Pengertian Depresiasi, Faktor, dan Metodenya
Depresiasi |
A. Pengertian Depresiasi
Depresiasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah turunnya nilai, penyusutan nilai (seperti mata uang). Secara umum, depresiasi adalah alokasi yang dibuat secara sistematis untuk menyusutkan atau mengurangi jumlah suatu aset selama umur manfaatnya. Aktiva tetap tersebut adalah harta perusahaan guna menunjang aktivitas operasional. Setiap tahun muncul biaya penyusutan terhadap aktiva tetap tersebut sebagai penggunaannya dalam operasional perusahaan.
Secara umum penerapan depresiasi atau penyusutan aktiva tetap pada keuangan perusahaan dapat mempengaruhi laporan keuangannya dan juga perubahan pajak penghasilan perusahaan. Depresiasi sering kali dianggap sebagai kerugian dalam perhitungan nilai, namun bagi seorang akuntan yang memahami laporan keuangan dapat memandang depresiasi sebagai alat untuk alokasi biaya.
Depresiasi Menurut Para Ahli
1. Bank Indonesia (BI), depresiasi adalah penurunan nilai suatu mata uang terhadap mata uang lain sesuai dengan keadaan pasar dalam sistem kurs mengambang.
2. Sofyan Harahap, depresiasi adalah pengalokasian harga pokok aktiva tetap selama masa penggunaannya atau dapat juga kita sebut sebagai biaya dibebankan terhadap produksi akibat penggunaan aktiva tetap itu dalam proses produksi.
3. Kleso, Weygant dan Warfield, depresiasi adalah proses akuntansi untuk mengalokasikan biaya aset berwujud menjadi biaya secara sistematis dan nasional terhadap periode yang diharapkan dapat memanfaatkan penggunaan aset tersebut.
4. Zaki Baridwan, depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya satu periode akuntansi.
5. Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 17, depresiasi adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
B. Faktor yang Mempengaruhi Depresiasi
Menurut para ahli, terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan biaya depresiasi setiap periode di antaranya,
1. Harga perolehan (cost). Harga perolehan merupakan uang yang Anda keluarkan demi mendapatkan suatu aktiva dan menempatkannya supaya bisa dipakai.
2. Nilai residu. Residu suatu aktiva ialah total yang diterima jika aset dijual, ditukarkan, atau cara-cara lain saat aset tersebut tak dapat dipakai lagi. Nilai sisa juga termasuk pengurangan biaya-biaya yang terjadi selama masa penggunaan.
3. Estimasi masa manfaat. Perkiraan usia kegunaan suatu aktiva dipengaruhi oleh cara memelihara dan kebijakan yang dianut dalam reparasi. Estimasi dapat dinyatakan dalam satuan waktu, satuan jam kerja, ataupun satuan hasil produksi. Anda juga harus mempertimbangkan penyebab keausan fungsional maupun fisik aset.
4. Pola pemakaian (pattern of use). Pola pemakaian kerap kali diabadikan dalam mengalkulasi total beban depresiasi periode.
C. Metode Depresiasi
1. Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)
Metode ini disebut juga straight-line method dan merupakan metode yang paling sering digunakan untuk menghitung beban penyusutan. Metode ini fokus pada penyusutan sebagai fungsi dari waktu dan bukan dari fungsi penggunaan. Rumus perhitungannya sebagai berikut:
Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) / (Masa Manfaat Aset)
Beban penyusutan = (Rp500 juta – Rp50 juta) / 5 tahun = Rp 90 juta
Namun, penggunaan metode ini dinilai kurang realistis karena kegunaan aset diasumsikan sama setiap tahunnya.
2. Metode Beban Menurun (Double-Declining Method)
Metode ini merupakan metode penyusutan dipercepat yang mengalokasikan beban penyusutan lebih tinggi pada tahun awal dan beban lebih rendah pada periode selanjutnya. Fokus utama pada metode ini adalah beban penyusutan lebih banyak pada tahun awal karena aktiva mengalami penurunan pada tahun tersebut.
3. Metode Aktivitas (Unit Penggunaan atau Produksi)
Metode ini mengasumsikan penyusutan sebagai fungsi dari produktivitas atau penggunaan dan bukan dari segi berlalunya waktu. Dengan gambaran di atas, penentuan umur penyusutan mesin produksi tidak memiliki masalah tertentu karena penggunaan relatif mudah diukur.
Misalkan mesin produksi digunakan 4.000 jam di tahun pertama dan diasumsikan bahwa secara total mesin produksi memiliki kapasitas untuk bekerja selama 30.000 jam, maka beban penyusutannya dapat dihitung sebagai berikut:
Beban penyusutan = [(Rp 500 juta – Rp 50 juta) x 4.000] / 30.000 = Rp60 juta.
Namun metode ini memiliki keterbatasan karena tidak tepat digunakan pada situasi penyusutan berdasarkan waktu dan bukan aktivitas.
4. Metode Depresiasi Khusus
Dalam pengertian depresiasi sudah dijelaskan bahwa tujuannya adalah untuk mengetahui penyusutan manfaat aset perusahaan. Namun pada beberapa kasus, perusahaan tidak bisa memilih salah satu metode depresiasi di atas karena aktiva yang terlibat memiliki karakteristik yang unik atau membutuhkan penerapan khusus. Ada dua metode khusus yang bisa Anda terapkan pada kasus tersebut di antaranya,
a. Metode kelompok dan gabungan; sering digunakan pada aktiva yang cukup homogen dan memiliki fungsi yang hampir sama.
b. Metode campuran dan kombinasi; diterapkan sesuai dengan keinginan akuntan.
Dari berbagai sumber
Post a Comment