Pengertian Purposive Sampling, Syarat, Tujuan, Teknik, Tahap, Kelebihan, dan Kekurangannya
Table of Contents
Purposive Sampling |
A. Pengertian Purposive Sampling
Purposive sampling adalah teknik nonrandom sampling yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk dijadikan sampel penelitian. Dalam purposive sampling, peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Ciri khusus sengaja dibuat oleh peneliti agar sampel yang diambil nantinya dapat memenuhi kriteria-kriteria yang mendukung atau sesuai dengan penelitian. Kriteria tersebut biasa diberi istilah dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Hal ini berbeda dengan berbagai teknik pengambilan sampel yang dapat digunakan dalam pengambilan sampel probabilitas. Misalnya, pengambilan sampel acak sederhana, pengambilan sampel acak berstrata, dan lain-lain.
Purposive sampling dilakukan tergantung pada penilaian peneliti dalam memilih unit (misalnya, orang, kasus/organisasi, peristiwa, potongan data) yang akan dipelajari. Biasanya sampel yang diteliti cukup kecil, jika dibandingkan dengan teknik probability sampling. Metode pengambilan sampel ini mengharuskan peneliti memiliki pengetahuan sebelumnya tentang tujuan studi mereka sehingga mereka dapat memilih dan mendekati peserta yang memenuhi syarat dengan tepat.
Pengertian Purposive Sampling Menurut Para Ahli
1. Sugiyono (2010), purposive sampling adalah sebagai teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representative.
2. Notoatmojo (2010), purposive sampling dapat didefinisikan sebagai pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti ciri populasi ataupun sifat yang sudah diketahui sebelumnya.
3. Arikunto (2006) purposive sampling adalah teknik mengambil sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah atau strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu.
B. Syarat Purposive Sampling
1. Dalam penentuan karakteristik objek atau subjek sampel, peneliti harus melakukan studi pendahuluan yang dapat dipertanggungjawabkan akurasinya.2. Sampel yang dipilih harus memiliki karakteristik, sifat, dan ciri khusus, yang sesuai dengan ketiga aspek tersebut dari populasi yang dipilih sebagai sampel.
3. Dari keseluruhan populasi, subjek maupun objek yang menjadi sampel harus yang paling mendekati deskripsi tujuan penelitian.
C. Tujuan Purposive Sampling
Tujuan utama dari pengambilan sampel dengan cara ini di antaranya,1. Berfokus pada karakteristik tertentu dari suatu populasi yang menarik, yang akan memungkinkan peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian.
2. Sampel yang diteliti diharapkan tidak mewakili populasi, tetapi bagi peneliti yang mengejar desain penelitian metode kualitatif atau campuran, hal ini tidak dianggap sebagai kelemahan.
D. Teknik Purposive Sampling
Terdapat beberapa jenis teknik purposive sampling di antaranya, 1. Variasi Maksimum/Heterogen, adalah salah satu yang dipilih untuk memberikan beragam kasus yang relevan dengan fenomena atau peristiwa tertentu. Tujuan dari desain sampel semacam ini adalah untuk memberikan wawasan sebanyak mungkin tentang peristiwa atau fenomena yang diteliti.
2. Homogen, adalah sampel yang dipilih karena memiliki karakteristik atau kumpulan karakteristik yang sama. Misalnya, sebuah tim peneliti ingin memahami apa arti kulit putih – keputihan – bagi orang kulit putih, jadi mereka bertanya kepada orang kulit putih tentang hal ini. Ini adalah sampel homogen yang dibuat berdasarkan ras.
3. Pengambilan Sampel Kasus Khusus, adalah jenis pengambilan sampel dengan tujuan tertentu yang berguna ketika seorang peneliti ingin mempelajari suatu fenomena atau tren yang berkaitan dengan apa yang dianggap sebagai anggota “biasa” atau “rata-rata” dari populasi yang terpengaruh.
4. Pengambilan Sampel Kasus Ekstrem/Menyimpang, digunakan ketika peneliti ingin mengkaji outlier yang menyimpang dari norma mengenai fenomena, isu, atau tren tertentu. Dengan mempelajari kasus-kasus yang menyimpang, para peneliti sering kali dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pola-pola perilaku yang lebih teratur.
5. Pengambilan Sampel Kasus Kritis, adalah jenis purposive sampling di mana hanya satu kasus yang dipilih untuk diteliti karena peneliti berharap dengan mempelajarinya akan mengungkapkan wawasan yang dapat diterapkan pada kasus lain yang serupa.
6. Populasi Total, dengan total populasi sampling, seorang peneliti memilih untuk memeriksa seluruh populasi yang memiliki satu atau lebih karakteristik yang sama. Teknik pengambilan sampel purposive semacam ini biasanya digunakan untuk menghasilkan tinjauan peristiwa atau pengalaman, yang berarti, umum untuk studi kelompok tertentu dalam populasi yang lebih besar.
7. Pengambilan Sampel Ahli (Expert Sampling), adalah bentuk purposive sampling yang digunakan ketika penelitian membutuhkan seseorang untuk menangkap pengetahuan yang berakar pada bentuk keahlian tertentu.
E. Tahapan Pelaksanaan Purposive Sampling
1. Tentukan tujuan dari penelitian, merupakan hal pertama yang harus dilakukan untuk dapat memilih sampel yang sesuai.2. Setelah menentukan tujuan dari penelitian, buat daftar kriteria untuk mendapatkan sampel penelitian yang sesuai.
3. Pilih daftar populasi yang sesuai dengan tujuan dari penelitian dan pastikan memiliki objek atau subjek yang memenuhi kriteria.
4. Buat aturan jelas daftar minimal dan maksimal dari sampel.
5. Lakukan penelitian terhadap sampel yang terpilih sesuai dengan kriteria yang sebelumnya dibuat.
F. Kelebihan dan Kekurangan Purposive Sampling
1. Kelebihan Purposive Samplinga. Pengambilan sampel dengan tujuan adalah salah satu metode pengambilan sampel yang paling hemat biaya dan hemat waktu
b. Pengambilan sampel secara purposive mungkin merupakan satu-satunya metode yang sesuai yang tersedia jika sumber data primer yang dapat berkontribusi untuk penelitian terbatas jumlahnya
c. Teknik pengambilan sampel ini dapat efektif dalam mengeksplorasi situasi antropologis di mana penemuan makna dapat memperoleh manfaat dari pendekatan intuitif.
2. Kekurangan Purposive Sampling
a. Kerentanan terhadap kesalahan dalam penilaian oleh peneliti
b. Tingkat keandalan yang rendah dan tingkat bias yang tinggi.
c. Ketidakmampuan untuk menggeneralisasi temuan penelitian
Dari berbagai sumber
Post a Comment