Pengertian Mistik dan Sumber Ajarannya
A. Pengertian Mistik
Mistik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 1. subsistem yang ada dalam hampir semua agama dan sistem religi untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan; tasawuf; suluk;
2. hal gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia yang biasa
Kata mistik berasal dari bahasa Yunani yaitu mystikos yang artinya rahasia (geheim), serba rahasia (geheimzinnig), tersembunyi (verborgen), gelap (donker) atau terselubung dalam kekelaman (in het duister gehuld). Dalam kata mistik terkandung sesuatu yang misterius yang tidak bisa dicapai dengan cara-cara biasa atau dengan usaha intelektual.
Baca Juga: Religiusitas: Pengertian, Fungsi, Karakteristik, Faktor yang Mempengaruhi, dan Teorinya
Kata mistik pada mulanya berasal dari agama Yunani, kemudian kata itu masuk dalam khazanah kepustakaan Eropa, sedangkan dalam bahasa Arab, Persia dan Turki, kata mistik merupakan bahasa identik dengan Islam, yang berkaitan dengan istilah Sufi. Dalam hal ini mistik sebagai sebuah paham yaitu paham mistik atau mistisisme merupakan paham yang memberikan ajaran yang serba mistis sehingga hanya dikenal, diketahui atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja.
Apabila dikaitkan dengan budaya, maka pada hakikatnya mistik merupakan pengetahuan yang tidak rasional atau tidak dapat dipahami rasio, maksudnya hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami rasio dan memiliki bentuk pemikiran dan ekspresi tentang kebenaran yang mutlak di dalam suatu masyarakat. Ekspresi dan pemikiran yang tidak rasional ini kemudian membentuk suatu perilaku dalam kehidupan masyarakat dan menjadi suatu budaya.
Baca Juga: Pengertian Rasional, Rasionalitas, Aksioma, Jenis, dan Contohnya
Mistik Menurut Para Ahli
1. H. Clark (1969), mistik sebagai sebuah pengalaman subjektif tentang pemahaman akan kekuatan kosmik atau kekuatan yang lebih besar dari dirinya, pengalaman tersebut lebih bersifat intuitif daripada dapat dindra atau rasional.
2. Leuba (1971), mistik sebagai pengalaman apa saja yang dianggap oleh orang yang mengalaminya merupakan kontak (tidak melalui panca indra, tetapi tiba-tiba, intuitif) atau kekuatan diri dengan sesuatu yang lebih besar darinya yang disebut dunia ruh, Tuhan, yang absolut atau lainnya.
3. James B Pratt (1926) mistisisme adalah perasaan akan kehadiran atau keberadaan sesuatu atau realitas melalui proses atau alasan perspektif yang tidak lazim yaitu pengalaman tiba-tiba dan intuitif.
4. De Kleine W.P. Encylopaedie (1950), kata mistik berasal dari bahasa Yunani myein yang artinya menutup mata (de ogen sluiten) dan musterion yang artinya suatu rahasia (geheimnis).
5. Pusat Bahasa Departemen P dan K (2002), mistik merupakan hal gaib yang sangat diyakini hingga tidak bisa dijelaskan dengan akal manusia biasa. Merupakan sub sistem yang ada di hampir semua agama dan sistem religi untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan tuhan.
6. Koentjaraningrat (1980), mistik merupakan bentuk religi yang berdasarkan kepercayaan kepada satu Tuhan yang dianggap meliputi segala hal dalam alam dan sistem keagamaan ini sendiri dari upacara-upacara yang bertujuan mencapai kesatuan dengan tuhan.
7. Ahmad Tafsir (2004), mistik merupakan pengetahuan yang tidak rasional atau tidak dapat dipahami rasio, maksudnya hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami rasio.
B. Sumber Ajaran Mistik
1. Subyektif
Selain serba mistis, ajarannya juga serba subjektif tidak objektif. Tidak ada pedoman dasar yang universal dan yang otentik. Bersumber dari pribadi tokoh utamanya sehingga paham mistik itu tidak sama satu sama lain meski tentang hal yang sama. Sehingga pembahasan dan pengalaman ajarannya tidak mungkin dikendalikan atau dikontrol dalam arti yang semestinya.
Baca Juga: Pengertian Objektif dan Subjektif, serta Perbedaannya
Biasanya tokohnya sangat dimuliakan, diagungkan bahkan diberhalakan (dimitoskan, dikultuskan) oleh penganutnya karena dianggap memiliki keistimewaan pribadi yang disebut kharisma. Anggapan adanya keistimewaan ini dapat disebabkan di antaranya,
a. Pernah melakukan kegiatan yang istimewa.
b. Pernah mengatasi kesulitan, penderitaan, bencana atau bahaya yang mengancam dirinya apalagi masyarakat umum.
c. Masih keturunan atau ada hubungan darah, bekas murid atau kawan dengan atau dari orang yang memiliki kharisma.
d. Pernah meramalkan dengan tepat suatu kejadian besar/penting.
Sedangkan bagaimana sang tokoh itu menerima ajaran atau pengertian tentang paham yang diajarkannya itu biasanya melalui petualangan batin, pengasingan diri, bertapa, bersemedi, bermeditasi, mengheningkan cipta dan lain-lain dalam bentuk ekstase, vision, inspirasi dan lain-lain. Jadi ajarannya diperoleh melalui pengalaman pribadi tokoh itu sendiri dan penerimaannya itu tidak mungkin dibuktikannya sendiri kepada orang lain.
Baca Juga: 'Irfan
Dengan demikian penerimaan ajarannya hampir-hampir hanya berdasarkan kepercayaan belaka, bukan pemikiran. Maka dari itulah di antara kita ada yang menyebutnya paham, ajaran kepercayaan atau aliran kepercayaan (geloofsleer). Mengingat pengajarannya tidak mungkin dikendalikan dalam arti semestinya, maka paham mistik mudah memunculkan cabang baru menjadi aliran-aliran baru sesuai penafsiran masing-masing tokohnya. Atau juga sebaliknya mudah timbul penggabungan atau percampuran ajaran paham-paham yang telah ada sebelumnya.
Karena serba mistik maka paham mistik atau kelompok penganut paham mistik tidak terlalu sulit digunakan oleh orang-orang yang ada tujuan tertentu dan yang perlu dirahasiakan karena menyalahi atau bertentangan dengan opini umum atau hukum yang berlaku sebagai tempat sembunyi.
2. Abstrak dan Spekulatif
Materinya serba abstrak artinya tidak konkret, misal tentang Tuhan (paham mistik ketuhanan), tentang keruhanian atau kejiwaan, alam di balik alam dunia dan lain-lain (paham mistik non-keagamaan). Dengan demikian pembicaraannya serba spekulatif, yaitu serba menduga-duga, mencari-cari, memungkin-mungkinkan dan lain-lain (tidak komputatif).
Pembicaraannya serba berpanjang-panjang, serba berlebih-lebihan dalam arti melebihi kewajaran atau melebihi pengetahuan dan pengertiannya sendiri (meski sudah mengakui tidak tahu, masih mencoba memungkin-mungkinkan). Oleh karena itu di kalangan penganut paham mistik tidak dikenal pembahasan disiplin mengenai ajarannya sebagaimana yang berlaku dalam diskusi atau munaqasyah.
Dari berbagai sumber
Post a Comment