Pengertian Kaum Marginal dan Masyarakat Marginal
Kaum Marginal |
A. Pengertian Kaum Marginal
Marginal berasal dari bahasa Inggris marginal yang berarti jumlah atau efek yang sangat kecil. Artinya, marginal adalah suatu kelompok yang jumlahnya sangat kecil atau bisa juga diartikan sebagai kelompok pra-sejahtera. Marginal juga identik dengan masyarakat kecil atau kaum yang terpinggirkan. Sementara marginal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu, sesuatu yang berhubungan dengan batas tepi sedangkan marginalisasi yakni, meminggirkan atau memojokkan. Kaum marginal merupakan kaum yang termarginalkan atau terpinggirkan dari kehidupan sosial yang ada di sebuah masyarakat.
Kata-kata marginal biasanya bagi masyarakat identik dengan perkumpulan orang-orang yang kumuh, tidak tertib, dan bahkan tidak berpendidikan. Kemiskinan membuat suatu kaum dimarginalkan, kesulitan ekonomi, tidak tercukupinya kebutuhan hidup, tinggal di tempat kumuh, putus sekolah juga termasuk ke dalam kaum yang digolongkan marginal atau pinggiran (Yufan 2012).
Keberadaan mereka pelan tapi pasti menjadi penyebab terjadinya akumulasi segala bentuk penyakit masyarakat seperti pelacuran, gelandangan/pengemis, anak jalanan, pencurian, perampokan, human trafficking, narapidana, dan lain - lain di suatu negara. Dengan demikian masyarakat (kaum) marginal ini bila tidak diberdayakan melalui pemberian solusi yang tepat, maka berarti pula ini disiapkan untuk menjadi benih bom waktu yang dahsyat untuk merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
B. Masyarakat Marginal
Masyarakat marginal adalah kelompok masyarakat yang tersisih atau disisihkan dari pembangunan, sehingga tidak mendapat kesempatan untuk menikmati indahnya pembangunan. Masyarakat marginal adalah kelompok-kelompok sosial yang dimiskinkan oleh pembangunan, sehingga biasanya masyarakat marginal pun sering mendapatkan tindak kekerasan dari elemen masyarakat lainnya dan juga sering mendapatkan kekerasan sistematik yang di lakukan oleh negara (penguasa).
Di sisi lain latar belakang ekonomi mendorong warga masyarakat marginal untuk mengandalkan kekerasan sebagai salah satu metode penyelesaian masalah. Hal ini dapat dilihat dari buruh kasar yang bekerja dengan upah subsisten di kawasan industri yang terpusat di perkotaan, dan kemudian para kaum petani yang tercekik struktur sosio ekonomi yang di dominasi para kapitalis, serta pekerja sektor informal di perkotaan yang keberadaannya selalu mengundang stigmatisasi, apriori, dan segenap prasangka negatif lain dari aparat keamanan pemerintah.
Dari berbagai sumber
Post a Comment