Pengertian Peer Attachment, Perkembangan, Dimensi, dan Manfaatnya
Peer Attachment (Kelekatan) |
A. Pengertian Peer Attachment
Kelekatan (attachment) adalah kecenderungan anak atau individu untuk mencari dan berusaha mempertahankan kedekatan hubungan fisik dan ikatan emosional yang kuat pada individu lain tertentu secara resiprokal (timbal balik) yang mempunyai nilai kelangsungan hidup bagi anak atau individu tersebut. Hal ini memungkinkan anak mempunyai perasaan aman, nyaman dan terlindungi.
Perilaku kelekatan merupakan bentuk pencarian kedekatan seseorang dengan orang lain. Kelekatan ada agar seseorang mampu bertahan hidup, karena dalam kelekatan ada rasa aman dan terpenuhinya kebutuhan dari figur yang dilekatkan. Kelekatan sering kali bicara tentang hubungan antara orang tua dan anak, tapi kelekatan juga bisa dikaitkan dengan hubungan antar orang dewasa yang romantis (Bowbly, 1980).
Sementara peer attachment menurut Neufeld (2004) adalah sebuah ikatan yang melekat yang terjadi antara seorang anak dengan teman-temannya, baik dengan seseorang maupun dengan kelompok sebayanya. Dari ikatan tersebut, seorang anak akan melihat dan meniru segala tindakan, gaya berpikir, dan akan memahami segala tingkah laku yang dilakukan oleh teman sebayanya.
Teman sebaya akan menjadi penengah dari apa yang baik, apa yang terjadi, apa yang penting dan bahkan bagaimana mereka memiliki persepsi mengenai dirinya. Barrocas (2009) juga berpendapat bahwa pada masa remaja terbentuk ikatan kelekatan dengan teman sebaya yang berhubungan dengan pikiran, perasaan dan emosi.
Ketika masa perkembangan, seorang anak tidak hanya membentuk ikatan emosional dengan orang tua mereka, melainkan juga dengan orang lain. Transisi pada masa remaja ditandai dengan eksplorasi dan kemandirian baik fisik maupun psikologis, maka kehadiran seorang figur kelekatan (attachment) menjadi penting.
B. Perkembangan Peer Attachment
Tidak seperti pada masa anak-anak dimana attachment selalu dikaitkan hanya dengan orangtua, attachment masa remaja seringkali terjadi dengan figur selain orangtua atau caregiver Rasyid(dalam Armsden & Greenberg dalam 2012).Namun, meskipun peer telah menjadi role model, sahabat dan orang terdekat, mereka tetap menganggap orangtua sebagai basis keamanan (Papalia, 2009).
Attachment pada masa remaja merupakan kesinambungan (continuity) dari attachment yang dikembangkan oleh anak dengan pengasuh selama masa awal kehidupan dan akan terus berlanjut sepanjang rentang kehidupan menurut Cassidy (dalam Tyas, 2010). Pada masa remaja, figur attachment banyak memainkan peran penting adalah teman sebaya (peer) dan orang tua (Santrock, dalam Alin 2012). Sullivan menambahkan alasan bahwa remaja belajar menjadi teman yang memiliki kemampuan dan sensitif terhadap hubungan yang lebih akrab dengan menciptakan persahabatan yang lebih dekat dengan teman sebaya yang dipilih.
Sullivan (dalam Santrock,2003) menyatakan bahwa melalui interaksi teman sebayalah anak-anak dan remaja belajar mengenai pola hubungan dan timbal balik dan setara. Anak-anak menggali prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan dengan cara mengatasi ketidaksetujuan dengan teman sebaya, mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung.
C. Dimensi Peer Attachment
Ada tiga dimensi dari peer attachment menurut Armsden dan Greenberg (dalam Saputri, 2017) di antaranya,
1. Komunikasi (communication) yang mengacu pada adanya persepsi remaja pada teman sebaya yang sensitif dan tanggap terhadap kondisi emosional mereka dan menilai tingkat dan kualitas keterlibatan dan komunikasi verbal.
2. Kepercayaan (trust) yang mengacu adanya kepercayaan remaja sehingga teman sebaya dapat memahami dan menghormati kebutuhan dan keinginan mereka.
3. Keterasingan (alienation) sehingga menumbuhkan rasa aman, mengacu pada kurang adanya perasaan isolasi, kemarahan, pengalaman keterpisahan yang dialami oleh remaja dalam hubungan kelekatan teman sebaya.
D. Manfaat Peer Attachment
Santrock (2003) menyebutkan beberapa manfaat kelekatan di antaranya,
1. Memfasilitasi kecakapan dan kesejahteraan sosial seperti harga diri, penyesuaian emosi, dan kesehatan fisik.
2. Membantu remaja menunjukkan kesejahteraan emosi yang lebih baik.
3. Membantu remaja untuk memiliki harga diri yang lebih tinggi.
4. Sebagai fungsi adaptif untuk menyediakan dasar rasa aman terhadap remaja agar dapat mengeksplorasi dan menguasai lingkungan baru serta dunia sosial yang semakin luas dalam kondisi psikologi yang sehat.
5. Membantu remaja dari kecemasan dan kemungkinan perasaan tertekan atau ketegangan emosi yang berkaitan dengan transisi dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa.
6. Membantu keberhasilan remaja dalam hubungan intim dan harga diri pada awal masa dewasa.
7. Membantu remaja untuk menghasilkan hubungan positif dan dekat di luar keluarga dengan teman sebaya.
Rini (2002) berpendapat bahwa kelekatan dapat memberikan pengaruh positif terhadap remaja yang mendapatkannya di antaranya,
1. Rasa percaya diri. Perhatian dan kasih sayang orang tua yang stabil, menumbuhkan keyakinan pada anak bahwa ia berharga bagi orang lain. Dengan orang tua yang selalu ada, anak menjadi aman dan percaya diri.
2. Kemampuan membina hubungan yang hangat. Kalau anak mendapat hubungan yang hangat dan aman dari orang tua, ia akan menjadikan hal tersebut sebagai contoh dalam membina hubungan dengan orang lain. Namun, kelekatan yang buruk dan traumatis membuat anak kesulitan membina hubungan yang baik dan aman.
3. Mengasihi sesama dan peduli pada orang lain. Remaja yang tumbuh dalam pola attachment yang aman, akan memiliki sensitivitas atau kepekaan yang tinggi terhadap sekitarnya. Rasa pedulinya tinggi dan memiliki kebutuhan untuk membantu orang lain.
4. Disiplin. Pola secure attachment membantu orang tua untuk lebih mudah memahami remaja. Hal ini membuat pemberian arahan dan nasihat menjadi lebih proporsional, empatik, penuh kesabaran dan saling mengerti. Anak juga akan belajar mengembangkan kesadaran diri dari sikap orang tua yang menghargai anak untuk mematuhi peraturan dengan disiplin karena sikap menghukum akan menyakiti harga diri anak dan tidak mendorong kesadaran diri.
5. Pertumbuhan intelektual dan psikologis yang baik. Kelekatan yang aman dapat memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan fisik, intelektual, dan kognitif, serta perkembangan psikologis individu. anak dengan secure attachment, saat dewasa mampu membina hubungan dengan baik.
Dari berbagai sumber
Post a Comment