Pengertian Kelekatan (Attachment), Aspek, Faktor, dan Manfaatnya
Kelekatan (Attachment) |
A. Pengertian Kelekatan (Attachment)
Kelekatan (attachment) adalah kecenderungan anak atau individu untuk mencari dan berusaha mempertahankan kedekatan hubungan fisik dan ikatan emosional yang kuat pada individu lain tertentu secara resiprokal (timbal balik) yang mempunyai nilai kelangsungan hidup bagi anak atau individu tersebut. Hal ini memungkinkan anak mempunyai perasaan aman, nyaman dan terlindungi.
Perilaku kelekatan merupakan bentuk pencarian kedekatan seseorang dengan orang lain. Kelekatan ada agar seseorang mampu bertahan hidup, karena dalam kelekatan ada rasa aman dan terpenuhinya kebutuhan dari figur yang dilekatkan. Kelekatan sering kali bicara tentang hubungan antara orang tua dan anak, tapi kelekatan juga bisa dikaitkan dengan hubungan antar orang dewasa yang romantis (Bowbly, 1980).
Kronologi Konsep Kelekatan (Attachment)
Bowlby adalah tokoh pertama yang mengadakan penelitian dan mengemukakan teori mengenai teori kelekatan atau attachment, dan tetap menjadi dasar teori bagi penelitian-penelitian selanjutnya tentang attachment. Bowlby mengemukakan bahwa attachment adalah ikatan emosional yang dimiliki anak ketika berinteraksi dengan figur tertentu, di mana anak menginginkan kedekatan dengan figur tersebut dalam situasi-situasi tertentu seperti ketika ketakutan dan kelelahan.
Hazan dan Shaver mengeksplorasi ide Bowlby mengenai attachment. Menurut Hazan dan Shaver ikatan emosional yang berkembang pada hubungan romantis dimasa dewasa memiliki fungsi yang sama dengan ikatan emosional antara anak dan pengasuhnya. Bowlby dan Ainsworth menambahkan attachment sebagai ikatan afektif yang terus menerus yang dikarakteristikan oleh kecenderungan untuk mencari dan memelihara kedekatan pada figur khusus, terutama ketika di bawah tekanan.
Ainsworth menjelaskan bahwa hubungan attachment pada ibu sebagai salah satu hal penting dalam pembentukan hubungan dengan orang lain sepanjang kehidupan. Ia menyebutkan hal ini sebagai affectional bonds. Affectional bonds adalah ikatan yang secara relatif kekal di mana pasangan merupakan individu yang unik dan tidak dapat tergantikan oleh orang lain.
Hubungan ini ditandai dengan adanya kebutuhan untuk mempertahankan kedekatan, distress yang tidak dapat dipahami saat perpisahan, senang atau gembira saat bertemu, dan sedih saat kehilangan. Ikatan ibu-anak, ayah-anak, pasangan seksual, dan hubungan saudara kandung dan teman dekat adalah contoh affectional bonds (dalam Lemme, 1995).
Attachment pada orang dewasa didefinisikan sebagai kecenderungan yang stabil pada individu untuk berusaha keras mencari dan memelihara kedekatan dengan seseorang atau orang tertentu yang memberikan potensi subjektif rasa aman dan terlindungi terhadap fisik ataupun psikis (Berman & Sperling). Hendrick menambahkan attachment pada dewasa sebagai attachment romantic yang diartikan sebagai perilaku yang melibatkan kedekatan dan ikatan dengan seorang pasangan romantis.
Kelekatan (Attachment) Menurut Para Ahli
1. Cox (2001), attachment sebagai sebuah ikatan emosional yang kuat dengan orang lain.
2. Ainsworth (dalam Hetherington dan Parke, 2001), attachment adalah ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang bersifat spesifik, mengikat mereka dalam suatu kedekatan yang bersifat kekal sepanjang waktu.
3. Durkin (1995), attachment merupakan suatu hubungan yang didukung oleh tingkah laku lekat (attachment behavior) yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut.
4. Alish (1998), kelekatan (attachment) adalah ikatan kasih sayang dari seseorang terhadap pribadi lain yang khusus
5. Soetjiningsih (2012), kelekatan merupakan tingkah laku yang khusus pada manusia, yaitu kecenderungan dan keinginan seseorang untuk mencari kedekatan dengan orang lain dan mencari kepuasan dalam hubungan dengan orang tersebut.
6. Santrock (2007), kelekatan adalah ikatan emosional yang erat antara dua orang. Kelekatan ini mengacu pada suatu relasi antara dua orang yang memiliki perasaan yang kuat satu sama lain dan melakukan banyak hal bersama untuk melanjutkan relasi itu.
B. Aspek Kelekatan (Attachment)
Menurut Cassidy (dalam Wilson dan & Daveport, 2003), Bowlby membedakan tiga aspek attachment di antaranya,
1. Attachment Behavior atau perilaku attachment, adalah tindakan untuk meningkatkan kedekatan pada figur lekat. Anak akan membuat kontak mata, menangis, atau membuat gesture (sikap tubuh) sebagai cara untuk mendekati orang tua mereka.
2. Attachment Bond, merupakan suatu ikatan afeksi; ikatan ini bukan di antara dua orang, namun suatu ikatan yang dimiliki seorang individu terhadap individu lainnya yang dirasa lebih kuat dan bijaksana. Individu dapat melekat pada seseorang yang tidak terikat dengannya. Affectional bonds adalah ikatan yang secara relatif kekal di mana pasangan merupakan seseorang yang unik dan tidak dapat tergantikan oleh orang lain.
3. Attachment Behavioral System, merupakan suatu rangkaian perilaku khusus yang digunakan individu. Bowlby melihat bahwa attachment berakar dalam sebuah sistem yang disebut dengan attachment behavioral system yang ia yakini berkembang secara universal di semua spesies.
C. Kualitas Kelekatan (Attachment)
Terdapat perbedaan kualitas hubungan pada setiap individu yang dikategorikan menjadi dua jenis yaitu secure attachment dan insecure attachment (Ainsworth, 1972; Ainsworth dkk, 1978; Bowlby, 1973 dalam Cassidy, 1999)
1. Secure Attachment
Secure attachment didefinisikan oleh Ainswroth, Blehar, Waters dan Wall (1978 dalam Cassidy, 1999) sebagai suatu keadaan di mana tidak adanya masalah dalam perhatian dan ketersediaan pengasuh. Adanya perasaan aman dalam hubungan dengan figur kedekatannya mengindikasikan bahwa bayi dapat mengandalkan pengasuh sebagai sumber yang tersedia untuk kenyamanan dan keamanan ketika dibutuhkan.
Secure Attachment akan terbentuk apabila anak mendapatkan perlakuan yang hangat, konsisten dan responsif dari pengasuh. Kepribadian anak yang secure ketika dewasa akan lebih mudah untuk mengungkapkan kekurangan-kekurangan dalam dirinya (Cassidy, 1988 dalam Cassidy, 1999). Selain itu juga anak yang secure akan lebih mengingat masa-masa kecilnya yang menyenangkan (Belsky, Spritz dan Crnic, 1996 dalam Cassidy, 1999)
Attachment style juga selalu dikaitkan dengan romantic attachment styles yaitu dimana secure attachment dalam suatu hubungan akan didasari dengan kepercayaan, kepuasan, komitmen dan kemandirian (Levy dan Davis, 1988 dan Davis, 1990 dalam Cassidy 1999)
2. Insecure Attachment
Bayi yang memiliki insecure attachment tidak mengalami ketersediaan dan kenyamanan dari pengasuh yang konsisten ketika merasakan adanya ancaman. Keinginan akan perhatian tidak di atas dengan perhatian yang konsisten (Ainsworth dkk 1978, Bowlby, 1973 dalam Cassidy, 1990). Dampak dari pengalaman semacam itu menghasilkan bayi menjadi cemas akan ketersediaan pengasuhnya, rasa takut akan tidak adanya respons atau respons yang tidak efektif ketika dibutuhkan.
Attachment yang dialami oleh seseorang di masa kecilnya akan berpengaruh kepada kepribadian di masa dewasanya. Kepribadian anak yang insecure di masa depannya akan tidak mudah untuk mengungkapkan kekurangan-kekurangan dalam dirinya (Cassidy, 1988 dalam Cassidy, 1999 ). Dan selain itu anak yang insecure akan lebih mengingat memori-memori yang tidak menyenangkan di masa kecilnya (Belsky, Spritz dan Crnic, 1996 dalam Cassidy, 1999).
Kemudian attachment style selalu bekaitan dengan romantic relationship di mana insecure attachment akan memiliki hubungan yang kurang kepercayaan, kepuasan, sulit berkomitmen dan sering bergantung pada pasangannya. (Levy&Davis, 1988 dan Simpson, 1990, dalam Cassidy, 1999). Terdapat tiga bentuk attachment yang tergolong juga dalam insecure attachment yaitu avoidant, ambivalent dan disorganized. (Main & Solomon, 1990 dalam Cassidy, 1999).
D. Faktor Kelekatan (Attachment)
Terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi kelekatan anak dengan figur lekatnya menurut Erikson di antaranya,
1. Perpisahan yang tiba-tiba antara anak dengan figur lekat. Perpisahan secara mendadak bisa menyebabkan trauma pada diri anak. Perpisahan mendadak ini dapat berupa kematian orang tua, orang tua terpisah dari anak, dan sebab lain.
2. Penyiksaan emosional atau penyiksaan fisik. Memberi hukuman untuk mendisiplinkan anak secara berlebihan bisa membuat anak menjaga jarak dengan figur lekatnya. Dengan menciptakan citra diri sebagai orang yang sulit didekati, figur lekat justru membuat hubungan kelekatan menjadi rapuh dan tidak aman.
3. Pengasuhan yang tidak stabil. Kalau anak sering dioper-oper alias ganti pengasuh, anak jadi bingung mau lekat sama siapa. Semakin sering berganti pengasuh, semakin sulit anak menciptakan kelekatan.
4. Sering berpindah domisili. Sering berpindah tempat juga menyebabkan anak kerepotan untuk menyesuaikan diri. Kesulitan menyesuaikan diri ini tentu dapat mempengaruhi hubungan dan tingkat kelekatan dengan figur lekatnya.
5. Pola asuh yang tidak konsisten. Ada figur lekat yang plin-plan dalam mendidik anak. Mereka berlaku pada anak sesuai mood saja. Kadang lembut, kadang membentak. Figur lekat yang sulit ditebak tentu akan membingungkan anak. Selain itu, anak juga sulit untuk memercayai figur lekat. Ini memengaruhi pola attachment.
6. Figur lekat yang mengalami masalah psikologis. Orang tua yang mengalami masalah emosional atau psikologis dapat menciptakan masalah baru dalam berkomunikasi. Belum lagi kalau anak menjadi sasaran dari masalah psikologis tersebut.
E. Manfaat Kelekatan (Attachment)
Santrock (2003) menyebutkan beberapa manfaat kelekatan di antaranya,
1. Memfasilitasi kecakapan dan kesejahteraan sosial seperti harga diri, penyesuaian emosi, dan kesehatan fisik.
2. Membantu remaja menunjukkan kesejahteraan emosi yang lebih baik.
3. Membantu remaja untuk memiliki harga diri yang lebih tinggi.
4. Sebagai fungsi adaptif untuk menyediakan dasar rasa aman terhadap remaja agar dapat mengeksplorasi dan menguasai lingkungan baru serta dunia sosial yang semakin luas dalam kondisi psikologi yang sehat.
5. Membantu remaja dari kecemasan dan kemungkinan perasaan tertekan atau ketegangan emosi yang berkaitan dengan transisi dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa.
6. Membantu keberhasilan remaja dalam hubungan intim dan harga diri pada awal masa dewasa.
7. Membantu remaja untuk menghasilkan hubungan positif dan dekat di luar keluarga dengan teman sebaya.
Rini (2002) berpendapat bahwa kelekatan dapat memberikan pengaruh positif terhadap remaja yang mendapatkannya di antaranya,
1. Rasa percaya diri. Perhatian dan kasih sayang orang tua yang stabil, menumbuhkan keyakinan pada anak bahwa ia berharga bagi orang lain. Dengan orang tua yang selalu ada, anak menjadi aman dan percaya diri.
2. Kemampuan membina hubungan yang hangat. Kalau anak mendapat hubungan yang hangat dan aman dari orang tua, ia akan menjadikan hal tersebut sebagai contoh dalam membina hubungan dengan orang lain. Namun, kelekatan yang buruk dan traumatis membuat anak kesulitan membina hubungan yang baik dan aman.
3. Mengasihi sesama dan peduli pada orang lain. Remaja yang tumbuh dalam pola attachment yang aman, akan memiliki sensitivitas atau kepekaan yang tinggi terhadap sekitarnya. Rasa pedulinya tinggi dan memiliki kebutuhan untuk membantu orang lain.
4. Disiplin. Pola secure attachment membantu orang tua untuk lebih mudah memahami remaja. Hal ini membuat pemberian arahan dan nasihat menjadi lebih proporsional, empatik, penuh kesabaran dan saling mengerti. Anak juga akan belajar mengembangkan kesadaran diri dari sikap orang tua yang menghargai anak untuk mematuhi peraturan dengan disiplin karena sikap menghukum akan menyakiti harga diri anak dan tidak mendorong kesadaran diri.
5. Pertumbuhan intelektual dan psikologis yang baik. Kelekatan yang aman dapat memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan fisik, intelektual, dan kognitif, serta perkembangan psikologis individu. anak dengan secure attachment, saat dewasa mampu membina hubungan dengan baik.
Dari berbagai sumber
Post a Comment