Pengertian Analisis Konflik, Urgensi, Prinsip, Tujuan, Manfaat, dan Tekniknya
Analisis Konflik |
A. Pengertian Analisis Konflik
Analisis konflik adalah proses untuk mengkaji dan memahami realitas konflik dari berbagai perspektif yang beragam. Analisis konflik merupakan gambaran menyeluruh tentang keadaan, pola intensitas, dan karakter masyarakat meliputi kekuatan hubungan antarpemangku kepentingan yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembangunan dan upaya bina damai. Analisis konflik bisa dijadikan dasar pijakan dalam pengembangan strategi dan rencana aksi.
Kajian dinamika konflik adalah serangkaian kegiatan pengumpulan, pengolahan dan formulasi data keadaan masyarakat yang meliputi pemahaman konteks, interaksi, intervensi, pelaku, masalah dalam rangka perumusan program pembangunan. Konteks merupakan istilah yang merujuk pada lingkungan misalnya, keluarga, masyarakat, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi. Dalam hal ini dapat berarti konteks geografis atau lingkungan sosial di mana konflik terjadi.
Interaksi merupakan hubungan dua arah, misalnya antar individu, antarkelompok, antarwilayah, antaretnis, dan antarkelembagaan yang mempengaruhi pencapaian tujuan. Interaksi yang terjadi di antara para pihak dapat berkontribusi dalam memperburuk atau mengurangi kekerasan dan potensi konflik. Intervensi merupakan serangkaian tindakan dalam bentuk kebijakan, program atau kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat untuk menata hubungan atau interaksi pemangku kepentingan dalam mencegah konflik dan membangun perdamaian dalam jangka panjang.
Pelaku merupakan pihak-pihak atau pemangku kepentingan baik secara individu, kelompok atau organisasi yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pembangunan. Masalah/penyebab merupakan dua istilah yang digunakan secara berbeda dalam memahami dinamika konflik untuk menilai kesenjangan ‘gap’ antara harapan dan kenyataan. Penyebab merupakan faktor dominan yang mendorong peningkatan konflik atau kesenjangan antar-kelompok dalam masyarakat.
B. Urgensi Analisis Konflik
Pembangunan membutuhkan situasi dan kondisi stabil. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan adanya kondisi kondusif dan terkendali. Pembangunan akan sulit dilaksanakan, jika kondisi masyarakat dalam situasi krisis dan anomali (ketidakpastian). Pembangunan itu sendiri membutuhkan infrastruktur yang kuat karena aktivitas yang dilaksanakan sangat kompleks dan memiliki pengaruh yang luas terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Semakin maju kebutuhan dan harapan masyarakat dalam memperbaiki kehidupannya, maka semakin cepat pula proses perubahan yang harus dilakukan. Pemahaman yang benar tentang situasi dan keadaan suatu masyarakat akan membantu dalam memetakan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi. Terutama berkaitan dengan situasi dan keadaan masyarakat menyangkut hubungan sosial. Sumber daya, nilai-nilai yang telah terbangun, pendapatan masyarakat, sistem distribusi, kebijakan, pengaruh global dan penyebab ketidakstabilan yang mungkin terjadi dan dapat menghambat proses pembangunan itu sendiri.
Kajian konflik dalam proses perencanaan dapat membantu tim perencanaan khususnya Bappeda untuk mengenal kondisi sosiogeografis, budaya, sejarah perkembangan daerah (profil daerah) yang berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan ini perlu diintegrasikan dalam kegiatan kajian daerah dan penyusunan profil daerah agar dihasilkan dokumen perencanaan yang komprehensif dan peka terhadap konflik.
Perencanaan daerah harus mampu mendorong upaya bina damai dan mencegah terjadinya konflik pada saat pelaksanaan program. Dengan demikian, perencana harus memiliki kemampuan untuk memformulasikan kebijakan dan arah pembangunan secara berkelanjutan, diterima oleh masyarakat dan meminimalisir konflik di masa depan akibat keterbatasan sumber daya, sejarah konflik, perbedaan kepentingan, diskriminasi dan kesenjangan dalam masyarakat. Secara khusus kajian dinamika konflik diharapkan dapat menghasilkan hal-hal berikut di antaranya,
1. Profil (gambaran umum) kekuatan hubungan antarpemangku kepentingan yang terlibat dalam pembangunan
2. Gambaran kondisi sosial yang menyebabkan kesenjangan di antara kelompok atau antarpemangku kepentingan
3. Inventarisasi faktor-faktor pendorong dan pemecah perdamaian dalam masyarakat; dan
4. Strategi penanganan dan pencegahan konflik serta bina damai secara terpadu.
C. Prinsip Analisis Konflik
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis konflik di antaranya,
1. Analisis terhadap isu dan fenomena konflik yang terjadi. Tidak mudah merancang dan menguji alat bantu atau teknis analisis yang mampu meningkatkan kesahihan dari perangkat yang disusun.
2. Partisipasi berbagai pihak atau pemangku kepentingan untuk melakukan identifikasi, penelusuran, penilaian dan merumuskan visi bersama. Keterlibatan pihak-pihak yang berkonflik sangat membantu dalam merancang kegiatan dan menetapkan pokok strategi dalam penanganan konflik dan membangun keberlanjutan.
3. Analisis konflik harus menguji konteks pengembangan secara komprehensif mencakup aspek sosial, ekonomi, politik, sumber daya alam dan isu-isu global.
4. Kondisi psikologis pihak-pihak yang berkonflik merupakan aspek penting dalam pengelolaan konflik. Hal ini tidak berarti bahwa fakta lebih penting daripada persepsi atau perasaan, karena para pemangku kepentingan memiliki cara yang berbeda dalam memahaminya.
5. Transformasi sosial merupakan hal penting dalam menyediakan ruang kerja sama dalam mengelola konflik. Hal ini juga mencakup upaya peningkatan kapasitas lokal dalam penanganan konflik secara terintegrasi.
6. Acuan waktu mencakup perencanaan, implementasi strategi, evaluasi dan tindak lanjut dalam kerangka penahapan konflik. Aktivitas analisis konflik hendaknya menetapkan cakupan pekerjaan dan rentang waktu penyelesaian berdasarkan indikator pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
7. Fleksibilitas dan penyesuaian dalam menentukan perangkat dan cara menggunakannya bersama kelompok. Pertimbangkan pula pada saat mana mengintegrasikan dengan perangkat lainnya. Setiap tindakan atau program hendaknya dilakukan bertahap dan disesuaikan dengan situasi dan tingkat penerimaan masyarakat.
D. Tujuan Analisis Konflik
Mengidentifikasi kekuatan hubungan antarpemangku kepentingan yang terlibat dalam program pembangunan
1. Mengidentifikasi kondisi sosial yang menyebabkan kesenjangan di antara kelompok atau antarpemangku kepentingan.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong dan pemecah perdamaian dalam masyarakat; dan
3. Merumuskan strategi penanganan dan pencegahan konflik serta bina damai ke depan secara terpadu.
E. Manfaat Analisis Konflik
Manfaat kegiatan identifikasi dan analisis konflik di antaranya,
1. Menggali isu-isu strategis berkaitan dengan konflik dan kondisi sosial yang perlu mendapat perhatian.
2. Membangun pemahaman bersama tentang hubungan konteks sosial, ekonomi, politik, budaya dan agama yang lebih luas dan mendalam untuk kepentingan pengelolaan konflik.
3. Menetapkan prioritas isu yang akan ditangani.
4. Melakukan penelusuran dan pendalaman terhadap dampak dari konflik yang terjadi.
5. Mengenal akar permasalahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi konflik untuk merumuskan dan menetapkan langkah-langkah strategis yang diperlukan untuk menanganinya.
6. Mengenal motif dan insentif para pemangku kepentingan berupa harapan, kebutuhan dan pandangan masyarakat tentang konflik.
7. Mengidentifikasi pola dan bentuk hubungan antara para pemangku kepentingan.
8. Menggali dan mengumpulkan informasi berkaitan dengan gejala, permasalahan dan dinamika konflik dan informasi lain yang berkaitan.
9. Menilai kapasitas kelembagaan dalam mengelola konflik.
10. Mengenal sumber daya yang dibutuhkan dalam membangun hubungan (jejaring) dengan para pemangku kepentingan untuk membangun perdamaian.
11. Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dalam memecahkan masalah, menentukan masa depan, dan analisis dari para pemangku kepentingan lokal untuk menangani konflik.
12. Melibatkan peran aktif perempuan dalam menganalisis konflik. Kerja sama antara pria dan wanita mempertimbangkan isu-isu yang timbul dari peran dan tanggung jawab yang berbeda.
Kegunaan lain dari analisis konflik di antaranya,
1. Memberikan pemahaman tentang latar belakang dan sejarah situasi konflik dan peristiwa terkini
2. Mengidentifikasi semua kelompok yang relevan (mana kelompok-kelompok yang bisa diajak bersekutu, mana yang tidak)
3. Memahami perspektif dari semua kelompok atau pihak yang berbeda dan untuk mengetahui lebih luas hubungan mereka satu dengan yang lain
4. Mengetahui faktor yang mendukung dan menopang konflik
F. Teknik Analisis Konflik
1. Peta Konflik
Peta konflik digunakan untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Siapa pelaku utama, siapa pelaku yang mempunyai pengaruh, siapa pelaku yang kena dampak, siapa pelaku yang di rugikan atau diuntungkan dari konflik ini. Berikutnya harus dapat menentukan hubungan antara satu pihak dengan yang lainnya. Apakah hubungan atau interaksi tersebut merupakan hubungan yang kuat dengan sangat mendukung atau hubungan yang bersifat bertentangan. Peta ini dibuat untuk lebih mengetahui siapa saja yang terlibat konflik dan apa hubungannya satu sama lainnya. Peta ini untuk mengungkapkan dinamika dalam konflik.
2. Time Line
Time line adalah garis waktu yang menjelaskan sejarah dari atau awal mulanya sebuah konflik sampai saat ini dan juga menunjukkan tingkat intensitas apakah masa damai atau ekskalasi menjadi perang terbuka. Yang penting adalah tanggal ataupun tahun dicatat setiap kejadian penting yang berhubungan dengan terciptanya konflik atau tidak. Apakah itu demonstrasi atau kekerasan antar kelompok, atau upaya negosiasi dan diplomasi. Dengan time line kita bisa mengetahu bahwa satu kejadian itu mempunyai keterikatan satu sama lainnya.
3. Lapisan Konflik (Bawang)
Onion dalam mencerminkan sebuah konflik yaitu dengan cara mengalalisa lapisan-lapisan dalam konflik. Dengan cara ini kita bisa mengetahui apa posisi (positions), kepentingan(interest) dan kebutuhan (needs) pihak-pihak yang terlibat. Posisi merupakan tuntutan pelaku yang disuarakan secara explicit. Kepentingan adalah apa yang para pelaku inginkan sebenarnya. Hal ini yang sering disembunyikan karena setiap orang mempunyai kepentingan-kepentingan yang berbeda dan kadang saling bertentangan. Kebutuhan merupakan dasar atau akar dari permasalahan.
4. Segi Tiga Konflik
Segi tiga ABC yaitu terdiri dari Attitudes, Behavior dan Context. Segi tiga ini merupakan salah cara untuk menganalisa konflik mulai dari perilaku yang hanya kelihatan di permukaan saja. Berikutnya adalah apa yang tidak ada di permukaan yaitu sikap mereka dan juga konteks. Sikap mereka bisa berkaitan dengan pengetahuan dan perasaan mereka terhadap konflik. Dan konteks berisi tentang kondisi sosial dan budaya yang ada. Bisa disebutkan sejarah atau latar belakang. Sikap dan konteks memberi penjelasan mengapa itu terjadi dan bukan hanya melaporkan yang di permukaan saja.
5. Segi Tiga Kekerasan
Kekerasan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kekerasan merupakan alat untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Oleh karena itu kekerasan merupakan bagian dari konflik dan konflik bisa berujung kepada kekerasan tapi konflik itu bukan kekerasan. Ada kekerasan langsung yang terlihat di permukaan, ada juga kekerasan struktural dan kekerasan budaya.
6. Teknik Sosiogram
Teknik sosiogram digunakan untuk membantu dalam memetakan kekuatan hubungan pemangku kepentingan (stakeholder’s analysis) dapat menggunakan teknik visual bagan kelembagaan dan sosiogram untuk menunjukkan pola koordinasi, perintah dan tingkat pengaruh (tinggi, sedang, rendah). Hubungan tersebut dijelaskan dengan menggunakan simbol dan garis antarkelompok/lembaga. Jika menunjukkan ketidakharmonisan di antara kelompok/lembaga, maka digambarkan keseluruhan hubungan tersebut, kemudian menentukan kelompok mana saja yang memiliki peran dan pengaruh cukup besar terhadap sengketa atau konflik.
7. Teknik Pohon Masalah
Teknik pohon masalah (problems tree) yang cukup dikenal dalam penelitian dan pemrograman. Cara ini cukup popular dalam menggali akar permasalahan yang dihadapi oleh organisasi, komunitas atau masyarakat. ‘analisis apa’ merupakan alat untuk mengenal akar masalah yang dihadapi oleh para pihak yang bersengketa di wilayah perencanaan. Kajian ini dibuat dengan menggunakan teknik pohon masalah yang langsung dapat dikoreksi oleh tim perencana. Tim dapat melibatkan kelompok yang terlibat dalam konflik atau penduduk yang memahami peristiwa yang terjadi dan secara bersama-sama mendiskusikan temuan yang dihasilkan.
8. Teknik Sirip Ikan
Kajian analisis bagaimana menggunakan teknik Sirip Ikan atau dikenal dengan diagram Ishikawa (fishbone diagram) merupakan cara sederhana yang dapat digunakan pendamping bersama masyarakat untuk menggambarkan secara visual faktor-faktor pendukung (positif) dan penghambat (negatif) bina damai. Penggunaan teknik ini dapat dilakukan secara langsung bersama masyarakat dengan menggambarkan di tanah, papan tulis atau whiteboard. Analisis bagaimana digunakan untuk melengkapi penyusunan rencana pembangunan, di mana Tim perencana menggali informasi tentang kapasitas lokal untuk bina damai. Hal ini dilakukan untuk mengenal lebih dalam bagaimana konflik itu terjadi dan bagaimana menemukan cara penyelesaian, nilai-nilai, kebiasaan, budaya dan kearifan masyarakat dalam mencegah dan menanganinya.
Dari berbagai sumber
Post a Comment