Pengertian Optimisme, Aspek, dan Manfaatnya

Table of Contents
Pengertian Optimisme
Optimisme

A. Pengertian Optimisme

Optimisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah paham (keyakinan) atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan; sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal. Dalam kehidupan sehari-hari sikap optimisme sebagai sikap yang mengharapkan hasil yang positif dalam menghadapi masalah.

Optimisme merupakan konstruk kognitif yang terdiri dari keyakinan umum atas hasil positif berdasarkan perkiraan rasional dari kecenderungan seseorang untuk meraih kesuksesan dan keyakinan akan kemampuan seseorang.

Dari perspektif orang-orang optimis, mereka menjelaskan sebuah kejadian buruk diakibatkan oleh faktor eksternal, sesuatu yang bersifat sementara atau alasan-alasan tertentu. Sebaliknya, orang pesimis menjelaskan bahwa hal-hal buruk terjadi akibat faktor internal, bersifat stabil, dan diakibatkan oleh hal-hal yang menyeluruh.

Optimisme Menurut Ahli
Martin Seligman, optimisme adalah keyakinan dalam menyikapi peristiwa baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan, menempatkan penyebab kegagalan pada keadaan di luar diri, memiliki harapan dan ekspektasi menyeluruh bahwa akan ada lebih banyak hal baik daripada hal buruk yang terjadi pada masa yang datang

B. Aspek Optimisme

Untuk mengetahui optimis tidaknya seseorang, dapat diketahui cara berpikir dia terhadap penyebab terjadinya suatu peristiwa. Menurut Seligman (1991) gaya penjelasan seseorang terdiri dari tiga aspek di antaranya,
1. Permanence (Hal yang menetap), gaya ini menggambarkan bagaimana seseorang melihat peristiwa dengan cara pandang yang sementara  (temporary) atau menetap (permanence). Orang-orang yang pesimis selalu melihat peristiwa buruk sebagai sesuatu yang menetap dan mereka cenderung menggunakan kata-kata “selalu” dan “tidak pernah.” Sebaliknya, mereka yang optimis melihat hal buruk hanyalah sesuatu yang sementara.
2. Pervasiveness (Hal yang mudah menyebar), gaya penjelasan peristiwa ini berkaitan dengan ruang lingkup dari peristiwa  tersebut, yang meliputi hal yang secara universal (menyeluruh) dan spesifik (khusus). Orang yang  optimis bila dihadapkan pada kejadian yang buruk akan membuat penjelasan yang  spesifik dari kejadian itu, bahwa hal buruk terjadi diakibatkan oleh sebab-sebab  khusus dan tidak akan meluas kepada hal-hal yang lain.
3. Personalization (Hal yang berhubungan dengan pribadi), personalisasi merupakan gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan  sumber dari penyebab kejadian tersebut, meliputi internal dan eksternal. Ketika mengalami hal yang buruk, orang yang pesimis akan menganggap bahwa  hal itu terjadi karena faktor dari dalam dirinya.

C. Manfaat Optimisme

1. Optimis mampu memberikan kita motivasi di bidang akademik, dalam sebuah jurnal penelitian yang berjudul From Optimism and Pessimism to Coping: The Mediating Role of Academic Motivation di tahun 2008, dijelaskan bahwa optimisme sebagai pendukung dalam mendorong motivasi untuk mencapai hal-hal yang positif di bidang pendidikan. Optimisme berkorelasi positif dengan proses menyelesaikan masalah, namun berkorelasi negatif dengan pengabaian. Secara umum, keyakinan diri yang positif berakar pada optimisme. Menurut peneliti, optimisme dapat digambarkan pada siswa yang memiliki harapan yang positif dalam kegiatan pendidikannya dan berusaha mengejar tujuan pribadi yang dianggapnya berharga serta bermakna.
2. Optimis mampu menjadi sumber harapan positif bagi seseorang, optimisme merupakan harapan positif tentang kehidupan. Optimisme mampu secara efektif membantu individu dalam mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan harapan positif tentang masa depan mereka. Optimisme sebagai proses kognitif  dan bentuk perilaku yang dilakukan seseorang ketika sedang berurusan pada situasi stress. Scheier dan Carver (1985) mengungkapkan bahwa setiap manusia berbeda satu sama lain perihal memahami dunia. Optimisme merupakan salah satu jalan manusia dalam memahami dunia.
3. Optimis mampu menjadi sumber harga diri dan sikap internal yang lebih baik, berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan Scheier dan Carver mengungkapkan bahwa terdapat kecenderungan bahkan sangat kuat kecenderungan yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki optimisme yang tinggi cenderung memiliki harga diri dan sikap internal yang lebih baik. Optimisme diyakini akan berfungsi sebagai faktor protektif ketika menghadapi kesulitan dalam hidup yang dapat berupa suatu penyakit yang menyerang tubuh. Selain itu, optimisme dipercaya bahwa secara umum akan membawa individu ke kehidupan yang lebih baik ataupun yang buruk.
4. Optimis mampu menjadi sumber kesehatan bagi proses penyembuhan, Andersson (1996) juga menambahkan bahwa optimisme dalam bidang kesehatan memiliki pengaruh yang besar atau pengaruh yang positif dalam proses penyembuhan. Individu yang sedang memiliki beban/keluhan somatik dalam menghadapi suatu penyakit, optimisme yang dimiliki dipercaya akan berperan positif dalam proses penyembuhan. Benyamini (2005) mengemukakan bahwa optimisme merupakan suatu harapan umum yang dimiliki banyak individu ke berbagai kondisi yang dialami. Benyamini menambahkan bahwa semakin tinggi optimisme yang dimiliki oleh individu yang sedang dalam kondisi kesehatan yang kurang baik, dilaporkan secara signifikan tingkat sakit yang diderita akan terasa jauh lebih rendah yang dirasakan di dalam dirinya.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment