Pengertian Neoliberalisme, Sejarah, Poin Ekonomi, Tujuan, Dampak, dan Agenda Utamanya

Table of Contents
Pengertian Neoliberalisme
Neoliberalisme

Pengertian Neoliberalisme 

Definisi Neoliberalisme menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah aliran politik ekonomi yang muncul setelah Perang Dunia I, ditandai dengan tekanan pada segi positif ekonomi pasar bebas, disertai dengan usaha menekan campur tangan pemerintah dan konsentrasi kekuasaan swasta terhadap perekonomian, pemerintah hanya berperan sebagai regulator atau pemberi stimulus. Sesuai dengan namanya, neoliberalisme adalah bentuk baru dari paham ekonomi pasar liberal yang berupaya untuk mengoreksi kelemahan yang terdapat dalam liberalisme.

Neoliberalisme merupakan redefinisi dan kelanjutan dari liberalisme klasik yang dipengaruhi oleh teori perekonomian neoklasik yang mengurangi atau menolak penghambatan oleh pemerintah dalam ekonomi domestik karena akan mengarah pada penciptaan Distorsi dan High Cost Economy yang kemudian akan berujung pada tindakan koruptif. Paham ini memfokuskan pada pasar bebas dan perdagangan bebas merobohkan hambatan untuk perdagangan internasional dan investasi agar semua negara bisa mendapatkan keuntungan dari meningkatkan standar hidup masyarakat atau rakyat sebuah negara dan modernisasi melalui peningkatan efisiensi perdagangan dan mengalirnya investasi.

David Harvey (2005), mengatakan, neoliberalisme adalah paham yang menekankan jaminan terhadap kemerdekaan dan kebebasan individu melalui pasar bebas, perdagangan bebas, dan penghormatan terhadap sistem kepemilikan pribadi. Ini merupakan kombinasi antara liberalisme, paham yang menekankan kemerdekaan dan kebebasan individu, dan doktrin pasar bebas dalam tradisi ekonomi neo-klasik. Para pendukungnya menempatkan idealisme politik tentang martabat manusia dan kemerdekaan individu, sebagai ‘nilai sentral peradaban, di mana nilai-nilai tersebut menghadapi ancaman bukan saja oleh fasisme, komunisme, dan kediktatoran, tetapi oleh segala bentuk campur tangan negara yang memakai idealisme kolektif untuk menekan kebebasan individu.

Sementara itu menurut Friedman (1962), ancaman utama kebebasan adalah pemusatan kekuasaan, karenanya itu, ruang lingkup kekuasaan pemerintah harus dibatasi. Tugas pokok pemerintah adalah melindungi kebebasan melalui penegakan hukum dan ketertiban, memperkuat kontrak-kontrak swasta, dan melindungi pasar yang kompetitif. Perhatian utama Friedman adalah kebebasan dalam konteks competitive capitalism (berfungsinya korporasi-korporasi swasta dalam sistem berbasis pasar bebas), yakni sebuah sistem kebebasan ekonomi, untuk kemudian menuju kebebasan politik. Friedman (1962) menekankan kebebasan individu dan mendukung laissez faire sebagai cara untuk mengurangi peran negara.

Neoliberalisme bertujuan mengembalikan kepercayaan pada kekuasaan pasar, dengan pembenaran mengacu pada kebebasan. Seperti pada contoh kasus upah pekerja, dalam pemahaman neoliberalisme pemerintah tidak berhak ikut campur dalam penentuan gaji pekerja atau dalam masalah-masalah tenaga kerja sepenuhnya ini urusan antara si pengusaha pemilik modal dan si pekerja. Pendorong utama kembalinya kekuatan kekuasaan pasar adalah privatisasi aktivitas-aktivitas ekonomi, terlebih pada usaha-usaha industri yang dimiliki-dikelola pemerintah

Sejarah Munculnya Neoliberalisme

Sejarah munculnya paham neoliberalisme, tidak lepas dari gejolak ekonomi global pasca berakhirnya Perang Dunia I. Sistem ekonomi pasar liberal yang dianut oleh negara-negara Eropa dan Amerika tidak menuai sukses. Ketika itu, pasar diyakini memiliki kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri. Karena pasar dapat mengurus dirinya sendiri, maka membuat campur tangan negara dalam mengurus perekonomian tidak diperlukan lagi.

Tetapi setelah perekonomian dunia terjatuh ke dalam depresi besar di tahun 1930, kepercayaan terhadap sistem ekonomi pasar liberal merosot drastis. Anggapan publik kala itu, pasar bukan hanya tidak mampu mengurus dirinya sendiri, namun juga menjadi sumber malapetaka bagi kemanusiaan. Depresi terjadi di mana-mana karena banyak yang bangkrut dan menganggur. Menyadari kelemahan ekonomi pasar liberal tersebut, pada September 1932, sejumlah ekonom Jerman yang dimotori oleh Rustow dan Eucken mengusulkan dilakukannya perbaikan terhadap sistem ekonomi pasar dunia, yaitu dengan memperkuat peran negara sebagai pembuat kebijakan.

Pada perkembangannya, gagasan Rostow dan Euken ini, kemudian dibawa oleh ekonom Amerika, yakni Ropke dan Simon ke Universitas Chicago untuk dikembangkan, yang menjadikan institusi pendidikan yang dinaunginya sontak terkenal dengan sebutan Chicago School. Pada akhirnya Chicago School menyempurnakan konsep ekonomi neoliberal, konsep sistem ekonomi yang dipercaya sebagai solusi menekan tingkat depresi suatu negara. Tapi, teori neoliberal yang telah siap diterapkan, ketika itu kalah pamor dari konsep negara kesejahteraan yang digagas oleh John Maynard Keynes.

Namun, kedigdayaan Keynesianisme berakhir di era tahun 1979/1980, menyusul terjadinya resesi global yang menghantam negara-negara Eropa dan Amerika. Terpilihnya Ronald Reagan sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) dijadikan momentum bagi Margaret Thatcher (PM Inggris) untuk memproklamirkan konsep neoliberalisme bersama Ronald Reagan. Thatcher pun mengeluarkan sebuah pernyataan There Is No Alternative (TINA), yang maksudnya adalah tiada pilihan lain selain dari neoliberalisme. Thatcher sendiri menegaskan bahwa sesungguhnya neoliberalisme dapat memperkuat sistem ekonomi negara, yang menyangkut perbaikan format hubungan antara negara, warga-negara, dan perekonomian.

Poin Ekonomi Neoliberalisme

1) Pasar Sebagai Penguasa. Membuat perusahaan swasta “bebas” dari aturan apa pun yang dibuat pemerintah (negara) tidak peduli permasalahan sosial yang akan ditimbulkannya. Pintu harus dibuka selebar mungkin untuk perdagangan dan investasi internasional. Menurunkan upah, tidak ada kontrol harga oleh pemerintah, kebebasan penuh untuk peredaran dan perpindahan modal, barang, dan jasa.
2) Pemotongan Belanja Negara untuk Pelayanan Publik (kebutuhan dasar rakyat) seperti anggaran negara untuk pendidikan dan pelayanan kesehatan. Pengurangan jaminan sosial untuk rakyat miskin, bahkan perawatan jalan, jembatan, penyediaan air bersih—atas nama pengurangan campur tangan dan peran pemerintah. Tetapi subsidi pemerintah untuk pemodal besar dan pengusaha swasta dan keringanan pajak yang menguntungkan bisnis mereka tidak ditolak.
3) Deregulasi. Mengurangi segala regulasi/peraturan pemerintah yang memperkecil keuntungan pemodal, termasuk aturan yang untuk melindungi lingkungan alam dan keamanan kerja.
4) Privatisasi. Penjualan perusahaan-perusahaan, barang, dan pelayanan milik negara ke swasta. Ini termasuk bank, industri penting dan kunci, perkeretaapian, jalan toll, listrik, sekolah, rumah sakit, dan bahkan air bersih.
5) Penghapusan Konsep Kepentingan Umum atau komunitas dan menggantinya dengan Tanggung jawab Individu. Memaksa orang miskin dalam masyarakat untuk mencari pemecahan sendiri atas ketidakmampuan mereka mengakses pelayanan kesehatan, pendidikan dan keamanan sosial—dan menyalahkan mereka karena tidak bisa melakukannya dengan mencap mereka malas.

Tujuan Neoliberalisme

1) Pengembangan kebebasan individu untuk bersaing secara bebas-sempurna di pasar
2) Kepemilikan pribadi terhadap faktor-faktor produksi diakui
3) Pembentukan harga pasar bukanlah sesuatu yang alami, melainkan hasil dari penertiban pasar yang dilakukan oleh negara melalui penerbitan undang-undang (Giersch, 1961).

Dampak Neoliberalisme

Dampak Positif
Salah satu agenda neoliberalisme adalah pelaksanaan privatisasi, yaitu pemindahan kepemilikan perusahaan sektor publik ke sektor swasta. Privatisasi ini memiliki banyak manfaat bagi perusahaan di antaranya, perusahaan akan banyak memperoleh tambahan modal untuk pengembangan usaha dan perusahaan lebih diawasi sehingga kinerjanya akan lebih bagus. Selain itu, privatisasi juga akan menimbulkan banyak hal positif yaitu dapat menciptakan banyak nilai tambah sehingga perekonomian daerah dapat tumbuh. Privatisasi BUMN juga bisa dimaksudkan untuk membantu anggaran pemerintah dari tekanan defisit.

Dampak Negatif
1) Neoliberalisme hanya membuat orang kaya makin kaya dan kaum miskin semakin tersisihkan
2) Jumlah pengangguran bertambah, kemiskinan meningkat, dan ketimpangan sosial akan makin lebar, bahkan rakyat tidak lagi memiliki hak yang harus dipenuhi oleh negara.
3) Neoliberalisme dikenal sebagai imperialisme gaya baru bagi Indonesia, karena menguras hasil tambang Indonesia seperti minyak, gas, emas, perak, batu bara, tembaga, dan sebagainya, sedangkan Sungai-sungai dan danau yang tercemar akibat aktivitas tersebut tidak dihiraukan.

Agenda Utama Neoliberalisme

1) Privatisasi/Penjualan BUMN
2) Pencabutan Subsidi Barang
3) Penghapusan Layanan Publik
4) Pembangunan bertumpu pada investor asing dan hutang luar negeri
5) Penjajahan Gaya Baru


Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment