Pengertian Kepekaan Diri dan Sosial, Cara Menumbuhkan, dan Jenisnya

Table of Contents
Pengertian Kepekaan Diri dan Sosial
Kepekaan Diri dan Sosial

A. Pengertian Kepekaan Diri dan Sosial

Peka dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah mudah merasa; mudah terangsang; mudah bergerak (tentang neraca peralatan mekanis); tidak lalai; mudah menerima atau meneruskan pengaruh (cuaca dan sebagainya). Sementara kepekaan adalah perihal peka; perihal mudah bergerak (tentang neraca, timbangan, dan sebagainya); kesanggupan bereaksi terhadap suatu keadaan.

Demikian secara harfiah, istilah “kepekaan” berasal dari kata peka yang berarti mudah merasa atau mudah terangsang. Apabila dikaitkan dengan kondisi sosial maka kepekaan sosial adalah kemampuan untuk merasakan dan mengamati reaksi-reaksi yang terjadi di lingkungan serta perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun nonverbal.

Seseorang yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi akan mudah memahami atau menyadari adanya reaksi-reaksi tertentu dari orang lain, entah reaksi tersebut positif atau negatif. Adanya kepekaan sosial akan membuat seseorang dapat bersikap secara tepat terhadap orang lain yang ada di sekitarnya. Rasa peka dapat diungkapkan secara lisan dan perilaku.

Peka secara lisan adalah bagian dari rasa kepedulian yang diungkapkan langsung secara lisan terhadap suatu keadaan atau kejadian tertentu sehingga merasakan apa yang dilihat (visual), didengar (audio) dan dilihat dan dengar (audiovisual). Peka secara perilaku merupakan perwujudan kepedulian sosial secara spontanitas atau terorganisir yang dilakukan dalam bentuk sikap dan perilaku yang konkret terhadap suatu keadaan atau kejadian tertentu baik secara visual, audio dan audiovisual.

Kepekaan Diri dan Sosial Menurut Para Ahli
Montessori menyebut kepekaan ini sebagai periode sensitif yang di alami oleh seseorang. Montessori mengatakan selama periode tertentu anak memiliki kepekaan (sensitivitas) terhadap unsur tertentu yang memaksa dia untuk memfokuskan perhatiannya pada aspek tertentu di lingkungannya. Montessori mengklasifikasikan periode sensitif ini ke dalam enam kategori di antaranya,
1. Sensitif/peka terhadap tata letak (tata urutan)
2. Belajar melalui panca indera
3. Sensitif/peka terhadap obyek kecil
4. Sensitif/peka terhadap jalan
5. Sensitif/peka terhadap bahasa
6. Sensitif/peka terhadap interaksi sosial

B. Cara Menumbuhkan Kepekaan Diri dan Sosial

1. Kepekaan Sosial
a. Menyadari Bahwa Kita Tidak Bisa Hidup Sendiri
Salah satu penyebab orang kurang memiliki kepekaan sosial adalah karena orang itu sering menyendiri dan tidak mau berbaur dengan yang lain. Ia ada dalam sebuah lingkungan, tetapi ia tidak pernah mau untuk berkumpul bersama dengan orang-orang yang ada dalam lingkungannya. Tiap ada kegiatan bersama, orang yang semacam ini akan cenderung tidak mau hadir. Di mata Allah, kesendirian adalah hal yang tidak baik. Kesendirian akan menjadikan manusia tidak memiliki penolong yang sepadan. Sebab itu, Allah menciptakan manusia dalam sebuah kebersamaan dengan manusia yang lain. Karena itu, dalam rangka membangun kepekaan sosial, keluarlah dari kesendirian dan masukilah kehidupan bersama dengan orang lain yang ada di sekitar kita.

b. Bergaul dengan Sebanyak-Banyaknya Orang
Perjumpaan dengan banyak orang akan membuat kita makin mudah mengetahui perbedaan karakter dari tiap-tiap pribadi. Ketika Tuhan menciptakan manusia, Tuhan menciptakannya dengan keunikan dan kekhususan masing-masing. Di dunia ini, tidak ada manusia yang sama persis. Orang yang kembar identik pun tetap memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Karena itu, ketika kita membiasakan diri kita untuk bergaul dengan banyak orang, hal itu akan mengasah kemampuan kita untuk melihat masing-masing orang dengan keunikannya.

c. Memperhatikan dan Memperbaiki Cara Berbicara
Cara berbicara adalah hal yang perlu untuk kita perhatikan dalam hidup bersama orang lain. Banyak orang yang dalam kehidupan sehari-hari berselisih dan bertengkar karena cara bicaranya yang tidak menunjukkan kepekaan terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Keterlibatan kita dalam organisasi akan mengasah kita untuk memiliki kepekaan dalam mengutarakan ide dan pendapat sehingga tidak melukai orang lain. Keterlibatan ini juga akan membuat kita mampu mengenali cara berpikir dan cara bicara orang lain sehingga sedikit banyak kemampuan kita untuk mengenal orang lain akan terasah.

d. Terlibat dalam Kegiatan Sosial
Kegiatan sosial merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh banyak orang pada masa sekarang. Kegiatan ini biasanya dilakukan dalam berbagai macam bentuk, misalnya: kunjungan ke panti asuhan, pengumpulan dana untuk korban bencana, pengobatan gratis, dan sebagainya. Jika Anda mendengar di sekolah Anda atau di lingkungan Anda melakukan kegiatan-kegiatan semacam itu, sedapat mungkin terlibatlah dalam kegiatan itu. Ambillah peran sesuai dengan talenta dan kemampuan Anda. Kegiatan ini merupakan kegiatan positif yang akan mengasah kepekaan terhadap orang-orang yang sedang membutuhkan pertolongan. Melalui kegiatan itu, Anda akan dibentuk menjadi pribadi yang memiliki kepedulian terhadap orang-orang yang perlu diperhatikan dan dipedulikan dalam hidup ini.

e. Mengembangkan Empati
Empati merupakan kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain. Kunci untuk memahami perasaan orang lain adalah mampu membaca pesan non verbal, seperti nada bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah, dan sebagainya. Seseorang yang memiliki kemampuan ini akan lebih pandai menyesuaikan diri, lebih mudah bergaul, dan lebih peka. Empati dapat kita kembangkan apabila kita membiasakan diri untuk bergaul dengan orang lain dan mengamati orang-orang yang ada di sekitar kita.

f. Berperilaku Prososial
Perilaku prososial adalah istilah yang digunakan oleh para ahli psikologi untuk menjelaskan perilaku sukarela yang ditujukan untuk kepentingan atau keuntungan orang lain, seperti: berbagi, membantu seseorang yang membutuhkan, bekerja sama dengan orang lain, dan mengungkapkan simpati. Perilaku ini menuntut adanya kesediaan untuk berkorban bagi orang lain, menghargai keberadaan orang lain, dan tidak menempatkan diri sendiri lebih tinggi dari orang lain.

g. Melihat dan Bertindak
Di sekitar kita, banyak orang yang memiliki keterbatasan sehingga tidak dapat menjalankan aktivitas sosialnya dengan normal. Misalnya, orang-orang miskin, anak-anak jalanan, dan orang-orang yang sudah lanjut usianya. Mereka membutuhkan perhatian lebih, bahkan pertolongan yang nyata dalam kesusahan mereka. Orang yang memiliki kepekaan sosial adalah orang yang pada saat melihat orang lain yang ada dalam kondisi yang susah tidak akan hanya berhenti pada memandang orang itu, melainkan melakukan sesuatu untuk orang yang dilihatnya itu. "Sesuatu" di sini tidak harus dengan memberi uang atau barang, melainkan juga bisa dalam bentuk perbuatan lain, misalnya berdoa untuk orang itu.

2. Melatih Kepekaan Diri
Andaikata kita ingin tahu bagaimana masa depan kita, sederhana sekali, Iihat apa yang kita lakukan saat ini. Kalau saat ini kita pemalas, yang akan terjadi adalah masa depan yang suram. Begitupun bila licik, pasti masa depan kita tidak berbeda jauh dengan kelicikan yang dikerjakan saat ini. Karena segala yang kita lakukan akan kembali kepada pelakunya.

Perbuatan baik akan menjadi buah kebaikan, tidak sekarang mungkin nanti. Begitu pula jika amal buruk yang dikerjakan, pasti berbuah keburukan pula. Kita semua sungguh harus menyadari dan memahami, tidak ada yang celaka, kecuali buah dari pekerjaan kita sendiri. Oleh karena itu, kewajiban kita hanya dua hal, yaitu:
a. Pertama, serius mencari dan menemukan kekurangan diri; tidak usah sibuk membela diri
b. Kedua, mengembang terus kemampuan supaya mampu berbuat lebih baik. Karena kemuliaan seseorang dilihat dari tingkat manfaatnya bagi orang lain. Orang memang cenderung lebih sibuk dengan kepentingan dirinya, dengan aktivitas yang menguntungkan diri.

C. Jenis Kepekaan Diri dan Sosial

Terdapat banyak jenis kepekaan diri dan sosial yang harus dikembangkan hingga diri kita tumbuh menjadi diri dengan kepribadian yang baik. Kepekaan-kepekaan tersebut di antaranya
1. Kepekaan Terhadap Pemberitaan
Berita di media massa itu sangat dahsyat pengaruhnya, sehingga mempengaruhi pikiran dan sikap jutaan pembaca atau penerimanya. Inilah yang disebut bahwa berita dapat membentuk opini publik. Bahayanya apabila berita itu menyangkut citra dan martabat seseorang. Khususnya bila berita itu tidak benar, isu, gosip, ditambah-tambah, dibelok-belokan, atau fitnah.

Hal inilah yang sering dikeluhkan bahwa pemberitaan dapat menghakimi atau "membunuh karakter" seorang individu. Ini tidak adil dan kejam! Di samping itu, jurnalistik memang menganut prinsip anomali, yakin sesuatu yang aneh, "sakit", penyimpangan dan unik dinilai sebagai daya tarik berita. Namun sayang, suatu berita dianggap seolah-olah mewakili keadaan mayoritas pada umumnya.

Oleh karena itu diperlukan kepekaan hati, sikap kritis, dan bijak setiap menerima/mencerna setiap berita. Selain itu sikap dalam menghadapi setiap gosip atau pemberitaan yang belum tentu benar pemberitaannya.

2. Mencermati Fenomena Perilaku Ikut-ikutan
Tidak semua hal yang diikuti dan serempak dilakukan orang banyak adalah kebenaran. Tidak setiap perkara yang dianut oleh mayoritas masyarakat itu, pasti suatu kebaikan. Sering kali suatu kebenaran itu hanya diikuti dengan sebagian kecil masyarakat yaitu masyarakat yang masih teguh memegang nilai-nilai/ norma. Dan merekalah yang bakal sukses dan memperoleh kebahagiaan sebenarnya.

3. Gemar Berbagi kepada Orang Lain
Berbagi adalah sebuah perkara mulia yang harusnya dilakukan manusia. Dengan berbagi, kita berupaya untuk menyingkirkan ego mementingkan diri sendiri, sebab kita hidup di dunia ini bukan sendiri, namun bersama-sama dengan orang lain. Untuk itu berbagi melatih kepekaan diri kita untuk peduli pada orang lain di sekitar kita.

Ingat, dengan berbagi hidupmu jadi lebih bermakna lagi bermanfaat. Sebab dengan mengulurkan tangan kepada orang lain, kita berupaya untuk menghilangkan kesedihan dan rasa susah yang orang lain rasa. Agar kepekaanmu untuk berbagi dengan orang lain kian tajam, ada beberapa cara untuk melatihnya. Berikut ini 5 cara melatih kepekaan diri agar peduli kepada orang lain.
1. Perbanyak bersedekah
Sebagai seorang manusia, jangan ragu untuk memperbanyak bersedekah. Kamu bisa bersedekah dengan memberikan sebagian rezekimu pada kotak amal masjid, atau memberikan uangmu kepada anak jalanan yang membutuhkan bantuan. Sedekah bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Memperbanyak sedekah membuatmu semakin peka terhadap kehidupan sulit yang dialami orang lain. Jadilah dermawan dan bantulah sesama semampu yang bisa kamu lakukan. Jangan berharap orang lain yang membantu, justru mulailah dari diri sendiri untuk turut serta membantu orang lain.

2. Biasakan diri untuk memberi makan orang lain
Jangan ragu untuk membiasakan diri memberi makan orang lain di sekitarmu, mereka pasti sangat membutuhkan uluran tangan. Hal ini juga merupakan salah satu cara untuk melatih kepekaan diri untuk berbagi pada orang lain. Kamu bisa memberi makan keluarga terdekatmu, kerabat, kaum papa, tetangga yang miskin di sekitarmu, atau mungkin orang-orang yang kamu temui di pinggir jalan. Jangan takut rezekimu hilang atau berkurang dengan memberi makan orang lain. Rejeki sudah di atur Sang Khalik, memberi makan mereka tidak akan membuatmu kekurangan, justru Tuhan akan melapangkan rezekimu asal kamu ikhlas dalam memberinya.

3. Kumpulkan pakaian layak pakai untuk anak-anak panti asuhan
Kamu pasti punya banyak baju layak pakai yang mungkin bisa kamu sumbangkan untuk orang lain. Kumpulkan baju-bajumu dan berikan kepada orang yang membutuhkan, misalnya ke panti asuhan atau ke posko daerah yang terkena bencana alam. Baju-bajumu tentu sangat berharga dan akan dimanfaatkan oleh mereka yang memerlukannya. Coba kamu pikir, memiliki banyak pakaian juga membuatmu mubazir, apalagi kalau kamu jarang memakai semua pakaian yang kamu miliki. Untuk itu, menyumbangkan pakaian menjadi pilihan tepat untuk melatih kepekaan dirimu untuk peduli pada orang lain.

4. Sisihkan uang jajanmu untuk membangun rumah anak yatim
Apakah kamu rajin menabung atau menyisihkan uang jajanmu? Jika iya, apakah kamu menggunakan uang tersebut untuk jalan-jalan atau travelling? Kalau iya, mungkin kamu bisa mengalokasikan uang tersebut untuk berbuat baik. Kamu bisa menyisihkan uang jajanmu untuk pembangunan rumah anak yatim. Uang yang kamu sisihkan tentu sangat berharga bagi pembangunan rumah anak yatim tersebut. Selain itu kamu juga bisa mengalokasikan uang jajanmu untuk disumbangkan pada pembangunan tempat ibadah seperti masjid. Intinya berbuatlah baik dengan harta yang kamu punya.

5. Ikut turun tangan membantu saudaramu yang terkena musibah
Beberapa waktu lalu, mungkin masih terngiang di benak kita mengenai musibah dahsyat tsunami di Palu dan Banten 2018 lalu. Musibah yang merenggut banyak nyawa itu meninggalkan luka yang dalam bagi negeri ini. Kamu juga bisa berkontribusi untuk membantu saudara yang terkena musibah. Ada banyak cara untuk ikut membantu mereka yang terkena musibah seperti menyumbangkan makanan, pakaian, obat-obatan, atau ikut langsung menjadi relawan di tempat musibah terjadi. Jangan ragu untuk ikut turun tangan membantu saudaramu yang terkena musibah. Kamu akan memperoleh balasan atas kebaikanmu dari Sang Maha Pencipta.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment