Pengertian Kesadaran Diri, Aspek, Indikator, Kerangka dan Tahap Pembentukan, Serta Manfaatnya

Table of Contents
Pengertian Kesadaran Diri atau Self Awareness
Self Awareness

A. Pengertian Kesadaran Diri (Self Awareness)

Kesadaran diri (self awareness) adalah perhatian yang berlangsung ketika orang mencoba memahami keadaan internal dirinya. Prosesnya berupa semacam refleksi di mana orang secara sadar memikirkan hal-hal yang ia alami berikutnya emosi-emosi mengenai pengalaman tersebut. Self awareness merupakan keadaan ketika kita membuat diri sendiri sadar tentang emosi yang sedang kita alami dan juga pikiran-pikiran kita mengenai emosi tersebut.

Kesadaran diri merupakan proses mengenali motivasi, pilihan dan kepribadian kita lalu menyadari pengaruh faktor-faktor tersebut atas penilaian, keputusan dan interaksi kita dengan orang lain. Dengannya, keberadaan Self Awareness juga memungkinkan untuk kita memahami orang lain dengan lebih cepat, mendeteksi bagaimana mereka memandang kita, sehingga kita bisa mengambil sikap dan tanggapan terhadap mereka sesuai dengan kondisi saat itu. Self awareness mampu membuat kita memiliki kepekaan yang tinggi terhadap keadaan yang terjadi di sekeliling kita.

Ahli psikologi menyebut istilah lain dari kesadaran diri dengan nama metakognisi dan metamood, yaitu kesadaran orang akan proses berpikir dan kesadaran emosinya sendiri. Proses metakognisi menyebabkan individu dapat mengontrol aktivitas kognitifnya, sehingga dapat mengarahkannya untuk memilih situasi dan strategi yang tepat bagi dirinya di masa yang akan datang. Kesadaran diri merupakan fondasi hampir semua unsur kecerdasan emosional, langkah awal yang penting untuk memahami diri sendiri dan untuk berubah. Kesadaran diri adalah salah satu ciri yang unik dan mendasar pada manusia, yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

Kesadaran Diri (Self Awareness) Menurut Para Ahli
1. Listyowati (2008), self awareness adalah keadaan di mana individu dapat memahami diri sendiri dengan setepat-tepatnya, yaitu kesadaran mengenai pikiran, perasaan, dan evaluasi diri. Individu yang memiliki self-awareness yang baik maka memiliki kemampuan mengontrol diri, yakni mampu membaca situasi sosial dalam memahami orang lain dan mengerti harapan orang lain terhadap dirinya.
2. Koeswara (1987), self awareness adalah sebagai kapasitas yang memungkinkan manusia mampu mengamati dirinya sendiri maupun membedakan dirinya dari dunia (orang lain), serta kapasitas yang memungkinkan manusia mampu menempatkan diri di dalam waktu (masa kini, masa lampau, dan masa depan).
3. Goleman (1996), self awareness adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, dorongan, nilai, dan dampaknya pada orang lain serta perhatian terus menerus terhadap batin seseorang, merefleksi diri, pikiran mengamati dan menggali pengalaman, termasuk emosi.
4. Solso dkk (2007), self awareness adalah kesiapan (awareness) terhadap peristiwa yang di lingkungan sekitarnya dan peristiwa kognitif yang terdiri dari memori, pikiran, perasaan dan sensasi fisik.

B. Aspek Kesadaran Diri (Self Awareness)

Kesadaran diri (self awareness) pada individu terdiri dari beberapa aspek menurut Ahmad (2008) di antaranya,
1. Konsep diri (self-concept), adalah gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang diri mereka sendiri (karakteristik fisik, psikologis, sosial dan emosional).
2. Proses menghargai diri sendiri (self-esteem), harga diri adalah dasar untuk membangun hubungan antar manusia yang positif, proses belajar, kreativitas serta rasa tanggung jawab pribadi. Harga diri merupakan semen yang merekat kepribadian individu menjadi satu struktur yang positif, utuh, dan efektif. Pada tiap tahapan kehidupan individu, harga diri inilah yang menentukan tingkat kemampuan mengolah sumber daya atau potensi yang dibawanya sejak lahir.
3. Identitas diri individu yang berbeda-beda (mutiple selves), identitas berbeda atau multiple selves adalah ketika individu melakukan berbagai aktivitas, kepentingan, dan hubungan sosial. Ketika individu tersebut terlibat dalam suatu hubungan inter-personal, maka ia memiliki dua konsep diri. Pertama, persepsi mengenai diri sendiri, dan persepsi tentang orang lain terhadap diri individu itu sendiri. Kedua, identitas berbeda juga dapat dilihat dari bagaimana individu memandang diri ideal-nya. Yaitu saat bagian konsep diri memperlihatkan siapa diri individu yang sebenarnya dan bagian lain memperlihatkan ingin menjadi apa (idealisasi diri). Identitas ini disebut juga dengan kesadaran diri pribadi dan kesadaran diri publik.

Terdapat tiga aspek dalam kesadaran diri (self awareness) menurut Goleman (1996) di antaranya,
1. Kemampuan dalam mengenali emosi serta pengaruh dari emosi tersebut. Individu dengan kecakapan ini akan mengetahui makna dari emosi yang mereka rasakan serta mengapa emosi tersebut terjadi, menyadari keterkaitan antara emosi yang dirasakan dengan apa yang dipikirkan, mengetahui pengaruh emosi mereka terhadap kinerja, serta mempunyai kesadaran yang dapat dijadikan pedoman untuk nilai-nilai dan tujuan-tujuan individu.
2. Kemampuan pengakuan diri yang akurat meliputi pengetahuan akan sumber daya batiniah, kemampuan dan keterbatasan diri. Individu dengan kecakapan ini menyadari kelebihan dan kelemahan dirinya, menyediakan waktu untuk introspeksi diri, belajar dari pengalaman, dapat menerima umpan balik maupun perspektif baru, serta mau terus belajar dan mengembangkan diri. Selain itu individu juga menunjukkan rasa humor serta bersedia memandang diri dari banyak perspektif.
3. Kemampuan mempercayai diri sendiri dalam arti memiliki kepercayaan diri dan kesadaran yang kuat terkait harga diri serta kemampuan dirinya. Individu dengan kecakapan ini berani untuk menyuarakan keyakinan dirinya sebagai cara untuk mengungkapkan eksistensi atau keberadaan dirinya, berani mengutarakan pandangan yang berbeda atau tidak umum dan bersedia berkorban untuk kebenaran, serta tegas dan mampu membuat keputusan yang tepat walaupun dalam keadaan yang tidak pasti.

C. Indikator Kesadaran Diri (Self Awareness)

Kesadaran diri atau self awareness pada individu dapat diketahui melalui beberapa indikator menurut Goleman (1996) di antaranya,
1. Mengenali perasaan dan perilaku diri sendiri. Individu mampu mengenali perasaan apa yang sedang dirasakannya, mengapa perasaan itu muncul, perilaku apa yang dilakukan, serta dampaknya pada orang lain.
2. Mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Individu mampu mengenali atau mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dirinya.
3. Mempunyai sikap mandiri. Individu mempunyai sikap mandiri atau tidak bergantung pada orang lain yang menunjukkan adanya dorongan atau motivasi untuk melakukan sesuatu yang didasarkan pada keyakinan akan kemampuan diri sendiri.
4. Dapat membuat keputusan dengan tepat. Individu mampu membuat atau mengambil keputusan dengan tepat khususnya yang berkenaan dengan perencanaan karier.
5. Terampil dalam mengungkapkan pikiran, perasaan, pendapat, dan keyakinan. Individu memiliki keberanian dan kesadaran untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, pendapat, maupun keyakinan dirinya sendiri yang mencerminkan nilai-nilainya sendiri.
6. Dapat mengevaluasi diri. Individu mampu memeriksa, menilai atau mengoreksi dirinya, belajar dari pengalaman, serta menerima umpan balik terkait dirinya dari orang lain.

Ciri-ciri individu yang mempunyai self awareness atau kesadaran diri yang baik menurut Adams (2008) di antaranya,
1. Memahami diri sendiri. Individu dapat memahami keadaan dirinya, apa yang menjadi keinginannya ke arah yang baik. Misalnya, ia dapat mengambil keputusan terbaik bagi kehidupannya, apa pun yang dilakukannya merupakan gambaran dirinya sendiri, sehingga ia pun dapat bertanggungjawab pada dirinya sendiri.
2. Menyusun tujuan hidup dan karier dengan tepat. Individu dapat melakukan perencanaan mengenai tujuan hidup dan karier di masa depan sesuai dengan bakat dan minat yang ia miliki.
3. Membangun relasi dengan orang lain. Individu dapat membangun dan mengembangkan hubungan inter-personal secara lebih baik.
4. Membangun nilai-nilai keberagamaan. Individu menjadikan agama sebagai salah satu pedoman yang akan menuntun hidupnya lebih bermakna, menyadari tujuan ia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa.
5. Mampu menyeimbangkan antara tuntutan kebutuhan diri dengan kebutuhan komunitas. Individu tidak melulu dikuasai oleh egoisitas pribadi, tetapi juga dapat memahami kepentingan orang lain.
6. Mengembangkan kontrol diri terhadap stimulus dengan tepat. Individu mampu mengontrol dirinya sendiri terhadap stimulus dengan kesadaran penuh mengenai baik dan buruknya stimulus tersebut terhadap dirinya.

D. Kerangka Pembentukan Kesadaran Diri (Self Awareness)

Dalam membentuk self awarenes atau kesadaran diri dalam diri seseorang dibutuhkan sebuah kerangka kerja yang terdiri dari lima elemen utama menurut Schafer (1996) di antaranya,
1. Attention (atensi perhatian), adalah pemusatan sumber daya mental ke hal-hal eksternal maupun internal. Kita dapat mengarahkan atensi kita ke peristiwa-peristiwa eksternal maupun internal, dan oleh sebab itu, kesadaran pun dapat kita arahkan ke peristiwa eksternal dan internal.
2. Wakefulness (kesiagaan/kesadaran), adalah kontinum dari tidur hingga terjaga. Kesadaran, sebagai suatu kondisi kesiagaan memiliki komponen arousal. Dalam bagian kerangka kerja awareness ini, kesadaran adalah suatu kondisi mental yang dialami seseorang sepanjang kehidupannya. Kesadaran terdiri berbagai level awareness dan akseptasi yang berbeda, dan kita bisa mengubah kondisi kesadaran kita menggunakan berbagai hal.
3. Architecture (Arsitektur), adalah lokasi fisik struktur fisiologis dan proses-proses yang berhubungan dengan struktur tersebut yang menyokong kesadaran. Sebuah konsep dari definitif dari kesadaran adalah bahwa kesadaran memiliki sejumlah struktur fisiologis (suatu struktur arsitektural). Diasumsikan bahwa kesadaran berpusat di otak dan dapat di definisikan melalui penyelidikan terhadap korelasi neural kesadaran di otak dan dapat diidentifikasikan melalui penyelidikan terhadap korelasi neural kesadaran.
4. Recall of knowledge (mengingat pengetahuan), adalah proses pengambilan informasi tentang pribadi yang bersangkutan dengan dunia sekelilingnya.
5. Self knowledge (pengetahuan diri), adalah pemahaman tentang informasi jati diri pribadi seseorang. Pertama, terdapat pengetahuan fundamental bahwa Anda adalah Anda.

E. Tahapan Pembentukan Kesadaran Diri (Self Awareness)

Untuk mencapai kesadaran diri yang baik, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui menurut Sastrowardoyo (1991) di antaranya,
1. Tahap ketidaktahuan. Tahap ini terjadi pada seorang bayi yang belum memiliki kesadaran diri, atau disebut juga dengan tahap kepolosan.
2. Tahap berontak. Tahap ini identik memperlihatkan permusuhan dan pemberontakan untuk memperoleh kebebasan dalam usaha membangun inner strength. Pemberontakan ini adalah wajar sebagai masa transisi yang perlu dialami dalam pertumbuhan, menghentikan ikatan-ikatan lama untuk masuk ke situasi yang baru dengan keterikatan yang baru pula.
3. Tahap kesadaran normal akan diri. Dalam tahap ini seseorang dapat melihat kesalahan-kesalahannya untuk kemudian membuat dan mengambil tindakan yang bertanggung jawab. Belajar dari pengalaman-pengalaman sadar akan diri di sini dimaksudkan satu kepercayaan yang positif terhadap kemampuan diri. Kesadaran diri ini memperluas pengendalian manusia atas hidupnya dan tahu bagaimana harus mengambil keputusan dalam hidupnya.
4. Tahap kesadaran diri yang kreatif. Dalam tahapan ini seseorang mencapai kesadaran diri yang kreatif mampu melihat kebenaran secara objektif tanpa disimpangkan oleh perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan subjektifnya. Tahapan ini bisa diperoleh antara lain melalui aktivitas religius, ilmiah atau dari kegiatan-kegiatan lain di luar kegiatan-kegiatan yang rutin. Melalui tahapan ini seseorang mampu melihat hidupnya dari perspektif yang lebih luas, bisa memperoleh inspirasi-inspirasi dan membuat peta mental yang menunjukkan langkah dan tindakan yang akan diambilnya.

Tahapan dalam kesadaran diri seseorang menurut Geller (2000) di antaranya,
1. Unconscious Incompetence, yaitu tahapan pertama di mana seseorang tidak mengerti apa yang harus dilakukannya.
2. Conscious Incompetence, yaitu tahapan kedua di mana seseorang mengerti atau tahu apa yang seharusnya dilakukan, tetapi perlu adanya pembelajaran bagaimana untuk melakukannya secara benar.
3. Conscious Competence, yaitu tahapan ketiga di mana seseorang dapat melakukannya dengan benar dikarenakan telah mengikuti aturan yang telah ditetapkan.
4. Unconscious Competence, yaitu tahapan terakhir di mana seseorang telah mempunyai kebiasaan dan mengetahui secara benar apa yang dilakukannya.

F. Manfaat Kesadaran Diri (Self Awareness)

Manfaat Self Awareness yang akan dirasakan oleh seseorang adalah ia akan mengerti tentang mengapa ia merasakan apa yang dirasakannya. Pemahaman yang didapatkan akan membantunya untuk mengubah hal-hal yang ada pada hidupnya menjadi lebih baik serta membentuk kehidupan yang diinginkan. Dengan meningkatkan Self Awareness akan mendapatkan berbagai manfaat di antaranya,
1. Lebih Percaya diri dan jarang minder
Orang yang memiliki Self Awareness yang tinggi tidak akan mudah minder. Dalam situasi apapun ia akan cenderung memiliki rasa percaya diri dan pandai mengendalikan situasi. Kesadaran dirinya membuatnya memiliki kemampuan dalam mempertimbangkan sesuatu yang berpengaruh pada kematangan daya pikirnya. Termasuk saat akan berbicara, bersikap atau mengungkapkan pendapat pun penuh dengan pertimbangan matang yang membuatnya terlihat bijak. Selain itu, ia memiliki tujuan yang jelas ketika ikut terlibat dalam suatu aktivitas dan paham betul keuntungan dan kerugiannya.

Dengan kata lain, orang yang memiliki self awareness tinggi, memiliki tujuan dan alasan yang kuat untuk mengeluarkan pikiran atau pendapat tertentu. Dan ketika ia menyampaikan pendapat pun dengan cara yang mudah dipahami serta penuh kehati-hatian karena ia sudah bisa memperhitungkan dampak dari apa yang dilakukan serta yang tidak dilakukannya.  Tidak ada yang salah ketika kamu bertindak sebab semuanya sudah dipertimbangkan. Itulah hal yang membuat seseorang percaya diri.

2. Mampu berkomunikasi dengan efektif
Seseorang yang memiliki self awareness tinggi juga cenderung memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik atau efektif. Sebab, orang dengan tingkat kesadaran diri yang besar selalu mampu mengungkapkan pikirannya dengan baik dan teratur. Energi mengalir lancar dan mampu menggerakkan ide-ide spontan dengan terstruktur dan terkendali. Sistem kontrol dalam otaknya juga bagus sehingga ia mampu memilah apa yang harus diungkapkan dan mana yang tidak perlu diungkapkan.

Hal ini juga dipengaruhi dengan tingkat percaya diri yang ada serta kemampuan mengendalikan emosi. Semakin besar kepercayaan dirinya, semakin cerdas mengendalikan emosinya dan semakin efektif komunikasinya dengan orang lain bahkan dengan berbagai kalangan dan latar belakang.

3. Tidak mudah terbawa perasaan dan sakit hati
Kebanyakan orang ketika dihadapkan pada sesuatu yang terkait dengan emosinya akan sangat mudah terbawa perasaan (baper) dan ketika itu mengenai sesuatu yang menyudutkannya akan sangat mudah menjadikan dirinya merasa sakit hati. Namun tidak demikian halnya yang akan terjadi pada orang yang memiliki Self Awareness tinggi. Ia tidak cepat baper,  juga tidak mudah tersinggung dan sakit hati kala ada yang memberi saran dan masukan.

Bahkan meski mungkin itu sangat mengusik hatinya dan menyindirnya. Sebab, ia menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan dari dirinya yang layak untuk diperbaiki. Dan ketika ada orang lain yang melihat dan menyampaikan apa yang menjadi kekurangannya, justru membuatnya bersyukur dan berterima kasih.

Dalam pikiran orang yang memiliki awareness tinggi kritikan adalah sarana untuk membangun kualitas diri. Dan kesadarannya menuntunnya untuk menggerakkan energi positif yang mampu mengubah kekurangan dan kelemahannya menjadi sesuatu yang lebih baik. Fokusnya juga tidak semata pada perasaannya namun justru pikiran untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik.

4. Lebih kreatif
Bagaimana orang yang memiliki kesadaran diri tinggi bisa lebih kreatif? Dengan kesadarannya tersebut, mampu membuat semua belahan otaknya bekerja lebih seimbang sehingga kekuatan berpikirnya menjadi lebih maksimal. Dalam kondisi keseimbangan itu juga membuat dirinya lebih tenang dalam menghadapi kehidupan. Di mana ketenangan hati dan pikirannya mampu meningkatkan kualitas energinya untuk bisa memberdayakan potensi yang dimilikinya. Self awareness yang ada dalam dirinya membuat ia juga lebih mudah menerima hal-hal baru, termasuk pengetahuan baru. Apalagi ketika dirinya mampu menerima masukan dan kritik dengan bijak, justru akan semakin memacunya untuk melakukan perubahan dan menstimulasi dirinya untuk berkreativitas.

Meski kreativitas seseorang bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun kesadaran diri yang tinggi mampu menggiring seseorang melakukan inovasi dan berkreativitas setiap waktu. Sebagai contoh, ketika dalam bekerja dirinya mendapat kritik berupa kinerja yang tidak memuaskan dan kurang sesuai dengan yang diinginkan. Maka, ia akan berupaya memperbaiki diri, dengan melakukan koreksi dan berusaha menemukan hal yang menjadi penyebab kekurangannya itu. Kemudian ia akan menempatkan self awarenessnya untuk belajar memahami kondisi dan mencari solusi dengan bekerja lebih baik lagi  dengan melakukan eksplorasi mendalam tentang bidang yang menjadi tugasnya. Sehingga  hasilnya mampu membuat ketidakpuasan orang lain menjadi senyum yang membanggakan.

5. Lebih Sukses dalam Pekerjaan/Karier, Usaha/Bisnis
Self Awareness tinggi yang dimiliki seseorang mampu menjadi hal yang sanggup mempengaruhi kesuksesan hidupnya. Baik dalam usaha, bisnis atau maupun karier dan jabatan. Dasar pemikirannya adalah melalui kesadaran diri tinggi tersebut mampu membuat seseorang lebih cepat melakukan perubahan. Tidak kolot dengan pemikirannya serta tidak hanya bergelut dengan pemikirannya sendiri yang kadang justru menyesatkan. Ia akan terbuka menerima saran dan pendapat serta pandangan orang lain yang kemudian justru memperluas wawasannya. Sehingga mampu melakukan perbaikan-perbaikan pada sisi kehidupan yang berkaitan dengannya.

Bagi orang yang memiliki kesadaran diri tinggi, pandangan orang lain bisa menjadi indikator perbaikan diri dan segenap relevansi dari hal-hal yang terkait dengan kehidupannya. Sehingga membuatnya mau belajar dan mudah di bimbing dan diarahkan, memiliki keyakinan yang tinggi akan tujuan hidupnya. Konsekuen mampu melakukan hal-hal yang tidak dilakukan orang biasa. Dan mampu menjadikan dirinya menjadi perintis, sekaligus pengeksekusi yang handal. Hal ini disebabkan kualitas energi dan kualitas diri dan kesadaran atas potensi yang dimilikinya.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment