Pengertian Konflik Horizontal, Penyebab, dan Contohnya

Table of Contents
Pengertian Konflik Horizontal
Konflik Horizontal

A. Pengertian Konflik Horizontal

Konflik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah percekcokan; perselisihan; pertentangan. Sementara horizontal dalam KBBI adalah terletak pada garis atau bidang yang sejajar dengan horizon atau garis datar; mendatar. Demikian, konflik horizontal merupakan terminologi konflik yang terjadi antar individu atau kelompok organisasi yang memiliki kedudukan yang sama atau setara.

Konflik tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari kurangnya komunikasi dua pihak yang setara, benturan persepsi yang ada di antara dua pihak yang setara yang dapat berupa benturan pendapat, dan atau faktor yang paling penting yaitu perbedaan yang jelas atau mencolok. Karena tidak ada perbedaan kekuasaan dan semuanya memiliki kedudukan yang sama, maka biasanya penyelesaiannya juga berimbang.

Namun, karena kedudukannya sama, sering terjadi deadlock antar pemangku kepentingan, sehingga permasalahan sulit untuk diselesaikan. Jika sudah terjadi deadlock, maka dibutuhkan intervensi dari pihak ketiga untuk menyelesaikan permasalahan ini. Pihak ketiga ini bisa berupa kelompok lain yang kedudukannya sama, ataupun kelompok yang memiliki kedudukan lebih tinggi.

B. Penyebab Konflik Horizontal

Umumnya, konflik horizontal ini disebabkan oleh perbedaan keputusan dan pandangan antar individu. Namun, sering kali perbedaan-perbedaan kecil ini ter-eskalasi menjadi hal yang lebih besar. Salah satu penyebab konflik membesar adalah seberapa besar kebebasan di masyarakat itu (Haris,2005). Selain itu, sentimen SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan) diyakini dapat membuat suatu konflik horizontal yang skalanya kecil berkembang menjadi konflik horizontal skala besar.

Hal ini juga diperkuat oleh faktor masyarakat yang cenderung mempunyai sifat "sumbu pendek" atau mudah terpancing emosinya. Pendeknya sumbu ini mengalangi akal sehat dan kesabaran untuk berpikir menghargai perbedaan. Hal-hal kecil dengan cepat meledak jika pelakunya berbeda dari sisi SARA, sementara hal-hal yang lebih besar akan mudah diterima jika pelakunya dari kelompok yang sama (Riyanta, 2016). Selain faktor SARA, konflik dengan mudah membesar jika masalah dibumbui oleh kesenjangan-kesenjangan seperti ekonomi. Pihak yang merasa marjinal atau yang mempunyai banyak massa akan dengan mudah sakit hati, dan cepat tersulut sehingga kerusuhan meledak.

Otonomi daerah dan ketidakcakapan pemimpin bisa menjadi salah satu pemicu konflik horizontal. Pemimpin daerah yang cenderung menjadi raja-raja kecil di daerah akan memunculkan rasa kedaerahan/kesukuan yang kuat dan kurang menghargai negara sebagai entitas utama yang harus dijunjung tinggi.

Penyebab lain Konflik/kerusuhan membesar adalah lemahnya aparat keamanan untuk melakukan deteksi dini dan pencegahan dini potensi konflik. Tidak berwibawanya aparat keamanan di lapangan membuat pelaku konflik merasa negara tidak hadir dan hukum tidak ada. Apapun akan mereka lakukan demi meluapkan amarah, emosi, dan sentimen perbedaan yang mereka miliki.

Selain itu, terutama pada saat pemilihan umum, kampanye hitam diyakini dapat menjadi sumber konflik horizontal. Sebagai contoh adalah konflik horizontal yang terjadi terutama di warganet ketika Pemilihan umum legislatif Indonesia tahun 2014, Pemilihan umum presiden Indonesia 2014 serta Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 di dalam negeri. Di luar negeri, terutama di Amerika Serikat, konflik horizontal yang dipicu pemilu terjadi setelah Pemilihan umum Presiden Amerika Serikat 2016. Hal ini terlihat dari konflik yang terjadi di Charlottesville, Virginia pada Agustus 2017.

Faktor adanya kelompok kepentingan atau vested interest juga diyakini dapat membuat konflik horizontal semakin membesar. Hal ini dapat terlihat ketika konflik yang terjadi di Maluku terutama di Kota Ambon pada akhir 1990-an.

C. Contoh Konflik Horizontal

1. Kasus Kerusuhan di Poso
Poso adalah sebuah daerah di Sulawesi Tengah. Konflik yang terjadi di Poso merupakan salah satu konflik multi etnik terbesar yang terjadi di Indonesia. Konflik ini merupakan konflik horizontal di mana pihak yang bertikai memiliki status yang sama dalam masyarakat. Kedua pihak merupakan warga masyarakat dalam dua kelompok yang berbeda. Penyebab dari kerusuhan Poso adalah ketegangan antara pendatang muslim Bugis dengan etnis Protestan yang kemudian meluas menjadi konflik agama. Konflik ini memerlukan bantuan langsung dari pemerintah Indonesia untuk menyelesaikannya melalui Deklarasi Malino.

2. Kasus Sampit di Kalimantan Tengah
Konflik Sampit merupakan konflik multi etnis yang terjadi antara suku Madura (transmigran) dengan suku Dayak asli. Konflik ini termasuk konflik horizontal karena kelompok yang bertikai memiliki kesetaraan dalam masyarakat. Berbagai spekulasi muncul akan penyebab dari konflik ini. Konflik Sampit membutuhkan bantuan dari berbagai pihak karena banyaknya korban yang berjatuhan selama konflik terjadi.

3. Kerusuhan Ambon 2011
Contoh bentuk konflik horizontal lainnya adalah konflik di Ambon tahun 2011. Konflik ini terjadi antara warga masyarakat karena suatu peristiwa kecelakaan. Pemerintah kota Ambon pun harus turut serta menyelesaikan konflik yang terjadi dengan menyediakan personel kepolisian untuk membuat keadaan lebih kondusif.

4. Tawuran antar Pelajar
Kejadian ini sangat sering terjadi di masyarakat. Beberapa sekolah menengah di ibu kota pun sudah menjadi pelaku rutin dalam konflik ini. Banyak sekali hal yang menjadi penyebab munculnya konflik ini. Tawuran termasuk salah satu contoh konflik horizontal karena pelaku yang terlibat adalah kelompok siswa yang memiliki status yang sama dalam masyarakat.

5. Konflik Antara Suporter Sepakbola
Konflik suporter sepakbola ini merupakan salah satu konflik horizontal yang sangat sering terjadi di kehidupan sehari-hari. Hal ini umumnya terjadi ketika ada suatu pihak yang terprovokasi karena tindakan suporter atau tim lawan. Selain itu, sering juga suporter sepak bola tidak menerima bahwa tim jagoannya kalah dalam suatu pertandingan. Hal ini dapat menyebabkan mereka melakukan aksi anarkis untuk melampiaskan kekesalannya. Di sini, konflik terjadi antara kelompok masyarakat sekitar dengan suporter sepakbola, atau justru antar suporter sepakbola.

6. Konflik Antar Kampung
Konflik antar kampung juga sering terjadi, umumnya mengenai batas-batas kampung ataupun alokasi air irigasi dan sumber daya lainnya yang tersedia secara bebas. Hal ini kerap disebabkan oleh skema pendataan dan delineasi desa yang kurang jelas dari pemerintah Indonesia. Selain itu, Indonesia yang sangat kaya akan sumber daya alam juga kerap menimbulkan perebutan sumber daya tersebut antar penduduknya sendiri.

7. Konflik antara Israel dan Palestina
Konflik ini termasuk konflik yang sulit untuk diselesaikan. Konflik kedua negara ini terjadi karena perebutan wilayah negara dan alasan politik lainnya. Banyak sekali korban berjatuhan dalam konflik ini dan negara lain serta PBB sudah mencoba untuk membantu menyelesaikan konflik ini namun belum ada hasilnya hingga saat ini. Konflik ini termasuk konflik horizontal karena keduanya termasuk negara yang memiliki kedaulatan yang sama. 
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment