Pengertian Manajemen Risiko, Komponen, Prinsip, Tujuan, Langkah, Jenis, dan Manfaatnya
Manajemen Risiko |
A. Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen risiko dalam hal ini berhubungan dengan pendekatan atau metodologi dalam menghadapi ketidakpastian dalam bisnis. Dalam konteks perusahaan, manajemen risiko (risk management) merupakan suatu proses perencanaan, pengaturan, pemimpinan, dan pengontrolan aktivitas sebuah organisasi untuk meminimalisir risiko pendapatan perusahaan.
Manajemen risiko adalah satu teori yang harus diterapkan di dalam membangun bisnis atau usaha. Karena tanpa manajemen yang baik, pengusaha tidak bisa mendeteksi hal-hal buruk yang bisa menimpa perusahaan. Dengannya, pengelolaan risiko adalah hal penting selain manajemen pemasaran dan manajemen bisnis selainnya.
Manajemen Risiko Menurut Para Ahli
1. Herman Darmawi, manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis, serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi.
2. Irham Fahmi, manajemen risiko sebagai suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi atau perusahaan menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis.
3. Soeisno Djojosoedarso, manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi, keluarga dan masyarakat. Hal ini mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin/mengoordinir, dan mengawasi (termasuk mengevaluasi) program penanggulangan risiko.
4. Robert Tampubolon, manajemen risiko adalah proses yang terarah dan bersifat proaktif yang bertujuan untuk mengakomodasi kemungkinan gagal pada salah satu atau sebagian dari sebuah transaksi atau instrumen.
5. Mark S. Dorfman, risk management adalah suatu proses logis dalam usaha untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.
6. Stephen D. Smith, risk management adalah proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang bisa mengakibatkan kerugian perusahaan tersebut.
7. Bramantyo Djohanputro, manajemen risiko adalah proses identifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, memonitor dan pengendalian penanganan risiko, yang dilakukan secara terstruktur dan sistematis.
8. Siagian dan Sekarsari, manajemen risiko adalah pengelolaan risiko luas tidak hanya terfokus pada pembelian asuransi tapi juga harus mengelola keseluruhan risiko-risiko organisasi.
9. Siahaan, manajemen risiko adalah perbuatan (praktik) dengan manajemen risiko, menggunakan metode dan peralatan untuk mengelola risiko sebuah proyek.
B. Komponen Manajemen Risiko
Terdapat beberapa komponen dan proses dalam risk management COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission) di antaranya,
1. Lingkungan Internal (Internal Environment), adalah sikap manajemen di semua level terhadap operasi secara umum dan konsep kontrol secara khusus. Hal ini mencakup: etika, kompetensi, serta integritas dan kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi.
2. Penentuan Sasaran (Objective Setting). Perusahaan menetapkan tujuan operasional sebagai dasar untuk mengidentifikasi dan mengelola segala risiko. Sasaran ini dapat dibagi menjadi dua di antaranya,
a. Strategic objective, fokus pada upaya realisasi visi dan misi.
b. Activity objective, fokus pada kegiatan operasional, reportasi, dan kompliansi
3. Identifikasi Peristiwa (Event Identification). Manajemen melakukan identifikasi terhadap berbagai kejadian potensial yang berpengaruh pada strategi dan pencapaian tujuan perusahaan. Berbagai kejadian tak pasti tersebut bisa memberikan dampak positif, namun bisa juga memberikan risiko.
4. Penilaian Risiko (Risk Assessment). Risk assessment memungkinkan sebuah organisasi untuk menilai sebuah kejadian atau keadaan dan kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen perlu melakukan analisis dampak yang mungkin terjadi akibat risiko tersebut dengan dua perspektif di antaranya,
a. Likelihood (kecenderungan/ peluang).
b. Impact/ consequence (besaran dari realisasi risiko).
5. Tanggapan Risiko (Risk Response). Manajemen melakukan penilaian terhadap risiko, lalu menentukan sikap atau respons terhadap risiko tersebut. Respons dari manajemen ini tergantung apa risiko yang dihadapi. Respons atau tanggapan tersebut bisa dalam bentuk di antaranya,
a. Menghindari risiko (avoidance)
b. Mengurangi risiko (reduction)
c. Memindahkan risiko (sharing)
d. Menerima risiko (acceptance)
6. Aktivitas Pengendalian (Control Activities). Proses ini merupakan penyusunan prosedur atau kebijakan yang membantu memastikan bahwa respons terhadap risiko yang dipilih memadai dan terlaksana dengan baik. Aktivitas ini meliputi di antaranya,
a. Pembuatan kebijakan dan prosedur
b. Delegasi wewenang
c. Pengamanan kekayaan perusahaan
d. Pemisahan fungsi
e. Supervisi
7. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication). Aktivitas ini fokus pada identifikasi informasi dan menyampaikannya kepada pihak terkait melalui media komunikasi yang sesuai. Dengan begitu, setiap orang yang mendapatkan informasi tersebut dapat melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Beberapa faktor penting dalam penyampaian informasi tersebut di antaranya,
a. Kualitas informasi
b. Arah komunikasi
c. Alat komunikasi
8. Pemantauan (Monitoring). Monitoring adalah komponen terakhir dalam manajemen risiko. Proses pemantauan dilakukan secara terus menerus untuk memastikan setiap komponen lainnya berfungsi sebagaimana mestinya. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses monitoring adalah pelaporan yang tidak lengkap atau berlebihan.
C. Prinsip Manajemen Risiko
Prinsip-prinsip dalam manajemen risiko yang perlu diperhatikan di antaranya,
1. Perumusan Tujuan. Kejelasan visi dan misi perusahaan menjadi pedoman untuk menentukan langkah-langkah rasional dan strategi yang harus ditempuh, salah satunya yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam pengelolaan risiko perusahaan melalui langkah-langkah antisipasi risiko secara umum yang bertujuan untuk menghindari segala bentuk pemborosan.
2. Kesatuan Arah. Dalam menjalankan suatu kegiatan dalam perusahaan, maka harus mempunyai tujuan yang sama dengan yang diarahkan oleh pimpinan. Dalam buku prinsip-prinsip manajemen dikatakan, seorang karyawan yang bekerja di salah satu bagian hanya menerima instruksi mengenai kegiatan tertentu dari seorang kepala bagian yang menjadi atasannya.
3. Pembagian Kerja dan Pendelegasian Wewenang. Pembagian kerja dan pendelegasian wewenang dalam sebuah perusahaan perlu dilakukan sehingga setiap unit mengetahui secara jelas wewenang dan tanggung jawab yang diembannya. Tujuan dari pendelegasian wewenang adalah untuk mencapai hasil akhir yang maksimal sesuai yang diinginkan dengan mendelegasikan sebagian tugasnya pada bawahan.
4. Koordinasi. Koordinasi merupakan salah satu fungsi manajemen atau proses pengintegrasian, sinkronisasi, serta penyederhanaan pelaksanaan tugas yang terpisah-pisah secara terus menerus untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Adanya koordinasi diharapkan tidak terjadi pekerjaan yang tumpang tindih. Tanpa koordinasi, maka sulit didapatkan tujuan perusahaan yang efektif dan efisien.
5. Pengawasan. Dengan adanya prinsip pengawasan, maka dapat diketahui tentang hasil yang telah dicapai. Pengawasan dapat berfungsi untuk mengukur seberapa jauh hasil yang telah dicapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pengawasan harus dilakukan guna menghindari penyalahgunaan wewenang.
D. Tujuan Manajemen Risiko
Tujuan-tujuan manajemen risiko di antaranya,
1. Melindungi Perusahaan. Tujuan yang pertama adalah untuk melindungi perusahaan dari risiko bisnis yang berbahaya. Sehingga badan usaha tetap berdiri sekalipun diterpa berbagai macam masalah dan hal yang negatif. Melindungi perusahaan dengan manajemen risiko lebih berhasil dibandingkan yang tidak. Karena sebelum terjadi masalah, jenis problemnya sudah terdeteksi lebih dahulu.
2. Membantu Pembuatan Kerangka Kerja. Dengan adanya manajemen risiko tentu solusi atas masalah perusahaan bisa ditemukan. Nah, untuk aktualisasinya tinggal dibuat saja kerangka kerja yang sesuai dengan solusi tersebut. Ini alasan mengapa manajemen kerja bisa membantu pembuatan kerangka kerja. Dengan alasan ini pula kebijakan yang menyertainya juga bisa diputuskan dengan segera.
3. Sebagai Peringatan Kewaspadaan. Dengan dilakukannya manajemen risiko tentu segala hal buruk yang bakal muncul akan terdeteksi. Maka dari itu, ini bisa dijadikan bahan untuk tetap waspada dan hati-hati dalam mengelolanya. Bisa dibayangkan jika tidak ada manajemen risiko, tentu hal buruk akan terjadi begitu saja. Karena tidak ada kehati-hatian dalam bekerja dan semua karyawan bekerja tanpa memperhitungkan risiko yang ada di dalamnya.
4. Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Membantu meningkatkan kinerja perusahaan dengan menyediakan informasi tingkat risiko yang disebutkan dalam peta risiko/ risk map. Hal ini juga berguna dalam pengembangan strategi dan perbaikan proses risk management secara berkesinambungan.
5. Sosialisasi Manajemen Risiko. Membangun kemampuan individu maupun manajemen untuk mensosialisasikan pemahaman tentang risiko dan pentingnya risk management.
6. Mendorong Manajemen Agar Proaktif. Mendorong manajemen agar bertindak proaktif dalam mengurangi potensi risiko, dan menjadikan manajemen risiko sebagai sumber keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan.
E. Langkah Manajemen Risiko
Langkah-langkah atau proses yang biasanya dilakukan dalam upaya menangani suatu risiko (risk management process) sangat tergantung pada konsep dasar yang dianut. Untuk membuat suatu perencanaan yang baik dalam menghindari risiko yang dihadapi perusahaan, maka beberapa Langkah yang harus ditempuh di antaranya,
1. Identifikasi Risiko Perusahaan
Identifikasi risiko bisa dilakukan dengan bantuan penggunaan checklist. Dalam sebuah perusahaan diperlukan metode yang sistematis untuk mengeksplorasi semua segi dari sebuah perusahaan. Metode yang bisa digunakan di antaranya,
a. Kuesioner analisis risiko (risk analysis questionnaire). Manajer risiko perlu memastikan bahwa informasi yang diperlukan berkenaan dengan harta dan operasi perusahaan tidak ada yang terlupakan.
b. Metode laporan keuangan. Metode ini dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yaitu neraca, laporan laba dan rugi, serta catatan keuangan lainnya. Manajer risiko dapat mengidentifikasi semua risiko yang berkenaan dengan harta, utang, dan personalia perusahaan. Setiap perkiraan, dianalisis secara mendalam berkaitan dengan kemungkinan kerugian yang dapat terjadi dari setiap perkiraan itu.
c. Metode peta aliran. Metode ini akan menggambarkan seluruh rangkaian operasi usaha dimulai dari input sampai output. Checklist dari kerugian potensial digunakan untuk operasi yang terlihat dalam peta aliran sehingga menentukan kerugian yang dihadapi oleh perusahaan yang bersangkutan.
d. Metode inspeksi langsung di tempat. Metode ini digunakan untuk melakukan pemeriksaan secara langsung di tempat di mana dilakukan aktivitas perusahaan. Pengamatan manajer risiko bisa membuahkan hasil mengenai bagaimana kenyataan-kenyataan di lapangan sehingga bermanfaat untuk penanggulangan risiko.
e. Mengadakan interaksi dengan pihak luar. Pihak luar bisa diartikan yaitu mengadakan hubungan dengan perseorangan ataupun perusahaan-perusahaan lain. Terutama pihak-pihak yang dapat membantu perusahaan dalam menanggulangi risiko seperti penasihat hukum, akuntan, konsultan manajemen, dan lain-lain. Mereka dapat membantu dalam mengembangkan identifikasi terhadap kerugian-kerugian potensial.
f. Catatan statistik dari kerugian masa lalu. Catatan ini bisa digunakan untuk evaluasi kinerja. Kinerja yang berpotensi akan menimbulkan kerugian perlu dipantau dan disempurnakan, seperti: kualitas produksi, kualitas pelayanan, dan lain-lain.
g. Analisis lingkungan. Langkah ini sangat diperlukan guna mengetahui kondisi yang mempengaruhi timbulnya risiko seperti konsumen, pesaing, supplier, dan lain-lain. Dalam menganalisis masing-masing komponen, pertimbangan yang penting di antaranya: sifat hubungannya, keanekaannya serta kestabilannya. Seperti contoh: penjualan produk secara langsung atau tidak langsung, dari produsen langsung ke konsumen atau dari produsen melalui grosir, pedagang eceran baru ke konsumen, dan lain-lain.
2. Mengukur Risiko
Mengukur usaha dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui relatif tingkat pentingnya dan memperoleh informasi untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang tepat untuk menangani. Metode untuk mengukur risiko di antaranya,
a. Metode sensitivitas, merupakan suatu cara pengukuran dampak pada eksposur dari akibat pergerakan variabel suatu risiko. Pengukuran dengan metode sensitivitas ini banyak digunakan karena metode ini paling mudah teknis perhitungannya dan hampir semua analis dan manajer perusahaan pernah melakukan metode sensitivitas terhadap rencana keputusan. Adapun variabel risiko yang dianalisis menggunakan metode sensitivitas antara lain: risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko pasar, risiko kredit, dan risiko likuiditas.
b. Metode volatilitas, merupakan metode yang menunjukkan besaran kemungkinan hasil di sekitar ekspektasi hasil. Volatilitas yang sering digunakan adalah jangkauan (range) dan standar deviasi. Perhitungan standar deviasi dapat menggunakan dua jenis data yaitu data historis dan data hasil peramalan.
c. Risiko sisi bawah (downside risk). Risiko dapat memberi dampak positif maupun negatif. Risiko ini hanya mengukur potensi dampak buruk bila risiko menjadi kenyataan. Perlu diingat, terdapat kondisi di mana perusahaan bisa menghadapi risiko yang hanya berdampak positif, tetapi tidak hanya berdampak negatif.
3. Pengendalian risiko
Pengendalian risiko (risk control) dapat dilakukan melalui pengendalian risiko dan pembiayaan risiko. Pengendalian risiko dapat dijalankan dengan menghindari risiko, mengendalikan risiko, pemisahan, kombinasi, dan pemindahan risiko.
F. Jenis Manajemen Risiko
Seiring dengan perkembangannya, manajemen risiko terbagi dalam beberapa hal di antaranya,
1. Manajemen Risiko Operasional
Manajemen ini berkaitan dengan risiko yang timbul akibat gagal fungsi proses internal, misalnya karena human eror, kegagalan sistem, faktor luar seperti bencana dsb. Dalam manajemen risiko operasional, ada empat faktor penyebab risiko antara lain manusia, proses, sistem dan kejadian eksternal. Dengan memahami manajemen risiko ini, perusahaan bisa mengambil langkah preventif atau bahkan sanksi supaya kapasitas produksi dan layanan terjaga semisal ada hal yang tidak diinginkan terjadi.
2. Manajemen Hazard
Manajemen hazard berkaitan dengan kondisi potensial yang mengakibatkan kebangkrutan dan kerusakan. Ketika kita membahas hazard, tentu kita juga membahas perilaku. Risiko perilaku yaitu peristiwa yang bisa menimbulkan kerugian bisnis. Dalam hal ini ada tiga macam hazard yang harus diketahui, antara lain legal hazard, physical hazard dan moral hazard.
Contoh hazard legal misalnya pelanggaran atau pengabaian peraturan bisnis yang bisa menyebabkan kebangkrutan, seperti pelanggaran SOP atau peraturan perusahaan yang akhirnya berakibat fatal. Sementara physical hazard bisa berupa mesin yang sudah tua dan menimbulkan risiko kerugian saat produksi.
Seperti kecelakaan pegawai karena mesin dan sebagainya. Untuk moral hazard contohnya yaitu sikap seorang karyawan dilingkungan kerja yang menimbulkan kerugian. Misalnya karyawan tidak jujur dan sering korupsi uang. Atau karyawan yang tidak melayani konsumen dengan baik sehingga berakibat buruk pada perusahaan.
3. Manajemen Risiko Finansial
Manajemen risiko finansial yaitu upaya pengawasan risiko dan perlindungan hak milik, keuntungan, harta dan aset sebuah badan usaha. Pada praktiknya, proses pengelolaan risiko ini meliputi identifikasi, evaluasi dan melakukan pengendalian risiko bila ditemukan hal yang mengancam keberlangsungan organisasi.
Manajemen ini sangat penting karena ini merupakan salah satu sumber daya perusahaan. Karena itu seorang akuntan harus benar-benar mempertimbangkan berbagai risiko lainnya yang berhubungan dengan keuangan seperti,
a. Risiko likuiditas
b. Diskpntinuitas pasar
c. Risiko kredit
d. Risiko regulasi
e. Risiko pajak
f. Risiko akuntansi
Manajemen ini juga tidak lepas dari perubahan kurs mata uang yang erat kaitannya dengan perubahan inflasi, neraca perdagangan, kapasitas utang, suku bunga dsb.
4. Manajemen Risiko Strategis
Manajemen ini berkaitan dengan pengambilan keputusan. Risiko yang biasanya muncul adalah kondisi tak terduga yang mengurangi kemampuan pelaku bisnis untuk menjalankan strategi yang direncanakan. Dalam hal ini beberapa faktor seperti risiko operasi, risiko asset impairment, risiko kompetitif atau bahkan risiko frenchise (bila ada).
Seperti yang tertulis dalam pengertian enterprise risk management di atas, untuk mengetahui risiko yang kemungkinan besar terjadi dan merugikan perusahaan adalah dengan menuliskan item penting, Anda bisa membuat beberapa daftar berikut ini:
a. Daftar risiko
b. Penilaian risiko tersebut sesuai dengan kecenderungannya dan juga dampaknya
c. Penilaian pada kondisi saat ini yang sedang terjadi
d. Rencana tindakan bila risiko terburuk benar-benar muncul
G. Manfaat Manajemen Risiko
Manfaat yang akan didapatkan oleh suatu perusahaan apabila melaksanakan risk management dengan baik di antaranya,
1. Menjamin pencapaian tujuan
Manajemen dalam sebuah perusahaan menggunakan segala cara yang baik untuk mencapai tujuan perusahaannya. Dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, banyak hal bisa terjadi. Ada hal-hal yang bisa diantisipasi sebelumnya, dan ada kemungkinan masa depan yang penuh ketidakpastian. Ketidakpastian itulah yang menimbulkan risiko.
Tujuan akan lebih mudah jika rintangan yang mungkin terjadi itu telah diketahui sebelumnya. Ronny Kountur (2004) mengatakan, keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan bisa berhasil jika memiliki tujuan yang baik untuk dicapai.
Perusahaan yang memiliki manajemen risiko yang baik akan lebih mudah jalannya untuk mencapai tujuan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki manajemen risiko yang baik.
2. Meminimalkan kemungkinan bangkrut
Semua perusahaan memiliki kemungkinan bangkrut atau gulung tikar. Risiko bangkrut bisa menimpa siapa saja dan kapan saja. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa sebuah perusahaan tidak akan bangkrut. Perusahaan yang menerapkan manajemen risiko (risk management) dengan baik akan sanggup menangani berbagai kemungkinan yang merugikan yang akan terjadi pada perusahaannya. Hal ini bisa meminimalkan kemungkinan kerugian dan eksistensi perusahaan bisa dipertahankan.
3. Meningkatkan keuntungan perusahaan
Manajemen risiko (risk management) yang baik dan teratur tentu dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Salah satu manfaat dari manajemen risiko adalah dapat memperkecil kerugian sehingga keuntungan yang akan diperoleh semakin besar.
Dengan penanganan risk management yang baik, segala kemungkinan kerugian yang bisa menimpa perusahaan bisa dibuat seminimal mungkin sehingga biaya menjadi lebih kecil dan keuntungan yang masuk ke perusahaan bisa lebih bertambah. Hal ini harus menjadi salah satu indikator suksesnya pelaksanaan manajemen risiko dalam suatu perusahaan.
4. Memberikan keamanan pekerjaan
Manajer harus memiliki kemampuan memahami, menganalisa, dan menangani risiko. Manajer yang dapat menangani risiko dengan baik dapat membantu menyelamatkan perusahaan.
Apabila perusahaan yang manajer tangani tersebut dapat terhindar dari kerugian, maka sudah pasti perusahaan akan mengalami kemajuan dan karier manajer pun akan ikut maju.
Ronny Kountur (2004) pernah mengatakan, banyak perusahaan yang tidak bersedia mempekerjakan manajer dari perusahaan yang sebelumnya pernah bangkrut atau tidak berprestasi sewaktu dipimpin oleh manajer tersebut. Keengganan untuk mempekerjakan manajer yang tidak berprestasi kadang-kadang bukan disebabkan manajer tersebut tidak berpengalaman, tetapi kemungkinan karena kurang pahamnya dalam menangani hal-hal tidak terduga atau risiko.
Dari berbagai sumber
Post a Comment