Pengertian Pemetaan Konflik, Fungsi, Tujuan, dan Tekniknya

Table of Contents
Pengertian Pemetaan Konflik
Pemetaan Konflik

A. Pengertian Pemetaan Konflik

Pemetaan konflik adalah salah satu teknik yang dipakai untuk merepresentasikan konflik dalam bentuk gambar (grafis) dengan menempatkan para pihak yang terlibat dalam konflik baik dalam hubungannya dengan masalah maupun antar para pihak sendiri. Ketika orang dengan titik pandang yang berbeda memetakan situasi mereka bersama-sama, mereka belajar tentang pengalaman dan persepsi orang lain.

Melalui teknik ini, konflik yang sudah dinarasikan tetapi masih sangat abstrak gambarannya dapat dengan mudah untuk diketahui dan dibaca. Teknik ini merupakan peminjaman dari teknik dalam membaca serta memahami suatu wilayah yang sangat luas dan kompleks dengan melalui gambar peta wilayah.

Pemetaan Konflik Menurut Para Ahli
Fisher, pemetaan konflik memberi gambaran awal mengenai berbagai sikap, perilaku dan situasi yang berkembang dalam dinamika konflik. Pemetaan konflik ini meliputi pemetaan pihak berkonflik dan berbagai aspirasi dari pihak-pihak yang ada. Pemetaan merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menggambarkan konflik secara grafis, menghubungkan pihak-pihak dengan masalah dan dengan pihak lainnya.

Ketika masyarakat yang memiliki sudut pandang berbeda memetakan situasi mereka secara bersama, mereka saling mempelajari pengalaman dan pandangan masing-masing. Sementara menurut Miall, Romsbotham dan Wood memetakan konflik berdasarkan pihak-pihak yang terkait konflik dan persoalan-persoalan terkait pula.

B. Fungsi Pemetaan Konflik

Melalui pemetaan konflik maka dapat diketahui secara lebih mudah dan akurat hal-hal sebagai berikut di antaranya,
1. Identitas para pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam konflik
2. Jenis relasi para pihak yang terlibat dalam konflik
3. Berbagai kepentingan yang terlibat dalam konflik
4. Berbagai isu yang terlibat dalam konflik
5. Pihak yang dapat didorong dalam melakukan resolusi konflik

C. Tujuan Pemetaan Konflik

Adapun pemetaan konflik itu memiliki beberapa tujuan di antaranya,
1. Memahami situasi konflik secara lebih baik, dengan menghadirkan hal-hal yang terkait dengan konflik, seperti para pihak yang terlibat dalam konflik (baik pihak utama maupun pihak di lingkar berikutnya (termasuk pihak ketiga yang berusaha menangani konflik), bagaimana relasi antara para pihak tersebut, apa yang menjadi isu yang dikonflikan, mana atau siapa dari para pihak itu yang memiliki potensi lebih besar untuk menyelesaikan konflik, dll.
2. Melihat dengan lebih jelas hubungan antara para pihak yang terlibat atau terkait, baik langsung maupun tidak langsung dalam konflik, bahkan di mana posisi kita (pihak ketiga) yang berusaha untuk melakukan mediasi berada, dll. Karena keadaan dan sifat hubungan antara para pihak yang terlibat dalam konflik itu beragam, maka pembacaan terhadap hubungan tersebut melalui visualisasi simbol akan mudah ditangkap dan diingat dibandingkan bila hanya diterangkan secara naratif.
3. Mengklarifikasi di mana kekuatan (utama) itu terletak. Maksudnya, dengan terpetakannya para pihak dan hubungan antara mereka dalam peta konflik, maka secara mudah pula diketahui kekuatan masing-masing pihak di dalam mempengaruhi (baik positif maupun negatif) terhadap keadaan dan perkembangan konflik.
4. Mengecek sendiri keseimbangan aktivitas atau kontak seseorang. Melalui peta konflik yang menghadirkan juga bagaimana hubungan antara para pihak yang terlibat dalam konflik, maka frekuensi dan intensitas komunikasi dan aktivitas antar para pihak (termasuk pihak ketiga yang menangani konflik) dapat dipantau. Hal ini akan membantu juga bagi pihak ketiga untuk menemukan celah dan jalur yang dapat dilalui dan digunakan secara tepat untuk memaksimalkan usaha pengambilan tindakan dalam penanganan konflik dari sudut lalu lintas hubungan antar para pihak yang berkonflik tersebut.
5. Melihat di mana sekutu atau aliansi atau sekutu potensial berada. Tergambarkannya bagaimana sifat dan keadaan hubungan antar para pihak yang terlibat dalam konflik, secara otomatis akan mempermudah pemetakan para pihak dalam kelompok-kelompok atau kategori-kategori tertentu.
6. Mengidentifikasi pembukaan untuk intervensi atau pengambilan tindakan. Kapan waktu untuk melakukan intervensi dan dari mana intervensi itu dilakukan juga akan dapat diketahui dengan lebih simpel melalui peta konflik ini.
7. Mengevaluasi apa yang telah dilakukan. Segala hal yang telah dilakukan oleh pihak yang menangani konflik menyangkut konflik yang ditanganinya juga akan terpantau lewat simbol yang diberikan dalam peta konflik. Dengan demikian evaluasinya juga dapat dilakukan dengan tepat.

D. Teknik Pemetaan Konflik

Wehr dan Bartos dalam Susan (2009) mengemukakan teknik pemetaan konflik di antaranya,
1. Specify the context. Langkah pertama, seseorang yang melakukan pemetaan konflik harus menelusuri informasi mengenai sejarah konflik dan bentuk fisik dan tata organisasi yang berkonflik. Konflik bisa berada pada berbagai konteks seperti, politik negara, keluarga, perusahaan, dan komunitas etnis serta agama.
2. Identify the parties. Dalam hal ini seorang pemeta konflik harus mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait konflik. Ada pihak utama dan pihak sekunder. Pihak utama adalah mereka yang menggunakan tindakan koersif dan memiliki arah kepentingan dari hasil konflik. Sedangkan pihak sekunder merupakan pihak yang memiliki kepentingan tidak langsung terhadap hasil konflik.
3. Separates causes from consequences. Pada tahap ini, seorang pemeta konflik harus memisahkan apa yang menjadi sebab akar konflik dan akibat-akibat sampingan dari konflik. Contoh, sebab konflik suami-istri adalah masalah ekonomi.
4. Separate goals from interest goals. Tahap ini menghendaki agar dilakukan pemisahan tujuan dan kepentingan konflik, misalnya pada kasus Aceh, Pemerintah Indonesia meminta agar GAM meletakkan senjata agar tidak perlu ada kekerasan. Sementara GAM berharap agar setelah konflik maka GAM bisa merdeka.
5. Undestand the dynamics. Dalam hal ini, harus dipahami betul tentang dinamika konflik yang mencakup situasi-situasi sebagai bentukan dari berbagai model tindak para pihak yang berkonflik.
6. Search for positive functions. Pada tahap ini, perlu ditemukan bentuk-bentuk perilaku yang bisa mengarah pada penyelesaian konflik.
7. Understand the regulation potentials. Hal ini terkait dengan potensi-potensi hukum yang ada di mana regulasi tersebut bisa mengintervensi atau mengawasi proses konflik.

Melengkapi teknik-teknik pemetaan ini, adalah penting untuk memperhatikan teknik pemetaan konflik multidisipliner yang dikenal dengan singkatan SIPABIO (Amr Abdalla, 2002 dalam Susan, 2009) di antaranya,
1. Source (sumber koflik).
2. Issues (isu-isu).
3. Parties (pihak-pihak yang berkonflik).
4. Attitude/feelings (sikap; perasaan dan persepsi).
5. Behavior (perilaku/tindakan).
6. Intervention (intervensi/campur tangan pihak lain).
7. Outcome (hasil akhir/dampak dari konflik).
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment