Pengertian Konflik Vertikal, Penyebab, dan Contohnya

Table of Contents
Pengertian Konflik Vertikal
Konflik Vertikal

A. Pengertian Konflik Vertikal

Konflik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah percekcokan; perselisihan; pertentangan. Sementara vertikal dalam KBBI adalah garis tegak lurus dari bawah ke atas atau kebalikannya. Demikian, konflik vertikal merupakan konflik yang terjadi antara individu atau kelompok yang memiliki perbedaan strata atau tingkatan dalam masyarakat.

Dengan kata lain Konflik vertikal merupakan konflik antara individu atau lembaga yang memiliki perbedaan status, baik sosial maupun politik. Artinya, dalam berkonflik, terdapat pihak yang lebih kuat secara status dan ada pula pihak yang lebih lemah. Konflik ini banyak terjadi antara pemerintah dengan masyarakat ataupun konflik antara perusahaan dengan tenaga kerja di suatu perusahaan.

Konflik jenis ini biasanya lebih sulit untuk diselesaikan dan lebih kompleks. Perbedaan kekuatan sering menyebabkan terjadinya ketimpangan dalam resolusi konflik yang terjadi. Sering kali, satu pihak diuntungkan sedangkan pihak lainnya dirugikan. Dengannya, penanganan konflik vertikal biasanya perlu waktu yang lama dengan bantuan badan independen.

B. Penyebab Konflik Vertikal

Umumnya, konflik vertikal terjadi karena adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan yang berlaku. Di mana salah satu pihak aktif melawan regulasi yang ada sedangkan pihak lainnya berupaya untuk menegakkan regulasi tersebut.

Selain itu, konflik vertikal juga dapat disebabkan oleh ketidakpuasan terhadap kepemimpinan yang sedang berjalan. Di mana satu pihak berusaha untuk mengubah pola kekuatan dan menggantikan kekuasaan, sementara pihak lainnya berusaha untuk menjaga status quo.

Salah satu jenis konflik vertikal adalah konflik yang terjadi di antara pemerintah dengan masyarakat. Artinya terdapat perbedaan tingkatan status dalam konflik vertikal. Misalnya menyangkut masalah penggusuran lahan untuk proyek tertentu. Konflik ini biasanya terjadi karena ketidakpuasan dan ketidakadilan pemerintah/pemangku kebijakan terhadap masyarakat bawah.

C. Contoh Konflik Vertikal

1. Konflik Pembebasan Lahan oleh Pemerintah
Konflik lahan merupakan salah satu bentuk konflik yang paling sering terjadi di Indonesia. Hal ini kerap terjadi karena ada perbedaan pemahaman mengenai siapa yang memiliki suatu lahan. Sering kali, masyarakat desa merasa bahwa lahan ini milik mereka, namun dalam pendataan negara, ditemukan bahwa lahan tersebut milik negara. Hal ini dapat menimbulkan konflik vertikal antara masyarakat desa dengan pemerintahan desa serta pemerintahan daerah. Selain itu, sering pula terjadi penyalahgunaan lahan oleh masyarakat di mana penggunaan lahan tersebut tidak sesuai dengan mandat rencana tata ruang. Hal ini juga akan menyebabkan konflik antara masyarakat dengan pemerintah daerah dan bappeda/bappenas.

2. Konflik Eksploitasi Sumber Daya Alam oleh Perusahaan
Konflik memperebutkan sumber daya alam sering kali terjadi antara masyarakat lokal dengan perusahaan yang mengolah sumber daya tersebut. Hal ini kerap terjadi karena ada kesalahpahaman mengenai bagaimana sumber daya alam tersebut dikelola dan dieksploitasi. Contoh yang paling sering terjadi adalah konflik antara desa-desa yang berlokasi dekat dengan hutan dengan perusahaan sawit yang sedang menggarap hutan tersebut. Hal ini terjadi karena eksploitasi sawit umumnya merusak lingkungan sekitarnya.
 
3. Konflik Antara Pendemo dengan Pemerintah
Ketika masyarakat tidak setuju atau tidak puas dengan performa pemerintah, mereka umumnya melaksanakan demonstrasi. Di sini muncul konflik vertikal, antara elemen-elemen masyarakat dengan pemerintah yang memiliki kedudukan kekuatan lebih tinggi. Karena perbedaan tingkat kekuatan tersebut, kerap terjadi penyelesaian konflik yang tidak berimbang. Hal ini umumnya dilihat dalam bentuk represi terhadap para pendemo ataupun tindakan-tindakan lainnya dari aparat.
 
4. Tragedi  Penembakan Mahasiswa Trisakti 1998
Sebelum dimulainya masa reformasi, terjadilah sebuah kerusuhan yang sangat fenomenal di tahun 1998. Penyebab dari kerusuhan ini adalah tragedi penembakan mahasiswa Trisakti oleh aparat yang berwenang saat sedang menggelar aksi unjuk rasa. Konflik kemudian berlanjut antara pemerintah dan masyarakat yang berbuntut turunnya Presiden Soeharto setelah menjabat selama 32 tahun sebagai presiden RI.

Konflik ini termasuk konflik vertikal. Alasan mendasar penggolongan ini adalah konflik ini terjadi antara dua pihak yang memiliki kelas yang berbeda yaitu masyarakat biasa dengan pemerintah sebagai pemegang kekuasaan di suatu negara. Konflik ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi aparat penegak hukum karena pelaku utama penembakan mahasiswa yang berujung konflik, masih belum dapat ditemukan hingga saat ini. Konflik ini juga termasuk pelanggaran HAM di Indonesia.

5. Kasus Gerakan Aceh Merdeka
Gerakan Aceh Merdeka atau lebih dikenal dengan GAM adalah sebuah kelompok separatis yang ingin berpisah dari NKRI. Gerakan ini muncul karena adanya ketidakpuasan akan sistem pemerintahan pusat ditambah adanya provokasi pihak lain. Konflik ini baru mereda di tahun 2006, setelah terjadi tsunami besar di Aceh. Konflik ini bisa digolongkan sebagai konflik vertikal karena pihak yang bertikai adalah kelompok masyarakat tertentu dengan pemerintah NKRI. Kasus OPM (Operasi Papua Merdeka)

Serupa dengan kasus di atas, di Papua terdapat pula gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari NKRI. Hal in tentu memicu konflik antara pemerintah pusat dengan kelompok ini karena kelompok ini dianggap membahayakan keutuhan NKRI. Konflik ini pun termasuk konflik vertikal karena kedua pihak yang bertikai memiliki perbedaan tingkatan, gerakan OPM adalah kelompok masyarakat biasa sedangkan pemerintah memiliki kekuasaan untuk menentukan sesuatu.

6. Konflik Buruh dan Pengusaha
Konflik antara pekerja dan pemilik perusahaan sangat sering terjadi, meskipun termasuk dalam konflik yang bermotifkan ekonomi namun berimbas pula pada kehidupan sosial. Beberapa yang sering terjadi adalah konflik upah antara buruh dengan pengusaha. Buruh menuntut hak upah yang lebih tinggi sedangkan pengusaha biasanya menghendaki sebaliknya. Hal ini dapat menimbulkan konflik vertikal. Hal ini dikarenakan buruh biasanya memiliki tingkatan di bawah pemilik perusahaan baik dalam hal tingkatan ekonomi maupun sosial. Beberapa konflik buruh pengusaha yang pernah terjadi di Indonesia di antaranya,
a. Konflik buruh dengan PT Megariamas
b. Konflik buruh dengan PT Smelting Gresik
c. Konflik buruh dengan PT Tjiwi Kimia Sidoarjo
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment