Pengertian Kemarahan, Jenis, dan Dampaknya
Kemarahan |
A. Pengertian Kemarahan
Marah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti sangat tidak senang (karena dihina, diperlakukan tidak sepantasnya, dan sebagainya); berang; gusar. Sementara kemarahan dalam KBBI adalah hal (keadaan) marah; kegusaran; keberangan: meletup -nya karena dihina secara keji. Demikian kemarahan, berasal dari kata marah yang dalam bahasa Inggris: wrath, anger; bahasa Latin: ira.
Kemarahan adalah suatu emosi yang secara fisik mengakibatkan antara lain peningkatan denyut jantung, tekanan darah, serta tingkat adrenalin dan noradrenalin. Rasa marah menjadi suatu perasaan yang dominan secara perilaku, kognitif, maupun fisiologi saat seseorang membuat pilihan sadar untuk mengambil tindakan untuk menghentikan secara langsung ancaman dari pihak luar.
Marah merupakan bagian dari emosi yang universal. Manusia tidak mungkin tidak pernah marah. Kemarahan biasanya muncul dari banyak hal, misalnya kecewa, frustasi, atau terganggu. Ekspresi luar dari kemarahan dapat ditemukan dalam bentuk raut muka, bahasa tubuh, respons psikologis, dan kadang-kadang tindakan agresi publik. Manusia dan hewan lain sebagai contoh dapat mengeluarkan suara keras, upaya untuk tampak lebih besar secara fisik, memamerkan gigi mereka, atau melotot.
Marah adalah suatu pola perilaku yang dirancang untuk memperingatkan pengganggu untuk menghentikan perilaku mengancam mereka. Kontak fisik jarang terjadi tanpa ekspresi kemarahan paling tidak oleh salah seorang partisipan. Meskipun sebagian besar pelaku menjelaskan bahwa rasa marah timbul karena "apa yang telah terjadi pada mereka," ahli psikologi menunjukkan bahwa orang yang marah sangat mungkin melakukan kesalahan karena kemarahan menyebabkan kehilangan kemampuan pengendalian diri dan penilaian objektif.
Kemarahan Menurut Para Ahli
1. Ilmu Psikologi, marah yaitu perubahan dalam diri atau emosi yang dibawa oleh kekuatan dan rasa dendam demi menghilangkan gemuruh di dalam dada, hingga mereka berkata dalam definisinya: kemarahan yang teramat sangat.
2. C.P. Chaplin, marah adalah reaksi emosional akut ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang merangsang, termasuk ancaman, agresi lahiriah, pengekangan diri, serangan lisan, kekecewaan, atau frustrasi, dan dicirikan oleh reaksi kuat pada sistem syaraf otonomik, khususnya oleh reaksi darurat pada bagian simpatetik; dan secara implisit disebabkan oleh reaksi serangan lahiriah, baik yang bersifat somatis atau jasmaniah maupun yang verbal atau lisan.
3. al-Jurjani yang dikutip Yadi Purwanto dan Rachmat Mulyono, marah adalah perbuatan yang terjadi pada waktu mendidihnya darah di dalam hati untuk memperoleh kepuasan apa yang terdapat di dalam dada.
4. Muhammad Utsman Najati, marah adalah emosi alamiah yang akan timbul manakala pemuasan salah satu motif dasar mengalami kendala. Apabila ada kendala yang menghalangi manusia atau hewan untuk meraih tujuan tertentu dalam upaya memuaskan salah satu motif dasarnya, maka ia akan marah, berontak, dan melawan kendala tersebut. Ia juga akan berjuang untuk mengatasi dan menyingkirkan kendala tersebut hingga ia bisa mencapai tujuan dan pemuasan motifnya.
5. Mawardi Labay El-Sulthani, marah adalah suatu luapan emosi yang meledak-ledak dari dalam diri yang dilampiaskan menjadi suatu perbuatan untuk membalas kepada orang yang menyebabkan marah.
B. Jenis Kemarahan
Terdapat 10 jenis kemarahan yang umum ada di masyarakat dan cara meredamnya di antaranya,
1. Assertive anger, jenis marah ini merupakan yang paling “kalem”. Alih-alih memperlihatkan kemarahan, orang dengan tipe marah ini cenderung menghindar dari konfrontasi dan menahan diri mengeluarkan kata-kata kasar. Orang dengan tipe marah seperti ini cenderung memotivasi untuk menjadi lebih baik.
2. Behavioural anger, kemarahan jenis ini lebih melibatkan ekspresi fisik dan cenderung agresif. Orang dengan marah jenis ini biasanya menyerang seseorang atau merusak barang yang ada di sekelilingnya. Kemarahan jenis ini biasanya tidak bisa diprediksi dan punya konsekuensi negatif di akhirnya. Jika memiliki jenis marah ini, sebaiknya segera pergi dari tempat di mana Anda marah untuk mengatur napas dan mengontrol emosi.
3. Chronic anger, orang dengan jenis marah ini biasanya lebih memilih ditahan dan cenderung menyalahkan dirinya sendiri. Bahayanya, jika terus menerus tidak diperbaiki, kemarahannya justru akan membuat tidak sehat. Biasanya kemarahan ini timbul karena benci dengan orang lain atau frustrasi pada keadaan. Cara paling baik untuk meredam amarah jenis ini adalah memaafkan.
4. Judgmental anger, kemarahan ini boleh jadi karena kemarahan yang sebenarnya. Jenis marah ini muncul sebagai reaksi saat melihat atau menerima ketidakadilan. Walaupun terlihat punya nilai positif, tak menutup kemungkinan bahwa orang dengan marah ini dijauhi karena perbedaan pandangan dengan orang lain di sekitarnya.
5. Overwhelmed anger, inilah tipe marah yang tidak terkontrol. Marah ini biasanya muncul karena akumulasi dari kondisi di luar batas kemampuan kita, diikuti dengan perasaan tanpa harapan atau frustrasi. Ini biasanya muncul karena terlalu banyak tanggung jawab yang dipikul atau karena ketidakmampuan melawan stres.
6. Passive aggressive anger, jenis marah ini biasanya tidak menyerang seseorang secara langsung. Biasanya, orang dengan jenis marah ini lebih memilih untuk sinis atau menyalahkan kejadian. Perilaku ini biasanya membuat ambigu dan membingungkan orang lain. Belajar tentang komunikasi yang asertif menjadi salah satu cara untuk mengelola kemarahan ini.
7. Retaliatory anger, jenis marah ini biasanya direspons dengan rasa balas dendam atau ingin membalas. Biasanya orang yang memiliki tipe kemarahan ini sudah mempersiapkan diri dan bertujuan. Tak jarang, pembalasannya dilakukan dengan intimidasi yang cenderung menyulut tensi menjadi lebih tinggi. Kemarahan model ini bisa menjadi fatal jika tidak diredam.
8. Self-abusive anger, kemarahan ini muncul karena merasa putus asa, tidak berharga, disakiti, atau malu. Orang dengan kemarahan seperti ini biasanya tidak bisa mengekspresikan dan cenderung menyalurkannya dengan berbicara yang buruk terhadap diri sendiri. Tak jarang, mereka menyakiti diri sendiri.
9. Verbal anger, walaupun terlihat tidak menakutkan, kemarahan jenis ini berpotensi menyerang lawan bicara secara psikologis. Biasanya kemarahan ini diikuti dengan ekspresi teriak, mengancam, sarkasme, hingga kritik yang menyalahkan. Kemarahan ini bertujuan untuk mempermalukan seseorang. Jika memiliki jenis ini, sebaiknya belajar menahan diri untuk berteriak dan cobalah untuk mengeluarkan argumen dengan lebih tertata dan tenang.
10. Volatile anger, kemarahan ini cenderung naik turun seperti rollercoaster. Anda bisa marah besar cepat sekali, tetapi seketika kemudian langsung tenang. Jenis marah ini sebenarnya dijauhi oleh orang lain karena mereka cenderung takut untuk berinteraksi dengan Anda. Untuk itu, Anda harus belajar mengontrolnya agar tidak terekskalasi.
C. Dampak Kemarahan
1. Dampak Positif Kemarahan
a. Kemarahan memberikan keseimbangan
Keseimbangan dalam kehidupan profesional dan pribadi dibutuhkan untuk membuat keputusan yang lebih baik. Ini memungkinkan kita untuk melihat situasi dari cara menyeluruh. Sehingga, kita dapat melihat posisi diri dengan jelas dan ke arah mana kita harus melangkah. Hal yang sama berlaku untuk keseimbangan emosional. Kemampuan untuk menekan kemarahan kita bukanlah tanda bahwa kita sehat secara emosional. Kita bisa saja berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Tapi, itu tidak lebih dari menjaga agar emosi tidak keluar, dan saat kita melawan suatu perasaan, perasaan itu hanya akan semakin kuat.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang berduka yang berusaha keras untuk menghindari perasaan sedih atau marah membutuhkan waktu paling lama untuk pulih dari rasa kehilangan tersebut. Ketika kita menekan atau menghindari emosi negatif seperti kemarahan, kemampuan kita untuk mengalami perasaan positif juga menurun. Ketika kita mengalami stress, amigdala kita, bagian dari otak yang terkait dengan emosi, mulai bekerja lebih keras. Tetapi, ketika kita mampu mengekspresikan emosi tersebut dalam kata-kata, kita akan semakin tenang. Orang-orang yang mengungkapkan perasaan mereka secara terbuka jauh lebih sehat daripada mereka yang menekan emosi, misalnya kemarahan.
b. Kemarahan membuat rasa tidak nyaman
Kita hidup dalam masyarakat yang didorong oleh prinsip kesenangan. Sehingga kita tidak siap untuk berurusan dengan bagian lain dari emosi kita. Jika ada perasaan yang tidak kita sukai, kita mencoba menyingkirkannya atau berpura-pura tidak memilikinya. Kemarahan membuat kita tidak nyaman dan itu hal yang baik karena itu menarik perhatian kita. Amarah menuntut kita untuk duduk dan mencari tahu akar permasalahan. Untuk sepenuhnya mengalami dan berada dalam tingkat kebijaksanaan, kita harus belajar rasanya mengalami ketidaknyamanan. Jika tidak, tidak ada perubahan dan pertumbuhan.
Orang yang lebih suka merasa marah ketika berhadapan dengan orang lain cenderung memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi. Sedangkan orang yang lebih suka untuk merasakan kebahagiaan saja cenderung memiliki kecerdasan emosional yang lebih rendah. Ketangguhan mental memungkinkan kita menggunakan kebijaksanaan emosi yang kita miliki. Sistem otak limbik kita memperingatkan kita akan adanya bahaya di lingkungan kita. Jika kita menghilangkan semua emosi negatif, kita juga akan menekan alat bertahan hidup yang telah mengingatkan kita akan ancaman di lingkungan kita selama berabad-abad. Semua emosi bisa bermanfaat; kuncinya adalah mengaturnya dengan tepat. Sehingga kita dapat memilih situasi yang lebih menguntungkan bagi kita.
c. Kemarahan menetapkan batasan.
Kemarahan membantu kita menemukan batasan kita. kemarahan membuat kita dapat mengubah situasi yang tidak diinginkan menjadi situasi yang lebih diinginkan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang tidak mengambil langkah untuk mengubah situasi mereka hanya menambah masalah mereka. Ketika kita dihadapkan dengan situasi tidak menguntungkan yang tak terkendali, seperti kehilangan pekerjaan, kematian pasangan, atau penyakit yang tidak terduga, temukan cara untuk mengubah respons kita. Bayangkanlah bahwa kita adalah seorang pengamat yang tidak berpihak dalam situasi tersebut. ini membuat kita dapat mengendalikan amarah sebelum amarah tersebut meluap dan memperburuk keadaan.
d. Kemarahan dapat memotivasi.
Kemarahan adalah emosi yang menarik. Walaupun ini adalah perasaan negatif, ahli saraf telah menemukan bahwa kemarahan dapat membangkitkan respons kognitif dan perilaku yang positif. Jika kita memandang kemarahan seperti emosi lain, kita dapat menemukan cara untuk mengantisipasi kedatangannya dan memilih berapa lama kemarahan tersebut akan bertahan. Ketika kita memiliki kemarahan, selidiki lebih dalam faktor apa yang memancingnya. Penjelajahan kemarahan ini membutuhkan kejujuran dan kesadaran diri sebanyak mungkin untuk mengeksplorasi apa yang membuat kita bahagia.
e. Kemarahan dapat memperkuat hubungan.
Para psikolog dan terapis setuju bahwa konflik dan perselisihan memungkinkan kita untuk belajar lebih banyak tentang pasangan, pasangan, anak, teman, atau rekan. Kesetaraan dalam hubungan adalah tentang melalui hal-hal sulit bersama. Ini memungkinkan kita untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Kita perlu mengakui kemarahan yang kita rasakan, dan kemudian menemukan cara untuk membiarkannya menghilang secara alami.
2. Dampak Negatif
Selain memiliki sisi positif, rasa marah juga memiliki efek samping yang buruk dilihat dari sisi medis, psikologis, mental dan emosional. Rasa marah yang berlebihan tidak hanya berdampak buruk untuk kesehatan tetapi juga dapat merusak kehidupan sosial dan hubungan interpersonal.
a. Kemarahan dapat menyebabkan stress dan sedih, orang yang sedang marah cenderung mengalami stress dan sedih dibandingkan orang lain. Orang yang marah lebih mudah terganggu dan sedikit saja ada hal yang tidak disukainya dapat menyebabkan kemarahan bertambah. Stress yang dirasakan saat sedang marah dapat menyebabkan tekanan mental dan emosional.
b. Rasa marah dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, marah dan stress diketahui sebagai faktor penyebab peningkatan tekanan darah dan juga dapat mempengaruhi metabolisme. Saat seseorang marah, mereka secara alami bereaksi seperti mengepalkan tinju atau keluar banyak keringat. Reaksi tersebut dapat merupakan tanda dari peningkatan tekanan darah.
c. Rasa marah dapat menyebabkan seseorang terisolasi secara sosial, efek samping kemarahan dilihat dari sisi medis adalah seseorang dengan rasa marah dapat mengalami isolasi sosial. Masyarakat tentu saja akan menjauhi seseorang yang diketahui memiliki rasa marah, moody dan temperamental. Sesaat Anda memiliki reputasi sebagai seorang yang pemarah maka kemungkinan orang lain menjauh dari Anda akan semakin besar.
d. Kemarahan cenderung membuat Anda mengalami inflamasi dan nyeri otot, secara ilmu medis, pelepasan hormon kortisol yang terjadi saat Anda sedang marah dapat menyebabkan otot menjadi lentur dan menerima gempuran energi selama beberapa detik. Sementara orang dengan rasa marah yang berlebihan dapat merasakan gempuran energi yang lebih banyak lagi pada ototnya karena pelepasan kortisol berulang-ulang. Kortisol juga menyebabkan efek samping lain yaitu membuat tubuh mudah menjadi nyeri.
Dari berbagai sumber
Post a Comment