatu kategori yang kurang lebih sama.

Pada konteks relasi sosial dengan orang lain sering kali individu mengelompokkan orang lain ke dalam stereotype tertentu seperti berdasar pada latar belakang jenis kelamin, status sosial dan etnik. Kemudian unsur ketiga dalam faktor sosial adalah organisasi perseptual. Dalam proses persepsi sosial, individu cenderung untuk memahami orang lain sebagai obyek persepsi ke dalam sistem yang bersifat logis, teratur dan runtut. Pemahaman sistematik semacam itu biasa disebut dengan organisasi perseptual. Apabila seseorang menerima informasi maka ia mencoba untuk menyesuaikan informasi itu ke dalam pola-pola yang telah ada.

Pada suatu situasi (tempat suatu stimulus yang muncul), memiliki konsekuensi bagi terjadinya interpretasi-interpretasi yang berbeda. Interpretasi itu menunjukkan hubungan di antara manusia dengan dunia stimulus. Cara individu mendefinisikan suatu situasi memiliki konsekuensi terhadap dirinya sendiri maupun terhadap perilaku orang lain. Misalnya sebuah universitas sebagai sebuah institusi akan dapat diinterpretasi secara berbeda oleh mahasiswa, dosen, sopir angkot, pegawai dan penjaja makanan.

3. Faktor Obyek Sasaran (The Target)
Beberapa ciri yang terdapat dalam diri obyek sangat memungkinkan untuk dapat memberi pengaruh yang menentukan terhadap terbentuknya persepsi sosial. Ciri pertama yang dapat menimbulkan kesan pada target adalah keunikan (novelty). Ciri-ciri unik yang terdapat dalam diri seseorang salah satu unsur penting yang menyebabkan orang lain merasa tertarik untuk memusatkan perhatiannya sehingga lebih mudah dipersepsi keberadannya. Ciri kedua adalah kekontrasan. Seseorang akan lebih mudah oleh orang lain terutama apabila ia memiliki karakteristik berbeda dibanding lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya.

Misalnya seseorang yang berkulit hitam tinggal di lingkungan yang sebagian besar berkulit putih. Ciri ketiga adalah ukuran dan intensitas dalam diri obyek. Misalnya seorang miss world yang cantik akan lebih mudah menimbulkan kesan pada orang lain dibanding gadis-gadis pada umumnya. Ciri keempat adalah kekompakan (proximity) obyek dengan latar belakang sosial orang lain. Kecenderungan mengklasifikasikan dengan ciri-ciri yang sama karena hubungan kedekatan. Misalnya dosen ekonomi diklasifikasikan sebagai seseorang yang memiliki sifat ekonomis, efisien dan sebagainya.

E. Bias dalam Persepsi Sosial

Ada beberapa bias atau kesesatan dalam persepsi sosial di antaranya,
1. Hallo Effect. Merupakan kecenderung untuk mempersepsi orang secara konsisten. Hallo effect ini secara umum terjadi karena individu hanya mendasarkan persepsinya hanya pada kesan fisik atau karakteristik lain yang bisa diamati.
2. Forked Tail Effect (negative hallo). Merupakan lawan dari hallo effect, yaitu melebih-lebihkan kejelekan orang hanya berdasarkan satu keadaan yang dinilai buruk.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment