Pengertian Frustrasi, Penyebab, Gejala, Reaksi, dan Dampaknya

Table of Contents
Pengertian Frustrasi
Frustrasi

A. Pengertian Frustrasi

Frustrasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah rasa kecewa akibat kegagalan di dalam mengerjakan sesuatu atau akibat tidak berhasil dalam mencapai suatu cita-cita. Frustrasi, dari bahasa Latin frustratio, adalah perasaan kecewa akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Semakin penting tujuannya, semakin besar frustrasi dirasakan. Rasa frustrasi bisa menjurus ke stres dan rasa putus asa.

Frustrasi merupakan suatu sebuah kondisi ketegangan yang tak menyenangkan, dipenuhi sebuah rasa dan kegiatan syaraf yang semakin meninggi yang disebabkan oleh rintangan dan masalah. Kondisi ini terjadi akibat ketidaksesuaian antara harapan dengan realitas. Frustrasi dapat berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang yang mengalaminya.

Sumber yang berasal dari dalam termasuk kekurangan diri sendiri seperti kurangnya rasa percaya diri atau ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi pencapaian tujuan. Konflik juga dapat menjadi sumber internal dari frustrasi saat seseorang mempunyai beberapa tujuan yang saling berinterferensi satu sama lain. Penyebab eksternal dari frustrasi mencakup kondisi-kondisi di luar diri seperti jalan yang macet, tidak punya uang, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh.

Rasa frustrasi dapat terjadi pada siapa saja. Frustrasi kerap disertai dengan rasa kecewa, marah, bingung, cemas, dan perasaan gagal. Saat rasa frustrasi mendera, semua menjadi terasa kacau dan tidak terkendali.

B. Penyebab Frustrasi

Salah satu sebab yang membuat sebuah kondisi frustrasi adalah rintangan fisik, pribadi dan sosial.
1. Masalah Fisik, kemiskinan, kekurangan gizi, bencana alam dsb.
2. Masalah Sosial, sebuah kondisi perekonomian yang tak bagus, persaingan hidup yang keras, perubahan tak pasti berbagai aspek kehidupan.
3. Masalah Pribadi, keterbatasan-keterbatasan pribadi sebuah kondisi dalam bentuk cacat fisik atau penampilan fisik yang kurang menarik bisa menjadi penyebab frustrasi dan sedih.

C. Gejala Frustrasi

1. Kelelahan, salah satu tanda yang jelas dari frustrasi adalah jika Anda merasa lelah sepanjang waktu dan seolah tidak memiliki energi apa pun yang bisa dikerahkan. Kelelahan ini bisa secara emosional, mental atau fisik.
2. Kurang motivasi, bila Anda tak lagi merasa antusias terhadap apa pun atau tak lagi memiliki motivasi internal untuk pekerjaan, ada kemungkinan Anda mengalami frustrasi. Ciri-ciri lainnya adalah mulai merasa berat untuk bangun pagi dan pergi ke kantor.
3. Kondisi emosi yang negatif, saat sedang frustrasi, seseorang akan merasa tak peduli lagi akan apa yang dilakukan, atau bahkan kecewa akan segala sesuatu. Orang yang frustrasi biasanya juga jadi pesimis terhadap diri sendiri dan sinis terhadap orang lain.
4. Masalah kognitif, saat sedang stres, perhatian akan menyempit dan fokus pada elemen negatif yang dirasakan sebagai ancaman. Dalam jangka pendek, ini membantu mengatasi masalah yang dihadapi. “Tapi sayangnya, tubuh dan otak kita dirancang untuk menanganinya juga dalam jangka pendek. Ketika stres menjadi kronis, fokus sempit ini terus berlanjut untuk waktu yang lama, sehingga jadi sulit berkonsentrasi, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.
5. Merosotnya performa kerja, jika Anda tak yakin sedang mengalami frustrasi, bandingkan kinerja Anda dengan kinerja di tahun-tahun sebelumnya. Karena kelelahan cenderung terjadi setelah jangka waktu yang relatif lama, maka “menengok” lagi ke masa lalu akan mengungkapkan apakah Anda hanya lelah sementara ataukah mengalami kelelahan kronis.
6. Masalah interpersonal di rumah dan di tempat kerja, masalah ini bisa terjadi karena Anda terlibat banyak konflik dengan orang lain yang disebabkan oleh argumentasi, atau justru menarik diri dari berkomunikasi dengan rekan kerja dan anggota keluarga. Jadi meskipun secara fisik Anda bersama orang lain, namun pikiran Anda tidak.
7. Tidak merawat diri, saat menderita kelelahan dan frustrasi, beberapa orang justru menanganinya dengan cara yang tidak sehat, seperti minum minuman beralkohol, merokok, terlalu menyibukkan diri, makan junk food, tidak cukup makan dan tidak cukup tidur, hingga mengonsumsi obat tidur atau minum kopi berlebihan demi memperoleh energi untuk bekerja.
8. Bekerja meski sedang tak di tempat kerja, jika Anda bekerja di luar jam kerja, misalnya membawa pekerjaan ke rumah, maka ini dapat mengganggu kemampuan Anda untuk pulih dari stres di hari itu. Dalam rangka memulihkan, Anda perlu waktu untuk diri sendiri setelah jam kerja. Di waktu itu, bahkan Anda harus berhenti sama sekali memikirkan pekerjaan.
9. Menurunnya kepuasan, ini merupakan kecenderungan untuk merasa kurang bahagia dan kurang puas terhadap karier dan kehidupan pribadi. Anda akan merasa tidak puas atau bahkan merasa terjebak ketika dihadapkan pada apa pun yang terjadi di rumah, komunitas atau kegiatan sosial Anda.
10. Masalah kesehatan, selama jangka waktu yang panjang, stres kronis yang serius dapat menimbulkan masalah kesehatan yang nyata, seperti masalah pencernaan, penyakit jantung, depresi dan obesitas.

D. Reaksi Frustrasi

Reaksi setiap individu terhadap frustrasi yang dialaminya berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh perbedaan pada struktur maupun fisik, serta perbedaan kultural dan nilai-nilai agama yang dianutnya. Perbedaan reaksi individu terhadap frustrasi itu, dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukannya. Ada yang menghadapinya secara rasional, tetapi ada juga yang menghadapinya terlalu emosional, yang terwujud dalam bentuk-bentuk tingkah laku yang salah(maladjustment).
1. Agresi Marah (angry agression), akibat tujuan yang ingin dicapainya mengalami kegagalan, individu menjadi agresif, marah-marah dan merusak, baik terhadap dirinya sendiri maupun pada sesuatu yang di luar dari dirinya. Agresi in bisa berwujud verbal (marah-marah), atau non-verbal (seperti membanting pintu, memecahkan atau merusak barang-barang dan memukul).
2. Bertindak secara Eksplosif (mudah meledak), yaitu dengan jalan melakukan perbuatan yang eksplosif, baik dengan perbuatan jasmaniah maupun dengan ucapan-ucapan. Setelah keluar dan terkuras unek-uneknya semua, biasanya individu itu merasa ketegangan dalam dirinya itu berkurang atau menghilang (katarsis = tention reduction).
3. Dengan cara Introversi (bersifat tertutup), yaitu dengan cara menarik diri dari dunia nyata, dan masuk ke dalam dunia khayalan. Dalam dunia khayalan itu, dia membayangkan seolah-olah tujuan atau keinginannya itu sudah tercapai. Istilah lain untuk reaksi ini adalah melamun (day dreaming). Jika individu sungguh-sungguh mempercayai yang dikhayalkannya itu merupakan kenyataan, maka akibatnya akan timbul wahan atau delusi yang sering kali diikuti oleh halusinasi. Apabila individu benar-benar sudah lepas dari dunia nyata, lama-kelamaan introversi akan berubah menjadi autisme.
4. Perasaan Tidak Berdaya (helplessness), reaksi ini menunjukkan sikap tidak berdaya, patah hati, pasif dan mungkin juga menderita sakit. Reaksi ini berlawanan dengan agresi marah.
5. Kemunduran (regression), reaksi frustrasi yang menunjukkan kemunduran dalam tingkah laku, yaitu tingkah laku yang kekanak-kanakan, seperti : mengompol dan mengisap ibu jari.
6. Fiksasi (fixation), yaitu mengulang kembali sesuatu yang menyenangkan. Dapat juga diartikan sebagai kemandegan dalam perkembangan berikutnya.
7. Penekanan (repression), yaitu reaksi frustrasi dengan cara menekan pengalaman traumatis, keinginan, kekesalan atau ketidaksenangan ke dalam alam bawah sadar. Reaksi ini dilakukan, karena apabila hal itu dibiarkan berada di alam sadar, individu akan mengalami perasaan cemas atau perasaan yang menyakitkan.
8. Rasionalisasi (rationalization), yaitu usaha-usaha mencari dalih pada orang lain untuk menutupi kesalahan (kegagalan diri sendiri). Seperti mahasiswa yang mendapat nilai jelek, dia lalu berbicara kepada temannya bahwa hal itu terjadi dikarenakan dia sedang sakit (padahal sebenarnya tidak sedang sakit).
9. Proyeksi (projection), dalam reaksi ini, individu melemparkan sebab kegagalannya kepada orang lain atau sesuatu di luar dirinya.
10. Kompensasi, dalam melakukan kompensasi, individu berusaha menutupi kekurangan atau kegagalannya dengan cara-cara lain yang dianggapnya memadai.
11. Sublimasi, mengalihkan tujuan pada tujuan yang lain yang mempunyai nilai sosial atau etika yang lebih tinggi. Contohnya, senang berkelahi menjadi petinju dan putus pacaran dan memutuskan menjadi perawat.

E. Dampak Frustrasi

1. Dampak Positif
a. Pergerakan dan penambahan kegiatan, contoh karena mendapat rintangan dalam usahanya, maka terjadilah pemanggilan rangsangan sebagai memperbesar energi, potensi, kapasitas, sarana, keuletan dan keberanian sebagai mengatasi semua kesulitan. Rasa frustrasi tersebut dengan demikian menjadi stimulus sebagai memobilisir segenap energi dan tenaga hingga mampu menembus setiap rintangan.
b. Berpikir secara mendalam disertai wawasan jernih, setiap rasa frustrasi memang memberikan masalah, maka dari itu kejadian ini memaksa sebuah kondisi sebagai melihat realitas dengan mengambil satu jarak sebagai berpikir lebih objektif dan lebih mendalam agar dapat mencari jalan atau alternatif penyelesaian lain.
c. Regignation (tawakkal, pasrah pada Tuhan), menerima keadaan dan kesulitan yang dihadapi dengan perbuatan yang rasional dan perbuatan ilmiah. Semua ini dilakukan jika individu mulai belajar menggunakan pola yang baik dalam menanggulangi setiap kesulitan sejak berusia masih sangat muda.
d. Membuat dinamika nyata suatu kebutuhan, kebutuhan-kebutuhan bisa mengalami lenyap dengan masing-masingnya, karena sudah tak diperlukan oleh sebuah kondisi dan sudah tak sesuai lagi dengan kecenderungan serta aspirasi pribadi.
e. Kompensasi atau substitusi dari tujuan, kompensasi adalah usaha sebagai mengimbangi kegagalan dan kekalahan dalam satu bidang, tapi sukses dan menang di bidang lainnya. Dan semua itu adalah jalan sebagai menghidupkan spirit perjuangan yang agresif dan tak mengenal rasa menyerah.
f. Sublimasi, adalah usaha sebagai mengganti kecenderungan egois, nafsu seks, dorongan dorongan biologis primitif dan aspirasi sosial yang tak sehat dalam bentuk tingkah laku terpuji yang bisa diterima di masyarakat.

2. Dampak Negatif
1. Agresi, adalah kemarahan yang meluap luap dan mengadakan penyerangan kasar karena sebuah kondisi mengalami kegagalan. Biasanya ada pula perbuatan sadis dan membunuh sebuah kondisi. Agresi ini sangat mengganggu fungsi intelegensi sehingga harga pribadinya merosot.
2. Regresi, adalah kembalinya sebuah kondisi pada pola-pola primitif dan kekanak-kanakan. Tingkah laku tersebut didorong oleh adanya rasa dongkol, kecewa ataupun tak mampu memecahkan masalah. Tingkah laku di atas adalah ekspresi rasa menyerah, kalah, putus asa dan mental yang lemah.
3. Fixatie, merupakan suatu respons sebuah kondisi yang selalu melakukan sesuatu yang bentuknya stereotype, adalah selalu memakai cara yang sama. Semua itu dilakukan sebagai alat pencapaian tujuan, menyalurkan kedongkolan ataupun alat balas dendam.
4. Pendesakan dan kompleks-kompleks terdesak, pendesakan adalah usaha sebagai menghilangkan atau menekankan rasa tak sadar beberapa kebutuhan, pikiran-pikiran yang jahat, nafsu-nafsu dan sebuah rasa yang buruk. Karena didesak oleh sebuah kondisi yang tak sadar maka terjadilah kompleks-kompleks terdesak yang sering mengganggu ketenangan batin yang berupa mimpi-mimpi yang menakutkan, halusinasi, delusi, ilusi, salah baca, dsb.
5. Rasionalisme, adalah cara sebagai menolong pribadi secara tak wajar atau taktik pembenaran pribadi dengan jalan membuat sesuatu yang tak rasional dengan tak menyenangkan.
6. Proyeksi, proyeksi adalah usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan perbuatan-perbuatan pribadi yang buruk pada sebuah kondisi lain.
7. Teknik anggur masam, usaha memberikan atribut yang jelek atau buruk pada tujuan yang tak bisa dicapainya.
8. Teknik jeruk manis, adalah usaha memberikan atribut-atribut yang bagus dan unggul pada semua kegagalan, kelemahan dan kekurangan masing-masing.
9. Identifikasi, adalah usaha menyamakan pribadi masing-masing dengan sebuah kondisi lain. Semua itu bertujuan sebagai memberikan keputusan semu pada pribadinya.
10. Narsisme, adalah sebuah rasa superior, merasa pribadinya penting dan disertai dengan cinta diri yang patologis dan berlebih lebihan. Sebuah kondisi ini sangat egoistis dan tak pernah peduli dengan dunia luar.
11. Autisme, ialah gejala menutup pribadi secara total dari dunia nyata dan tak mau berkomunikasi lagi dengan dunia luar yang dianggap kotor dan jahat, penuh kepalsuan dan mengandung bahaya yang mengerikan. Maka bila tingkah laku yang demikian dijadikan pola kebiasaan akan mengakibatkan bertumpuknya kesulitan hidup, makin bertambah hambatan-hambatan batin yang kronis lalu terjadilah disintegrasi kepribadian.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment