Pengertian Kohesi Sosial, Pendekatan, dan Dimensinya

Table of Contents
Pengertian Kohesi Sosial
Kohesi Sosial

A. Pengertian Kohesi Sosial

Kohesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hubungan yang erat; perpaduan yang kokoh. Secara etimologi kohesi merupakan kemampuan suatu kelompok untuk menyatu, dan kohesi sosial merupakan hasil dari hubungan individu dan lembaga. Kohesi sosial terbentuk oleh persamaan nilai, persamaan tantangan dan kesempatan yang setara yang didasari oleh harapan dan kepercayaan sehingga timbul rasa memiliki.

Kohesi sosial merupakan rasa keterikatan masyarakat yang terbentuk dengan sendirinya. Kemampuan untuk bekerja bersama dalam suatu entitas yang kemudian menghasilkan kerekatan hubungan di antara mereka. Terdapat empat elemen yang secara mutlak tidak dapat dipisahkan dalam mencapai kohesi sosial di antaranya kesetaraan tanpa adanya diskriminasi, harkat dan martabat dijunjung tinggi, komitmen untuk berpartisipasi serta kebebasan individu dengan adanya pengembangan diri.

Keempat elemen tersebut pada gilirannya menghasilkan kekuatan yang berlaku pada anggota suatu masyarakat atau kelompok untuk tinggal di dalamnya, dan dengan aktif berperan untuk kelompok dalam kelompok kompak, anggota ingin menjadi bagian dari kelompok, suka satu sama lain dan hidup rukun serta bersatu dan setia di dalam mengejar tujuan kelompok. Kohesi sosial merupakan awal dan konsekuensi penting dari aksi kolektif sukses. Kohesi sosial menengahi formasi kelompok, produktivitas dan pemeliharaan.

Kohesi Sosial Menurut Para Ahli
1. Council of Europe’s Strategy for Social Cohesion, kohesi sosial sebagai kemampuan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi anggotanya termasuk dengan pemenuhan kebutuhan hidup di dalamnya. Kohesi sosial menekankan komitmen sosial untuk mengurangi perselisihan dan mencegah pengelompokan.
2. Emile Durkheim, terdapat solidaritas mekanik yang diindikasikan dengan adanya aktor yang kuat dalam masyarakat, lalu terdapat solidaritas organik yang diindikasikan dengan saling bergantungnya individu maka akan terbentuk suatu kohesi sosial dengan sendirinya.

B. Pendekatan Kohesi Sosial

Kohesi sosial dapat terbentuk dan diidentifikasi melalui beberapa pendekatan yang berbeda untuk memahaminya di antaranya,
1. Negative Approach (pendekatan negatif), pendekatan ini memandang kohesi sosial di masyarakat tidak terjadi karena adanya hal/faktor negatif yang menyebabkan tidak terciptanya hubungan masyarakat yang baik. Seperti kemiskinan dan pengangguran merupakan salah satu faktor penyebabnya.
2. Positive Approach (pendekatan positif), pendekatan ini menekankan bahwa masyarakat secara keseluruhan memiliki kemampuan untuk mendapatkan kualitas hidup yang bagus bagi dirinya atau dalam arti kata lain untuk membentuk keadaan di mana kohesi sosial dapat tercipta berdasar kualitas hidup. Pendekatan postitif ini dibagi menjadi empat pendekatan di antaranya,
a. Territorial cohesion approach, solidaritas teritorial ini dianggap akan menciptakan kohesi sosial karena keadaan ini akan mengurangi adanya perbedaan di wilayah tersebut.
b. Social  capital approach, yang melihat adanya persamaan nilai, standar hidup dan kepercayaan bersama akan menciptakan masyarakat yang berupaya untuk menyelesaikan masalahnya secara bersamaan.
c. Quality of life approach, pendekatan ini melihat bahwa kualitas sosial dalam masyarakat dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas ekonomi dan hubungan sosial mereka. Kualitas sosial ini memiliki empat karakteristik, yaitu kestabilan ekonomi, keterbukaan hubungan sosial, perluasan kohesi sosial dan kebebasan individu.
d. Acces to right approach, yang melihat bahwa dengan menganalisa kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan hak-hak mereka maka dapat dilihat apakah kohesi sosial dapat tercipta. Contohnya dapat dilihat dari sistem  informasi dan komunikasi sera penanganan keuangan dan sumber daya manusia.

C. Dimensi Kohesi Sosial

Kohesi sosial dapat dibagi menjadi sedikitnya enam berhubungan dimensi teori dan sosial di antaranya,
1. Rasa Memiliki, menjadi tingkat di mana anggota individu merasakan seolah-olah mereka adalah suatu bagian penting dari masyarakat atau kelompok.
2. Rasa Moral, mengacu pada tingkat di mana anggota suatu masyarakat atau kelompok bahagia dan bangga menjadi anggota.
3. Kepercayaan Masyarakat, kepercayaan dianggap sebagai perekat yang menyatukan kelompok masyarakat bersama dan membuat tindakan yang saling mempertahankan pekerjaan bersama.
4. Konsensus Tujuan, adalah seberapa persen anggota masyarakat setuju terhadap pentingnya setiap masalah.
5. Jaringan Kohesi, dalam  jaringan yang dibatasi dengan kohesi internal yang lebih tinggi, pada umumnya digambarkan dengan menghubungkan kepadatan dari  mata rantai pertukaran informasi antar anggotanya.
6. Norma-norma Sosial, norma-norma sosial kelompok adalah kepercayaan masyarakat tentang perilaku dan sikap yang normal, bisa diterima di dalam konteks sosial tertentu. Dimensi norma-norma sosial tersebut mencakup di antaranya,
a. Norma-norma pada keikutsertaan
b. Norma-norma tentang kepemimpinan, dan
c. Norma-norma tentang program yang spesifik
 

Dari berbagai sumber

Download

Penjelasan Konsep Kohesi Sosial di Media Sosial: 

https://youtu.be/M0auPGuwNbg?si=7JAi7S0XgkkAiZvY

https://www.instagram.com/p/C8LpnX5xc1F/

https://www.tiktok.com/@sosiologisman1cibeber/video/7380340672504532225

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment