Pengertian Erosi, Faktor Penyebab, Jenis, dan Dampaknya
Erosi |
A. Pengertian Erosi
Erosi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hal menjadi aus (berlubang) karena geseran air (tentang batu); pengikisan permukaan bumi oleh tenaga yang melibatkan pengangkatan benda-benda, seperti air mengalir, es, angin, dan gelombang atau arus; pengikisan; penyusutan; penipisan. Istilah Erosi berasal dari bahasa Latin erosionem yang memiliki arti menggerogoti. Secara umum erosi melibatkan tiga proses yaitu pelepasan/ detachment, transformasi, dan pengendapan.
Demikian erosi adalah suatu peristiwa yang terjadi secara alami oleh pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi oleh angin, air atau es, pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang atau pertumbuhan akar tanaman yang mengakibatkan retakan tanah dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi yang terjadi dapat membentuk banyak penampakan alam menarik seperti puncak gunung, lembah dan garis pantai.
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi/ pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya.
Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktik konservasi ladang dan penanaman pohon.
Erosi Menurut Para Ahli
1. Hardjowigeno (1995), erosi adalah suatu proses di mana tanah dihancurkan dan kemudian dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, sungai atau gravitasi.
2. Suripin (2002), erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin.
3. Arsyad (2012), erosi adalah proses hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang terangkut oleh air atau angin ke tempat lain.
4. Effendi (2006), erosi adalah suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari satu tempat ke tempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air, angin, dan es.
5. Kartasapoetra (2010), erosi merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan angin baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan/perbuatan manusia.
B. Faktor Penyebab Erosi
Terjadinya erosi dapat disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor alam dan faktor non alam. Faktor alam adalah faktor yang sudah ada di alam seperti iklim, vegetasi, karakteristik tanah, penggunaan lahan, dan topografi. Sedangkan faktor non alam adalah faktor yang disebabkan oleh adanya campur tangan manusia.
1. Faktor Iklim
Intensitas hujan yang cukup tinggi akan menimbulkan erosi. Tetesan butiran-butiran hujan yang jatuh ke atas tanah mengakibatkan pecahnya agregat-agregat tanah yang diakibatkan oleh tetesan butiran hujan yang memiliki energi kinetik yang cukup besar. Jumlah hujan yang besar tidak selalu menyebabkan erosi berat jika intensitasnya rendah, dan sebaliknya hujan lebat dalam waktu singkat dapat menyebabkan sedikit erosi karena jumlah hujan hanya sedikit. Jika jumlah dan intensitas hujan keduanya tinggi, maka erosi tanah yang terjadi cenderung tinggi.
2. Topografi
Unsur topografi yang mempengaruhi erosi adalah kemiringan lereng dan panjang lereng. Makin besar kemiringan lereng, intensitas erosi air makin tinggi. Hal ini berkaitan dengan energi kinetik aliran limpas yang semakin besar sejalan dengan semakin besar kemiringan lereng. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah kepekaan tanah atau erodibilitas tanah. Nilai erosi akan semakin besar dengan semakin besarnya nilai erodibilitas suatu tanah.
3. Vegetasi
Vegetasi merupakan lapisan pelindung atau penyangga antara atmosfer dan tanah. Suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi. Penebangan hutan (pepohonan) secara serentak atau tebang habis mengakibatkan kerusakan tanah khususnya di lapisan permukaan dengan ditandai antara lain penurunan kadar bahan organik, penurunan laju infiltrasi dan penurunan jumlah ruangan pori makro.
4. Tanah
Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa kemunduran sifat-sifat kimia dan fisika tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan organik, dan meningkatnya kepadatan serta ketahanan penetrasi tanah, menurunnya kapasitas infiltrasi tanah serta kemampuan tanah menahan air.
5. Manusia
Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan perubahan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi, misalnya perubahan penutupan tanah akibat penggundulan atau pembabatan hutan untuk pemukiman, lahan pertanian, atau gembalaan. Perubahan topografi secara mikro akibat penerapan terasering, penggemburan tanah dengan pengolahan, serta pemakaian stabiliter dan pupuk yang berpengaruh pada struktur tanah.
C. Jenis Erosi
1. Erosi Air Sungai
Erosi air sungai terjadi akibat volume air sungai yang mengalir sangat cepat akibat debit air yang besar serta terdapat berbagai benda-benda padat dalam aliran sungai. Aliran air ini akan menyebabkan pengikisan hulu dan akhirnya membentuk lembah-lembah, sungai, ngarai, dan jurang-jurang yang dalam.
2. Erosi Air Laut atau Abrasi
Erosi air laut adalah proses erosi yang disebabkan karena ombak laut yang menghantam tebing-tebing di pantai secara terus menerus dan menyebabkan kerusakan. Kerusakan pada tebing-tebing pantai ini yang kemudian dikenal sebagai abrasi. Abrasi juga dapat disebabkan oleh es yang berada di kutub mencair dan menyebabkan kenaikan permukaan pada air laut. Sehingga daerah yang memiliki permukaan lebih rendah akan mengalami pengikisan.
3. Erosi Es (gletser)
Erosi es atau gletser adalah pengikisan yang terjadi karena tumpukan es yang bergerak perlahan ke bawah dan kemudian mengikis lembah-lembah yang berada di pegunungan. Arus es yang mengalir inilah yang dikenal sebagai gletser. Karena erosi disebabkan tenaga es, maka proses erosi es ini dikenal pula sebagai exarasi dan hasil endapan yang diendapkan merupakan moraine. Akibat yang ditimbulkan dari erosi gletser adalah timbulnya bentang alam yaitu fyord, yang merupakan wilayah pantai yang menjorok lebih ke wilayah daratan.
4. Erosi Angin
Erosi yang disebabkan oleh angin disebut dengan proses korasi. Biasanya korasi terjadi di daerah-daerah dengan cuaca yang kering, misalnya wilayah gurun pasir. Korasi menyebabkan kerusakan bentang alam berupa wilayah yang diterpa angin akan membentuk bukit pasir dan batu jamur.
5. Erosi Permukaan / Erosi Lembar
Dikenal pula sebagai sheet erosion, jenis erosi ini terjadi karena pemecahan partikel tanah yang ada di lapisan tanah yang seragam sehingga menyebabkan kenampakan yang seragam pula. Erosi ini terjadi ketika lapisan paling atas permukaan tanah hilang dan menyebabkan tanah menjadi tandus karena lapisan humus yang berpengaruh pada kesuburan tanah berkurang.
6. Erosi Percik atau Splash Erosion
Erosi percik merupakan jenis proses pengikisan yang berbentuk percikan tanah yang halus dan terjadi diakibatkan tetesan air hujan saat memercikkan batuan dan tanah. Jenis erosi ini bisa menyebabkan material ataupun tanah mengalami pelapukan dan sangat mudah hancur.
7. Erosi Alur atau Rill Erosion
Jenis erosi ini terjadi akibat pengikisan tanah sehingga menimbulkan alur-alur searah dengan kemiringan lereng. Alur-alur yang dihasilkan pada umumnya mempunyai kedalaman hingga 30 cm dengan lebar kurang dari 50 cm. Erosi alur sangat mudah dikenali, dikarenakan bentuk penampakan yang memang seperti alur dan berada di lereng-lereng pegunungan. Selain itu, jenis erosi ini juga sering terjadi pada tanah-tanah yang baru diolah.
8. Erosi Parit
Erosi parit merupakan proses erosi yang disebabkan karena aliran air yang sangat kuat. Karena begitu kuatnya, sehingga menyebabkan lereng-lereng yang terkena akan berbentuk seperti parit U atau V. Erosi parit adalah bentuk lanjutan dari jenis erosi alur. Pengikisan parit ini menghasilkan alur-alur yang memiliki kedalaman lebih dari 30 cm dengan lebar lebih dari 50 cm.
9. Erosi Tebing Sungai
Jenis erosi ini terjadi saat lembah sungai menjadi bertambah lebar dikarenakan pengikisan pada area dinding sungai. Umumnya terkikisnya tebing sungai terjadi di bagian hilir sungai.
10. Erosi Air Terjun atau Waterfall erosion
Erosi air terjun terjadi karena tenaga air terjun yang menyebabkan pengikisan. Umumnya bentuk erosi air terjun ini adalah vertikal, sedangkan untuk posisi ataupun letak air terjun akan mengalami pergerakan ke belakang menuju arah hulu sungai sedikit demi sedikit. Hal tersebut menyebabkan pengikisan di sekitar air terjun juga dikenal sebagai erosi mudik.
11. Erosi Gravitasi
Meskipun erosi gravitasi merupakan jenis pengikisan yang tidak umum seperti halnya erosi air. Erosi ini bisa menyebabkan kerusakan yang cukup besar pada alam serta pada struktur-struktur buatan manusia.
Erosi gravitasi adalah gerakan massa tanah yang disebabkan oleh gaya gravitasi, contohnya adalah tanah longsor.
Sementara menurut Asdak (2010), terdapat beberapa jenis erosi di antaranya,
1. Erosi Percikan (Splash erosion), adalah proses terkelupasnya partikel-partikel tanah bagian atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai air lolos.
2. Erosi Kulit (Shet Erosion), adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis permukaan tanah di daerah berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan air larian (runoff).
3. Erosi Alur (rill erosion), adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air.
4. Erosi Parit (gully erosion), adalah sama dengan erosi alur, sehingga pada mulanya erosi parit ini dianggap sebagai kelanjutan dari erosi alur. Proses terjadinya erosi parit dikarenakan awal mulanya pembentukan depresi pada lereng sebagai akibat adanya bagian lahan atau tanaman penutupnya jarang akibat dari pembakaran atau perumputan.
5. Erosi Tebing Sungai (streambank erosion), adalah pengikisan tanah pada tebing-tebing sungai-sungai dan penggerusan dasar sungai oleh aliran air sungai.
6. Erosi Internal Sungai (Internal or subsurfacace erosion), adalah proses terangkutnya partikel-partikel tanah ke bawah masuk celah-celah atau pori-pori akibat adanya aliran bawah permukaan. Akibat erosi ini tanah menjadi kedap air dan udara, sehingga menurunkan kapasitas infiltrasi dan meningkatkan aliran permukaan atau erosi alur.
7. Tanah Longsor (land slide), merupakan bentuk erosi di mana pengangkutan atau gerakan masa tanah terjadi pada suatu saat dalam volume yang relatif besar. Berbeda dengan jenis erosi yang lain, pada tanah longsor pengangkutan tanah terjadi sekaligus dalam jumlah yang besar.
D. Dampak Erosi
Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai.
Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran jalur pelayaran. Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.
Dari berbagai sumber
Post a Comment