Pengertian Proses Sosial Disosiatif, Bentuk, dan Contohnya

Table of Contents
Pengertian Proses Sosial Disosiatif
Proses Sosial Disosiatif

A. Pengertian Proses Sosial Disosiatif

Terdapat dua jenis proses sosial yang terjadi sebagai akibat dari interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, pertama proses sosial yang sifatnya asosiatif, kedua proses sosial yang sifatnya disosiatif. Proses sosial disosiatif merupakan hubungan sosial yang mengarah pada hal-hal negatif. Proses sosial disosiatif atau dinamakan juga dengan oposisi berarti bertentangan dengan seseorang atau kelompok untuk meraih tujuan tertentu.

Proses sosial disosiatif merupakan proses sosial yang dapat menyebabkan perpecahan di dalam masyarakat. Lantaran proses ini dilakukan dengan cara peperangan tanpa adanya akomodasi dalam penerapannya. Proses disosiatif tentu saja secara tidak langsung berlawanan dengan proses asosiatif. Proses sosial disosiatif menjurus pada adanya konflik atau masalah yang justru menimbulkan kerenggangan dalam berinteraksi.

B. Bentuk Proses Sosial Disosiatif

1. Kontravensi, adalah salah satu usaha yang dilakukan untuk menghalangi dan menggagalkan tercapainya tujuan pihak lain. Bentuk-bentuk kontravensi berupa gangguan, fitnah, provokasi dan intimidasi kepada pihak yang berlawanan.
2. Pertentangan, atau pertikaian/konflik adalah suatu proses sosial ketika seseorang atau sekelompok dengan sadar atau tidak sadar menentang pihak lain disertai ancaman atau kekerasan untuk mendapatkan keinginan atau tujuan tertentu.
3. Persaingan, atau kompetisi adalah suatu proses sosial yang dilakukan individu atau sekelompok untuk memperoleh kemenangan secara kompetitif tanpa menimbulkan bentrok atau kekerasan fisik yang sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.

C. Contoh Proses Sosial Disosiatif

1. Menghasut
2. Menipu orang lain
3. Pembunuhan
4. Bullying
5. Kekerasan
6. Memfitnah
7. Persaingan Politik


Dari berbagai sumber

Download
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment