Pengertian Antropologi, Sejarah, Objek, Fungsi, Tujuan, dan Cabangnya

Table of Contents
Pengertian Antropologi
Antropologi

A. Pengertian Antropologi

Antropologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul, aneka warna bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaannya pada masa lampau. Antropologi berasal dari kata Yunani anthropos yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal") atau secara etimologis antropologi berarti ilmu yang mempelajari manusia.

Antropologi adalah studi tentang manusia, dulu dan sekarang. Studi untuk memahami kompleksitas budaya sepanjang sejarah manusia. Antropologi adalah studi tentang orang-orang di seluruh dunia, sejarah evolusi manusia, perilaku, bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda, berkomunikasi dan bersosialiasi satu sama lain.

Dalam melakukan kajian terhadap manusia, antropologi mengedepankan dua konsep penting yaitu Holistik dan Komparatif. Karena itu kajian antropologi sangat memperhatikan aspek sejarah dan penjelasan menyeluruh untuk menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu sosial ilmu hayati (alam), dan juga humaniora.

Antropologi bertujuan untuk lebih memahami dan mengapresiasi manusia sebagai entitas biologis homo sapiens dan makhluk sosial dalam kerangka kerja yang interdisipliner dan komprehensif. Oleh karena itu, antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam memberikan arti dan fakta sejarah dalam menjelaskan perjalanan umat manusia di bumi sejak awal kemunculannya.

Antropologi juga menggunakan kajian lintas-budaya (Inggris cross-cultural) dalam menekankan dan menjelaskan perbedaan antara kelompok-kelompok manusia dalam perspektif material budaya, perilaku sosial, bahasa, dan pandangan hidup (world view).

Dengan orientasinya yang holistik, antropologi dibagi menjadi empat cabang ilmu yang saling berkaitan, yaitu Antropologi Biologi, Antropologi Sosial Budaya, Arkeologi, dan Linguistik. Keempat cabang tersebut memiliki kajian-kajian konsentrasi tersendiri dalam kekhususan akademik dan penelitian ilmiah, dengan topik yang unik dan metode penelitian yang berbeda-beda.

Pengertian Antropologi Menurut Beberapa Sumber Referensi
1. Kamus Oxford, antropologi adalah studi tentang masyarakat dan budaya manusia dan perkembangannya. Dapat diartikan studi tentang karakteristik biologis dan fisiologis manusia dan evolusinya.
2. Cambridge, antropologi adalah studi tentang ras manusia, budaya dan masyarakatnya dan perkembangan fisiknya.
3. Encyclopaedia Britannica, antropologi adalah ilmu kemanusiaan, yang mempelajari manusia dalam berbagai aspek mulai dari biologi dan sejarah evolusi homo sapiens hingga ciri-ciri masyarakat dan budaya yang secara tegas membedakan manusia dari spesies hewan lain.
4. David E. Hunter dalam The Study of Anthropology (1976), antropologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang lahir dari adanya keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
5. William A. Haviland dalam Cultural Anthropology (1975), antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang umat manusia secara umum dengan mempelajari warna fisik, bentuk fisik dan kebudayaan yang dihasilkan oleh masyarakat. Antropologi merupakan ilmu yang mencoba merumuskan hukum yang bersifat general (umum) tentang manusia dan perilakunya.
6. Frank Robert Vivelo dalam Cultural Anthropology Handbook: a Basic Introduction (1978), antropologi adalah ilmu mengenai manusia, menelaah manusia secara budaya, biologi. Ini meliputi asal-usulnya, evolusi maupun keberadaannya pada masa sekarang.
7. Simon Coleman dan Helen Watson dalam An Introduction to Anthropology (1992), antropologi sebagai kajian tentang manusia dan masyarakat, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, yang sedang berkembang maupun yang sudah punah.
8. Alfred Louis Kroeber dalam Anthropology (1923), antropologi adalah ilmu yang paling humanis dan humaniora yang paling ilmiah. Antropologi menggunakan metode penyelidikan ilmiah dan prinsip-prinsip analisis ilmiah serta merangkul dimensi artistik, ekspresif dan simbolik perilaku manusia.
9. Koentjaraningrat dalam Pengantar Ilmu Antropologi (2002), antropologi adalah studi mengenal umat manusia dengan mempelajari berbagai bentuk fisik, warna dan budaya yang dihasilkan masyarakat.
10. Masinambow dalam Koentjaraningrat dalam Antropologi di Indonesia (1997), antropologi adalah disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat atau kelompok manusia.
11. Conrad Phillip Kottak, antropologi adalah ilmu yang mempelajari keragaman manusia secara holistik meliputi aspek sosial budaya, biologis, kebahasaan dan lingkungannya dalam dimensi waktu lampau, saat ini, dan di masa yang akan datang. Kottak membagi antropologi dalam empat subdisiplin, yaitu: antropologi sosial budaya, arkeologi, antropologi biologi dan linguistik antropologi.

B. Sejarah Ilmu Antropologi

Koentjaraningrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase di antaranya,
1. Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.

Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar, sehingga timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi tersebut. Oleh sebab itu juga, pada fase pertama ini ilmu antropologi sangat identik dengan ilmu etnografi.
 
2. Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya

Pada fase ini, antropologi bertujuan akademis dan mulai berkembang sebagai studi kontemporer mengenai ras manusia, anatomi manusia, sejarah pemukiman manusia, klasifikasi bahasa serta perbandingan antara masyarakat primitif dan kuno. mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

3. Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.

4. Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa. Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung.

Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.

Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.

Antropologi di Indonesia

Sebelum Perang Dunia II, studi antropologi di Indonesia banyak dilakukan oleh para cendekiawan Belanda di universitas-universitas atau institusi lain. Beberapa karya yang dihasilkan adalah penelitian hukum adat oleh C. van Vollenhoven dan J. Prins serta pengembangan materi antropologi Indonesia oleh R. Kennedy, G.J. Held, A.G. Gerbrands, P.E. de Josselin de Jong, dan Koentjaraningrat.
 
Setelah kemerdekaan Indonesia, para antropolog Belanda tidak lagi melanjutkan studinya di Indonesia. Posisi mereka banyak digantikan oleh antropolog dari Amerika Serikat. Hal ini umum mengingat tingginya ketertarikan cendekiawan mereka pada Asia Tenggara pascaperang. Terdapat setidaknya tiga institusi penting di Amerika Serikat yang menjadi pusat penelitian antropologi Indonesia, yaitu Universitas Cornell, Institut Teknologi Massachusetts, dan Universitas Yale.
 
Universitas Indonesia pertama kali membuka antropologi sebagai mata kuliah tambahan di Fakultas Hukum dan di Fakultas Sastra pada awal 1950-an. Semua pengajarnya berkebangsaan Belanda. Pada saat itu, terdapat dua pandangan di antara para akademisi. Yang pertama lebih menyukai sosiologi sementara yang lain lebih menyukai antropologi. Akademisi yang lebih menyukai sosiologi berpendapat bahwa antropologi tidak sesuai untuk negara berkembang dan didasarkan pada kepentingan kolonial. Yang menyukai antropologi menganggap antropologi penting dalam mengamati keragaman kelompok etnik di Indonesia. Pada tahun 1956, dua orang Indonesia yang menimba ilmu antropologi di Belanda dan Amerika Serikat merencanakan pendirian program studi Antropologi di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Mulai tahun ajaran 1983-84, Prodi Antropologi dipindahkan ke Fakultas Ilmu Sosial.
 
Pada tahun 1962, berdiri Prodi Antropologi di Universitas Gadjah Mada dan di Universitas Cenderawasih. Menyusul pendirian prodi baru pada tahun 1964 di Universitas Sam Ratulangie dan tahun 1969 di Universitas Udayana.

C. Obyek Ilmu Antropologi

Obyek dari antropologi adalah manusia dalam kedudukannya sebagai individu, masyarakat, suku bangsa, kebudayaan dan perilakunya. Para antropolog memperhatikan banyak aspek kehidupan manusia. Antara lain perilaku sehari-hari, ritual, upacara dan prosesnya yang mendefinisikan manusia sebagai manusia.

Antropologi mempertanyakan bagaimana masyarakat bisa menjadi sama atau berbeda, bagaimana evolusi membentuk cara berpikir manusia, apa itu budaya, adakah manusia yang universal dan lainnya. Para antropolog mengeksplorasi hal-hal unik yang membuat manusia menjadi manusia. Antropolog bertujuan untuk meningkatkan pemahaman manusia tentang diri manusia itu sendiri dan satu sama lain. Perhatian utama para antropolog adalah aplikasi atau penerapan pengetahuan untuk solusi masalah manusia.

D. Fungsi Ilmu Antropologi

Antropologi memanfaatkan dan membangun pengetahuan dari ilmu sosial, biologi, humaniora dan fisik. Studi antropologi berkaitan dengan fitur biologis yang menjadikan manusia dan aspek sosial manusia. Fitur biologis yang dimaksud seperti fisiologi, susunan genetika, sejarah gizi dan evolusi. Sedangkan aspek sosial seperti bahasa, budaya, politik, keluarga dan agama). Fungsi antropologi adalah untuk mengembangkan pengetahuan tentang manusia baik secara fisik (biologis) maupun secara sosio-kultural.

E. Tujuan Ilmu Antropologi

Dikutip dari Discover Anthropology, Ruth Benedict (1887-1948) mengatakan tujuan antropologi adalah untuk membuat dunia aman bagi perbedaan manusia. Sedangkan menurut Koentjaraningrat dalam Pengantar Ilmu Antropologi (2002) tujuan antropologi di antaranya,
1. Tujuan akademis, untuk mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari berbagai bentuk fisiknya, masyarakat dan kebudayaannya,
2. Tujuan praktis, mempelajari manusia di berbagai masyarakat suku bangsa di dunia guna membangun masyarakat itu sendiri.

Terkait tujuan ilmu antropologi maka dapat diketahui manfaat mempelajari antropologi di antaranya,
1. Mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara universal maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku bangsa).
2. Mengetahui kedudukan dan peran yang harus dilakukan sesuai dengan harapan warga masyarakat dari kedudukan yang sedang disandang.
3. Memperluas wawasan tentang pergaulan umat manusia di seluruh dunia yang mempunyai kekhususan-kekhususan sesuai dengan karakteristik daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi.
4. Mengetahui berbagai macam problem dalam masyarakat, memiliki kepekaan terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat, serta mampu mengambil inisiatif pemecahan masalah.

F. Cabang Ilmu Antropologi

1. Antropologi Biologi/Fisik
Merupakan cabang ilmu antropologi yang memelajari manusia dan primata bukan manusia (non-human primates) dalam arti biologis, evolusi, dan demografi. Antropologi Biologi/Fisik memfokuskan pada faktor biologis dan sosial yang memengaruhi (atau yang menentukan) evolusi manusia dan primata lainnya, yang menghasilkan, mempertahankan, atau mengubah variasi genetik dan fisiologisnya pada saat ini. Antropologi Biologi dibagi lagi menjadi beberapa cabang ilmu di antaranya,
a. Paleoantropologi, adalah ilmu yang memelajari asal usul manusia dan evolusi manusia melalui bukti fosil-fosil.
b. Somatologi, adalah ilmu yang memelajari keberagaman ras manusia dengan mengamati ciri-ciri fisik.
c. Bioarkeologi, adalah ilmu tentang kebudayaan manusia yang lampau dengan melalui analisis sisa-sisa (tulang) manusia yang biasa ditemukan dalam situs-situs arkeologi.
d. Ekologi Manusia adalah studi tentang perilaku adaptasi manusia pada lingkungannya (mengumpulkan makanan, reproduksi, ontogeni) dengan perspektif ekologis dan evolusi.
e. Paleopatologi adalah studi penyakit pada masa purba (kuno). Studi ini tidak hanya berfokus pada kondisi patogen yang diamati pada tulang atau sisa-sisa jaringan (misalnya pada mumi), tetapi juga pada gangguan gizi, variasi morfologi tulang, atau juga bukti-bukti stres pada fisik.
f. Antropometri adalah ilmu yang memelajari dan mengukur variasi fisik manusia. Antropometri pada awalnya digunakan sebagai alat analisis untuk mengidentifikasi sisa-sisa fosil kerangka manusia purba atau hominid dalam rangka memahami variasi fisik manusia.
g. Osteologi/osteometri adalah ilmu tentang tulang yang memelajari struktur tulang, elemen-elemen pada kerangka, gigi, morfologi mikrotulang, fungsi, penyakit, patologi, dsb.
h. Primatologi adalah ilmu tentang primata bukan manusia (non-human primates). Primatologi mengkaji perilaku, morfologi, dan genetik primata yang berpusat pada homologi dan analogi dalam mengambil kesimpulan kenapa dan bagaimana ciri-ciri manusia berkembang dalam primata.
i. Antropologi Forensik adalah ilmu terapan antropologi dalam ruang legal (hukum), biasanya menggunakan perspektif dan keahlian ekologi manusia, paleopatologi, dan osteologi dalam kasus-kasus kriminal luar biasa (FBI, CIA, dan militer) untuk menganalisis kondisi korban yang sudah tidak utuh (terbakar, rusak, terpotong-terpotong karena mutilasi, atau sudah tidak dikenali lagi) atau dalam tahap dekomposisi lanjut (sudah menjadi kerangka tulang).
j. Antropologi Molekuler adalah bidang ilmu yang memelajari evolusi, migrasi, dan persebaran manusia di bumi melalui analisis molekuler. Biasanya menggunakan perbandingan sekuens DNA (mtDNA, Kromosom Y, dan Autosom) dan protein dalam melihat variasi populasi dan hubungan antar atau inter-populasi dalam menentukan suatu populasi masuk ke dalam haplogrup tertentu atau berasal dari wilayah mana (geographical origin).

2. Antropologi Sosial Budaya
Antropologi sosial merupakan studi yang mempelajari hubungan antara orang-orang dan kelompok. Sementara Antropologi Budaya merupakan studi komparasi bagaimana orang-orang memahami dunia di sekitar mereka dengan cara yang berbeda-beda. Antropologi Sosial berkaitan erat dengan sosiologi dan sejarah yang bertujuan mencari pemahaman struktur sosial dari suatu kelompok sosial yang berbeda seperti subkultur, etnik, dan kelompok minoritas. Antropologi Budaya lebih berhubungan dengan filsafat, literatur atau sastra, dan seni tentang bagaimana suatu kebudayaan memengaruhi pengalaman seseorang (diri sendiri) dan kelompok, memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih lengkap terhadap pengetahuan, adat istiadat, dan pranata masyarakat.
a. Prehistori adalah, ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan perkembangan semua kebudayaan manusia di bumi sebelum manusia mengenal tulisan.
b. Etnolinguistik antropologi adalah ilmu yang mempelajari pelukisan tentang ciri dan tata bahasa dan beratus-ratus bahasa suku-suku bangsa yang ada di bumi.
c. Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di dalam kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh dunia.
d. Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta peranan individu pada bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal dengan berpegang pada konsep psikologi.

3. Antropologi Psikologis
Studi antropologi psikologis terkait fenomena psikologis dengan menggunakan istilah karakter (character) tidak terlalu diminati oleh para peneliti, sementara yang paling sering muncul dalam penelitian adalah istilah kepribadian, atau dalam konsep generik disebut dengan culture and personality. Kedua istilah tersebut masih mengarah kepada kondisi psikologis manusia di mana karakter dapat disamakan dengan istilah kepribadian dan dapat dikatakan bahwa karakter tergambar dari kepribadian individu.

Dalam memahami fenomena karakter dalam suatu masyarakat individu harus melihat dari sudut pandang antropologi psikologis. Proses membentuk dan mengembangkan karakter suatu masyarakat berfokus pada perkembangan dan kondisi psikologis dari manusia yang hidup dalam masyarakat tersebut serta pengalaman individu dan lingkungan sosial menjadi sebuah rangkaian proses yang berkontribusi kepada pembentukan karakter itu sendiri. Kajian antropologi psikologis menjadi penghubung antara studi tentang kebudayaan dan kepribadian dalam menjelaskan suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa.
 
Kajian tentang karakter dalam masyarakat pada studi-studi antropologi dimasukkan ke dalam kajian antropologi psikologi dengan memfokuskan kepada konsep utama, yakni kepribadian (personality). Terbentuknya karakter masyarakat berada dalam konteks kebudayaan suatu masyarakat dapat membentuk pula kepribadian tetapi sangat bergantung kepada proses pembelajaran dalam perilaku individu (learned behaviors) yang mendukung kebudayaan tersebut. Faktor yang mempengaruhi pandangan antropologi dari sudut pandang antropologi psikologis adalah individu dapat memilih kebudayaan sendiri saat dimensi psikologisnya sesuai dengan kebudayaan tersebut.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment