Pengertian Kanda Pat, Peranan dan Fungsinya

Table of Contents
Pengertian Kanda Pat
Kanda Pat

A. Pengertian Kanda Pat

Kanda Pat merupakan salah satu pengetahuan budaya Bali, filsafat, mithologi yang diwariskan oleh nenek moyang masyarakat Bali sejak zaman dahulu. Kanda Pat juga dikenal dengan istilah Catur Sanak, nyame papat atau saudara empat, yang hampir mirip dengan budaya di Jawa. Mitologi Kanda Pat merupakan pengetahuan spiritual yang dilestarikan sampai sekarang oleh masyarakat Bali.

Istilah Kanda Pat terdiri atas dua kata yaitu Kanda dan Pat. Kanda yang disebut juga Skanda, tetapi lumrah disebut Kanda yang berarti bagian-bagian. Pat berasal dari kata Papat atau Catur yang berarti empat. Kalau digabungkan menjadi bagian-bagian yang berjumlah empat.

Bagian tersebut tidak lain adalah bagian badan spritual kita, kekuatan-kekuatan Hyang Widhi yang selalu menyertai roh (Atman) manusia sejak embrio sampai meninggal dunia mencapai Nirwana. Bagian-bagian ini juga dikenal dengan saudara-saudara yang berada dalam badan kita yang berjumlah empat.

Keempat saudara yang dimaksudkan itu adalah yeh nyom (air ketuban), getih, rah (darah), lamas (selubung halus janin), dan ari-ari (placenta), yang oleh Eiseman disebut sebagai the four spirit guardians. Keempat saudara astral kita bisa menolong orang sejauh mereka diberi perhatian semestinya. Sebaliknya, mereka bisa menyebabkan kesulitan bahkan penyakit, bila mereka dilalaikan oleh manusia.

Secara implisit, semua ini mau menggarisbawahi satu hal ini, yakni setiap orang terbuka ke alam kedewaan (Niskala) dan sekaligus vulnerable akan pengaruh buta kala. Lewat hidung, telinga, mulut, dan mata pengaruh buruk Kanda Pat bisa menguasai manusia sedemikian rupa sehingga ia memiliki sifat-sifat Bhuta.

Dalam filsafat agama Hindu, kanda empat ini tidak lain adalah badan prakerti kita yang berasal dari pengaruh panca Mahabhuta. Keempat teman yang abstrak ini menyertai terus sampai manusia mati dan rohnya menghadap ke Hyang Widhi. Mereka juga menjaga dan melindungi roh, serta mencatat sejauh mana Atman (roh) terpengaruh oleh indria keduniawian.

Semua pengalaman hidup di record oleh Sang Suratma yang dahulu berbentuk ari-ari. Inilah catatan subha dan asubha karma yang menjadi penilaian dan pertimbangan kesucian roh untuk menentukan tercapainya moksa (bersatunya atman-brahman) ataukah samsara (menjelma kembali).

Kanda Pat ada dalam diri/ tubuh manusia, namun ketika tidur, Kanda Pat keluar dari tubuh. Maka mereka perlu dibuatkan pelinggih berupa “pelangkiran” di kamar tidur, tempat bersemayamnya Panda Pat ketika kita tidur pulas. Selain sebagai penjaga kita, Kanda Pat juga dapat digunakan dalam bidang pengobatan dan lain sebagainya, ini mungkin diketahui oleh para ahli spiritual Bali. Pondasi dasarnya adalah agama/Weda.

B. Peran dan Fungsi Kanda Pat

Sesuai peranan dan fungsinya, filsafat Kanda Pat terdiri atas empat, di antaranya,
1. Kanda Pat Rare:
a. Embrio; Karen, Bra, Angdian, Lembana
b. Kandungan 20 hari; Anta, Prata, Kala, Dengen
c. Kandungan 40 minggu; Ari-ari, Lamas, Getih, Yeh-nyom
d. Lahir, tali pusar putus; Mekair, Salabir, Mokair, Selair

Bentuk-bentuk Kanda Pat yang dapat dilihat dan diraba secara nyata adalah ari-ari, lamas, getih dan yeh-nyom. Ketika Bayi Lahir segeralah mereka dipertiwikan selanjutnya wujud mereka adalah abstrak atau tak berwujud namun dapat dirasakan oleh manusia yang memiliki kapasitas kekuatan batin untuk itu. Secara filosofi Perwujudan tersebut adalah keempat Manifestasi Sang Hyang Tunggal atau Sang Hyang Widhi Wasa sebagai:
a) Hyang Siwa selanjutnya mewujudkan dirinya menjadi Ari-Ari
b) Hyang Sadasiwa mewujudkan diri sebagai Lamas
c) Hyang Paramasiwa mewujudkan diri menjadi Getih, dan
d) Hyang Suniasiwa mewujudkan diri menjadi Yeh-Nyom

2. Kanda Pat Butha:
Bayi Bisa Bersuara: Anggapati, Prajapati, Banaspati, Banaspatiraja.

3. Kanda Pat Sari:
Umur 14 tahun ke atas:  Sidasakti, Sidarasa, Maskuina, Ajiputrapetak.
Memiliki Cucu: Podgala, Kroda, Sari, Yasren.

4. Kanda Pat Atma:
Meninggal Dunia: Suratman, Jogormanik, Mahakala, Dorakala.

5. Kanda Pat Dewa:
Manunggal (Moksa): Siwa, Sadasiwa, Paramasiwa, Suniasiwa.


Dari berbagai sumber

Download
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment